Close Menu
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
Tentang Kami Kontak Kami
  • APP STORE
  • GOOGLE PLAY
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
CEK&RICEKCEK&RICEK
Trending:
  • Ahmad Dhani Ancam Bongkar Bukti Perselingkuhan Maia Estianty Jika Masih Bahas Masa Lalu
  • Bill Gates Terdepak dari 10 Besar Orang Terkaya Dunia
  • Operasi Patuh 2025 Serentak Digelar Mulai Senin
  • Gobel: Melindungi Konsumen akan Perkuat Industri dan Untungkan Negara
  • Justin Bieber Rilis Album Baru ‘Swag’
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
Home»SEJARAH

Penangkapan Diponegoro dan Berakhirnya Perang Jawa

SEJARAH March 28, 2019Updated:March 8, 20254 Mins Read

Ceknricek.com — Tepat pada tanggal hari ini, 28 Maret 1830, sehari setelah lebaran, Panglima Perang Jawa, Pangeran Diponegoro pergi ke Magelang. Ia memenuhi undangan Hendrik Merkus Baron De Kock, panglima tentara Belanda dalam Perang Jawa. 

Sebelumnya Pangeran Diponegoro tidak ingin menangani persoalan serius di hari-hari puasanya di tahun 1830 (1245 Hijriah). Baginya bulan Ramadhan merupakan bulan dimana umat Islam dilarang untuk berperang.

Sikap pemenuhan undangan tersebut sebagai bentuk keramahtamahan terhadap lawannya setelah satu bulan penuh menjalani puasa sebagaimana tradisi di Jawa. “Hanya selepas bulan puasa pembicaraan yang lebih serius dapat dilakukan,” tulis Peter Carey, dalam bukunya Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro (2014).

Sumber : kitlv.nl

Pertemuan tersebut digadang-gadang menjadi momentum tawar-menawar soal mengakhiri Perang Jawa dan keinginan adanya kesultanan di selatan Jawa. Namun sayang, niat baik Pangeran Diponegoro tidak bergayung sambut. Ia dijebak di Keresidenan Kedu, diamankan ke Betawi dan dibuang ke Sulawesi. 

Tahun tersebut menjadi lebaran terakhir Diponegoro di tanah Jawa serta mengakhiri perang terbesar yang dialami oleh Belanda selama masa pendudukannya di tanah Jawa (1825-1830).

Raden Saleh Mengecam Belanda

Setelah berhasil mengatur penangkapan Pangeran Diponegoro, Hendrick Merkus de Kock pulang ke Belanda dan mendapat gelar pahlawan nasional. Untuk merayakan dan menandai kesuksesan itu, de Kock meminta Cornelis Kruseman mengabadikan dirinya dalam lukisan.

Sementara itu seorang pemuda berbakat bernama Raden Saleh Syarif Bustaman juga mendapat kesempatan memperdalam ilmu melukisnya ke Belanda. Ia berguru pada pelukis yang sama, Kruseman.

“Raden Saleh ada di sana saat Kruseman menggambar De Kock. Bayangkan bagaimana perasaan seorang pemuda asal Jawa menyaksikan bagaimana orang yang telah menangkap Diponegoro dengan bangga digambar di hadapannya,” ungkap Werner Kraus, kurator asal Jerman yang mendedikasikan seperempat abad  hidupnya untuk mempelajari karya Raden Saleh.

Bukan hanya itu. De Kock meminta kepada Nicolaas Pienemaan untuk membuat lukisan penangkapan Diponegoro demi menandai keberhasilan karier militernya selama perang Jawa. Pieneman kemudian menggarap lukisan berjudul ‘Penaklukan Diponegoro’. 

Nicholaas Pienemaan, Penyerahan Diri Diponegoro kepada Letnan Jenderal H.M. de Kock, 28 Maret 1930, yang Mengakhiri Perang Jawa. Sumber : rijksmuseum.nl

Selang beberapa waktu, Pienemaan menghadirkan gambar sosok Pangeran Diponegoro yang tidak berdaya dengan raut muka penuh kepasrahan, dengan kedua tangan terbentang. Tumpukan tombak yang berada di hadapan pasukan Pangeran Diponegoro merupakan sebuah pertanda bagi pasukan yang kalah dalam peperangan. 

