Ceknricek.com — JUMLAH lelaki penyuka lelaki (gay) meningkat pesat di Sumatera Barat. Data terakhir Kementerian Kesehatan menyebutkan, jumlah lelaki penyuka sesama jenis (gay) di Sumbar 14.469 orang. Ini belum termasuk pria pelanggan waria. Jumlah waria saat ini 2.501 orang. Peningkatan ini mencapai 2,5 kali lipat.
"Kalau pelanggan waria adalah pria, maka total pria penyuka sesama jenis diperkirakan mencapai 20 ribu orang. Ini meningkat 2,5 kali lipat," kata Konselor Perhimpunan Konselor VCT dan HIV AIDS Indonesia, Sumbar, Khaterina Welong dalam seminar di Auala Masjid Raya Nurul Iman, Padang, seperti dilaporkan Antara, Selasa (1/5).
Data Kementerian Kesehatan juga menyebutkan, terdapat 10.376 kasus HIV baru pada periode Januari sampai Maret 2018 dengan persentase lelaki suka lelaki sebesar 28 persen. Pemicu HIV tertinggi di Sumbar, menurut Khaterina, adalah perilaku lesbian, gay, biseksual, transgender (LGBT), khususnya hubungan seksual antarsesama laki-laki.
Jika dilihat dari kelompok umur, penderita AIDS/HIV tertinggi ada pada rentang usia 20 sampai 29 tahun sebanyak 29,3 persen. Artinya yang terinfeksi HIV adalah mereka yang melakukan perbuatan yang berisiko 10 tahun sebelumnya atau pada usia 10 hingga 19 tahun.
Khaterina menjelaskan, berdasarkan perkiraan pada 2016, jumlah lelaki penyuka sesama jenis di Sumbar paling banyak di Padang, sebanyak 5.267 orang, Kabupaten Agam (903 orang), Kabupaten Pesisir Selatan (882 orang), Kabupaten Pasaman Barat (870 orang).
Kemudian, Kabupaten Padang Pariaman (705 orang), Kabupaten Solok (716 orang), Kabupaten Sijunjung (459 orang), Kabupaten Tanah Datar (434 orang), Kabupaten Limapuluh Kota (718 orang), Kota Pariaman (536 orang), Kabupaten Solok Selatan (339 orang), dan Kabupaten Dharmasraya (518 orang), Kota Solok (360 orang), Sawahlunto (153 orang), Kota Padang Panjang (135 orang), Kota Bukittinggi (185 orang), Kota Payakumbuh (333 orang), dan Kota Pariaman (217 orang).
Kisah Kelam
Terungkapnya jumlah pria penyuka pria di Sumbar itu melalui seminar yang diselenggarakan di Auala Masjid Raya Nurul Iman, Padang. Dalam seminar itu juga dihadirkan seorang penyuka sesama jenis, yang terinfeksi HIV.
Saat itu, susana berlangsung dramatis. Seorang pria bermasker melangkah ke depan aula. Setelah berdiri tenang, lelaki itu — dengan mengumpulkan segenap keberaniannya — meminta hadirin tidak mengambil gambarnya saat dia membuka maskernya.
“Saya mau buka masker ini tapi syaratnya satu, tidak ada yang mengambil gambar, sepakat semua?" tanyanya kepada hadirin, yang diikuti anggukan semua orang yang ada di dalam Aula Masjid Raya Nurul Iman, Kota Padang, Selasa (1/5).
Setelah yakin tidak ada yang mengambil foto, lelaki itu membuka maskernya. Lelaki bernama B itu, kemudian bercerita pengalaman kelam masuk dunia gay hingga akhirnya terjangkit HIV. "Inilah saya bapak dan ibu. Terinfeksi HIV sejak enam tahun lalu," katanya kepada hadirin.
Sembari menarik nafas dan menahan haru, B menceritakan kisah suramnya. Menurutnya, dia terpaksa menjadi seorang gay karena memerlukan biaya bertahan hidup saat merantau ke Jakarta pada kurun 2000.
Di Jakarta, B yang bercita-cita menjadi guru dan dapat melanjutkan ke Perguruan Tinggi, terbentur biaya hidup. Mencari pekerjaan susah. Pada saat itu, seorang temannya menawarkan “pekerjaan” dengan menjual diri sebagai gay. Tawaran itu akhirnya dia terima.
"Bukan saya tidak tahu agama, waktu SMA saya malah mengajar mengaji bagi anak-anak TPA, tapi karena tak ada lagi pilihan akhirnya saya tercebur ke dunia kelam," ucapnya lirih.
Semua hadirin diam tercekat diselimuti keharuan. Sekilas memang tak akan ada yang menduga dalam tubuh kekar pria itu bersemayam virus HIV.
Titik balik kehidupan B terjadi pada 2012 saat dia dinyatakan positif HIV. Dengan segenap upaya, B berjuang mengubah orientasi seksual dari penyuka sesama pria, kembali normal. Perubahan ini setelah dia mengenal dr Armen Ahmad SpPd, konsultan penyakit tropik dan infeksi Rumah Sakit M Djamil Padang.
"Sejak mendapat bimbingan, saya berhenti total dan meninggalkan dunia kelam itu kembali ke jalan yang benar," ucapnya sambil menoleh Armen, yang sejak awal berdiri disampingnya.
Setelah dinyatakan positif HIV, B menggunakan kesempatan hidup yang masih tersisa untuk bertobat dan meninggalkan semua perilaku menyimpang yang pernah dilakoni. "Bagi saya hidup hanya sekali, kita tak pernah tahu kapan akan mati. Selagi diberi kesempatan akan saya gunakan untuk bertobat," katanya.
Kepada semua peserta seminar, dia mengingatkan untuk menjauhi perbuatan berisiko menularkan HIV dan menyarankan cek dini sebelum terlambat. Dia juga meminta masyarakat menghapus stigma negatif terhadap pengidap HIV.
Konsultan penyakit tropik dan infeksi Rumah Sakit Umum Pusat M Djamil Padang dr Armen Ahmad SpPd mengingatkan, masyarakat menjauhi penyebab HIV bukan penderitanya, karena mereka juga punya hak hidup dan diperlakukan sebagaimana manusia lainnya.
"Jadi yang dimusuhi itu adalah penyakitnya bukan orangnya," ujarnya.
Salah satu masalah besar yang dihadapi penderita HIV dan AIDS, menurutnya, adalah stigma buruk, tidak hanya dari masyarakat bahkan petugas medis kadang juga ada.
Menurut Armen, hingga saat ini penularan HIV dan AIDS umumnya disebabkan oleh empat faktor, yaitu berhubungan seks di luar nikah, berhubungan sesama jenis, penggunaan narkoba dan penularan dari ibu ke anak.
“Namun kecenderungan dalam beberapa tahun terakhir yang paling tinggi adalah hubungan sesama jenis khususnya lelaki sesama lelaki,” ujarnya.
Antara