Ceknricek.com – Badan Pemenangan Nasional menggelar acara untuk mengungkap fakta terkait kecurangan pilpres 2019. Acara tersebut digelar di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, Jalan Jendral Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (14/5) pukul 15.00 WIB.
Acara dihadiri kalangan tokoh nasional, para ulama dan juga relawan Prabowo-Sandiaga. Tampak antara lain Ketua BPN Djoko Santoso, Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais, Ketua Dewan Pembina Partai Berkarya Siti Hediati Harijadi (Titiek Soeharto), Waketum Gerindra Fadli Zon, dan Waketum Partai Demokrat Syarif Hasan.
Calon wakil presiden Sandiaga dalam kesempatan pertama menyinggung petugas KPPS yang meninggal. Ia mendoakan mereka mati syahid karena meninggal demi kejujuran dan keadilan, mereka pahlawan demokrasi.
Terkait kecurangan, Sandiaga mengatakan awal mulanya kecurangan tercium aroma politik uang, puncak gunung es politik uang mencederai.
“Kita melihat ada tim koalisi 01 yang tertangkap KPK terkait serangan fajar yang diisi dalam amplop dan itu membawa nama salah satu petinggi BUMN yang ikut terciduk,” ungkap Sandiaga.
Menurut Sandiaga, “gelombang tsunami” politik uang mengalir ke sendi-sendi demokrasi. “Rakyat di paksa untuk memilih dengan uang,” ujar Sandiaga.
Sandiaga mengungkapkan, sepanjang masa kampanye dan pemilihan terjadi begitu banyak kecurangan yang tidak terselesaikan.
“DPT masalah tidak terselesaikan, kotak suara kardus, ada intimidasi. Masa kampanye memperoleh perlakuan tidak adil, sulit izin, terlihat berat sebelah,” katanya.
Sandiaga pun menyinggung upaya sistematis yang dilakukan tim pemenangan BPN malah memakan korban demokrasi, para ulama ditangkap, dituduh makar dan lain sebagainya.
Pada kesempatan itu Sandiaga menceritakan kisah heroik emak-emak. Sandiaga mengambil contoh Ibu Agus Sutomo yang menurutnya menjadi inspirasi buat semua rakyat Indonesia.
“Ibu Agus Sutomo begitu berani, jam 1 malam memastikan kedaulatannya tidak dirampok,” kata Sandiaga.
Terakhir Sandiaga menegaskan, walaupun pemilu memang sudah selesai, tetapi demokrasi yang sudah dikoyak tetap membutuhkan keadilan, oleh karena itu Sandiaga memastikan untuk terus diperjuangkan, sampai titik darah penghabisan.