Ceknricek.com — Susu merupakan salah satu asupan yang dibutuhkan oleh tubuh. Namun, masih banyak mitos seputar susu yang masih dipercaya banyak orang, padahal belum tentu benar.
dr. Diana F. Suganda, M.Kes, Sp.GK., Spesialis Gizi Klinis menjelaskan, setidaknya ada lima mitos paling populer tentang susu. “Susu mengandung asam lemak esensial yang tidak dihasilkan oleh tubuh sehingga dibutuhkan dari luar,” kata dokter Diana saat ditemui dalam acara Frisian Flag ‘Kupas Tuntas Kebaikan Susu untuk Tunjang Kesehatan Tubuh, Membahas Mitos Vs Fakta Tentang Susu’ di FX Sudirman, Jakarta Selatan, Rabu (15/5).
Foto: Yuni Arta Sinambela/Ceknricek.com
Mitos pertama:
Susu hanya untuk anak-anak, sementara orang dewasa tidak butuh susu karena sudah tidak punya lagi enzim untuk mencerna susu.
Faktanya, anak-anak memang membutuhkan kalsium dari susu untuk pertumbuhan tulang dan gigi dan orang dewasa pun tetap membutuhkan kalsium.
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dikeluarkan oleh Permenkes RI No. 75/2013, usia dewasa membutuhkan asupan kalsium 1.000-1.200 mg/hari. Memang, kalsium bisa digantikan dari sumber-sumber lain seperti ikan teri, brokoli, dan sayuran hijau gelap lainnya.
“Namun menurut penelitian pada responden dewasa, bila produk susu digantikan dengan sumber kalsium lain, ternyata asupan nutrisi harian lainnya jadi berkurang,” jelas dr. Diana.
Asupan nutrisi seperti protein, kalium, magnesium, fosfor riboflavin, vitamin A, dan vitamin B12 bisa berkurang. “Kalsiumnya sih terganti, tapi nutrisi yang lain tidak dapat,” imbuhnya.
Mitos kedua:
Susu hanya baik untuk kesehatan tulang.
Faktanya, susu memang sumber kalsium yang sangat baik. Namun, kandungan nutrisi dalam susu bukan hanya kalsium, sehingga manfaat susu pun tak sebatas kesehatan tulang.
“Penelitian yang dipublikasi di Journal of American College of Nutrition (2009) menyebutkan, konsumsi susu yang disertai dengan diet rendah garam bisa membantu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi,” ujar Diana.
Ini karena susu mengandung kalium dan magnesium, yang membantu mengontrol tekanan darah. Hipertensi sendiri merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke.
Penelitian lain dari Journal of Clinical Nutrition (2015) dilakukan pada orang lanjut usia (65 tahun ke atas). “Ternyata mereka yang rutin minum susu memiliki antioksidan glutathione yang lebih tinggi pada otak,” tuturnya. Glutathione adalah antioksidan yang berperan penting melindungi otak dari ROS (Reactive Oxygen Species) dan radikal bebas yang bisa merusak sel-sel otak dan menyebabkan stres oksidatif. ROS dan radikal bebas yang menumpuk di otak berhubungan dengan penyakit yang memengaruhi fungsi otak seperti Parkinson, Alzheimer, dan dimensia karena sebab lain.
Mitos ketiga:
Susu bikin gemuk.
Faktanya, segala asupan yang berlebihan tentu saja membuat tubuh menjadi lebih gemuk. Kandungan kalsium dan protein dalam susu justru dapat membantu penurunan berat.
“Yang bikin gemuk itu total asupan harian yang melebihi kebutuhan,” tegas dr. Diana. Susu memang mengandung lemak, tapi berdasarkan penelitian di International Journal of Obesity (2004), kandungan kalsium dan protein dalam susu justru dapat membantu penurunan berat badan pada orang dewasa yang obesitas.
Pada penelitian tersebut, responden dibagi menjadi dua kelompok. Keduanya sama-sama mendapat diet rendah kalori. Namun, satu kelompok mendapat diet rendah kalsium (400-500 mg/hari), sedangkan kelompok lain mendapat asupan tinggi kalsium (1.000-1.200 mg/hari). “Kelompok yang mendapat tinggi kalsium kehilangan berat badan, lemak tubuh, dan lemak abdominal secara signifikan dibanding kelompok rendah kalsium,” paparnya.
Mitos keempat:
Susu menyebabkan diare.
Faktanya, produk difermentasi susu justru bisa menjadi terapi diare.
Sebuah metaanalisis dari 21 penelitian (dipublikasi di Journal of Nutrition, 2006) membandingkan efek susu dengan placebo pada individu tanpa gangguan pencernaan. Ternyata ditemukan bahwa laktosa bukan penyebab masalah/gejala saluran cerna seperti diare. Ada banyak penyebab diare, misalnya, karena infeksi atau iritasi. “Produk susu yang difermentasi justru bisa digunakan untuk terapi diare,” ucap dr. Diana.
Susu bisa menyebabkan diare hanya pada mereka dengan intoleransi laktosa. Pada orang dengan kondisi ini, minum susu dengan segala rasa maupun produk susu lainnya (kecuali yoghurt) bisa menimbulkan diare.
Mitos kelima:
Hanya jenis susu murni yang baik untuk tubuh.
Faktanya, susu dengan rasa, seperti full cream dapat membantu kita lebih kenyang hingga mengurangi konsumsi asupan lain.
Banyak yang menghindari susu full cream dan lebih memilih susu skim atau susu rendah lemak. “Justru dari penelitian Skandinavian Journal of Primary Health 2013, susu full cream bisa membuat kita lebih kenyang sehingga asupan yang lain berkurang,” lanjutnya. Jadi, jangan takut minum susu full cream. Asal sesuaikan dengan asupan total harian.