Dalam lukisan tersebut juga tampak Jenderal De Kock. Ia berdiri dan bertolak pinggang menunjuk kereta tahanan di belakang Pangeran Diponegoro, seolah memerintahkan penahanan Pangeran Diponegoro. 

Di sisi lain para pengikut Pangeran Diponegoro seolah-olah dapat menerima hal tersebut karena tidak tercermin rasa sedih dan kecewa. Semua ini menggambarkan seakan-akan peristiwa penangkapan itu dapat diterima dan yang terbaik bagi masyarakat Jawa.

Tentu saja hal tersebut membuat Raden Saleh tidak bisa menerima lukisan karya Pienemaan yang sudah tentu mengaburkan sejarah dan fakta kebenaran yang terjadi. Karena itulah kemudian ia membuat lukisan dengan versi berbeda yang kemudian dia berikan kepada Raja Willem III sebagai bentuk sikap protes. 

Lukisan tersebut berjudul ‘Penangkapan Diponegoro’. Pada masanya, mungkin hal yang dilakukan Raden Saleh masih jauh bila dikaitkan dengan persoalan nasionalisme. Namun saat itu dia telah menunjukkan sikap anti kolonialisme.

Penangkapan Diponegoro.Sumber : Brilio.net

Berbeda dengan Pienemaan, lukisan yang digarap Raden Saleh lebih bernada nasionalisme ala Jawa sekaligus memberi gambaran tentang dramatisasi hidup sang pangeran di depan tentara penjajah. 

Hal tersebut terlihat dari sikap figur Diponegoro yang ada pada lukisan Raden Saleh. Lukisan yang diselesaikan tahun 1857 ini mengecam sikap penjajahan di Jawa dan menuntut agar Belanda mengembalikan martabat orang Jawa. Karena itulah Raden Saleh juga menggambar dirinya dalam lukisan tersebut sebagai seorang saksi atas sebuah penangkapan yang penuh kecurangan.

Lukisan ini kemudian oleh Pemerintah Belanda diberikan kepada Pemerintah Indonesia pada 1978, bersamaan dengan peristiwa kembalinya sejumlah artefak warisan budaya lainnya. Sejak itu hingga kini, karya Raden Saleh ini menjadi bagian penting di Istana Kepresidenan Republik Indonesia. 

#pangerandiponegoro #perangjawa #sejarah TodayHistory
Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp Email

Related Posts

Indonesia Berada Dalam Lika Liku Sejarah

Inggris Kembalikan 6000 Artefak Kuno yang Dipinjam dari Irak untuk Penelitian

Kota Berusia 3.400 Tahun Ditemukan di Irak Utara

Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

Sedang Tren

Ahmad Dhani Ancam Bongkar Bukti Perselingkuhan Maia Estianty Jika Masih Bahas Masa Lalu

Ahmad Dhani buka suara soal masa lalunya dengan Maia Estianty.

Bill Gates Terdepak dari 10 Besar Orang Terkaya Dunia

July 11, 2025

Operasi Patuh 2025 Serentak Digelar Mulai Senin

July 11, 2025

Gobel: Melindungi Konsumen akan Perkuat Industri dan Untungkan Negara

July 11, 2025

Justin Bieber Rilis Album Baru ‘Swag’

July 11, 2025

G-Dragon Batalkan Jadwal Konser Übermensch di Bangkok

July 11, 2025

Indra Sjafri Resmi Jadi Plt Direktur Teknik PSSI

July 11, 2025

Astra Masih Merajai Industri Otomotif di Semester Pertama 2025

July 11, 2025
logo

Graha C&R, Jalan Penyelesaian Tomang IV Blok 85/21, Kav DKI Meruya Ilir, Jakarta Barat. redaksi@ceknricek.com | (021) 5859328

CEK & RICEK
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
575/DP-Verifikasi/K/X/2020

Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
© 2017-2025 Ceknricek.com Company. All rights reserved.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.