Ceknricek.com — China memberikan tanggapan keras setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut bahwa kenaikan tarif sebagai bagian dari strategi perdagangannya.
Amerika Serikat memulai pertempuran tarif dengan China pada 2018, dengan meminta perubahan struktural yang luas dari Beijing. Tetapi ketegangan antara Washington dan Beijing meningkat tajam, Mei lalu, setelah pemerintah Trump menuduh China mengingkari janji untuk membuat perubahan ekonomi struktural selama berbulan-bulan pembicaraan perdagangan.
“Tarif adalah alat negosiasi yang hebat,” ucap Trump, satu hari setelah mengatakan dia siap untuk memaksakan putaran lain dari tarif hukuman terhadap China.
Senin (10/6), Trump kembali berencana menaikkan tarif impor China lebih lanjut, jika tidak ada perundingan perdagangan dengan Presiden China Xi Jinping di KTT G20 akhir bulan ini.
Trump berulang kali mengatakan dia bersiap-siap untuk bertemu Xi Jinping di KTT G20 di Osaka, Jepang, akhir Juni, tetapi China belum mengonfirmasi hal itu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengatakan bahwa pihaknya akan merilis pertemuan itu, usai G20.
“China tidak ingin berperang, tetapi kami tidak takut berperang. Jika Amerika Serikat hanya ingin meningkatkan friksi perdagangan, kami akan dengan tegas menanggapi dan berjuang sampai akhir,” katanya, seraya menambahkan bahwa pintu China terbuka untuk pembicaraan berdasarkan kesetaraan.
Pekan lalu, Trump mengatakan setelah G20, ia akan memutuskan pertemuan para pemimpin ekonomi terbesar dunia, dan akan mengenakan tarif tambahan 300 miliar dolar AS pada barang-barang China.
Selain China, Trump juga mengancam Meksiko akan mengenakan tarif, jika pemerintah Meksiko terus membendung aliran migran melintasi perbatasan AS-Meksiko. Ini semakin mempertegas Trump membuka pintu perang ganda terhadap dua mitra dagang utamanya.
Foto : Antara
Pada 10 Mei, Trump menaikkan tarif atas US$200 miliar barang impor dari China menjadi 25 persen dan mengambil langkah untuk memungut bea impor tambahan US$300 miliar dari China. Beijing membalas dengan kenaikan tarif pada daftar revisi US$60 miliar barang-barang impor AS.
Tak berhenti sampai disitu, Washington berupaya mendesak Beijing untuk membatasi subsidi perusahaan milik negara China dan akses yang lebih baik untuk perusahaan-perusahaan AS ke pasar China. Hal ini guna mengatasi kekhawatiran transfer teknologi paksa dan pencurian rahasia dagang AS oleh China.
Hal itu dibuktikan AS-China dengan menempatkan Huawei Technologies Co Ltd, pada daftar hitam yang secara efektif melarang perusahaan-perusahaan AS melakukan bisnis dengan perusahaan China.
Meski China belum melakukan balasan, namun para investor khawatir China akan memasukkan perusahaan-perusahaan AS ke daftar hitam atau melarang ekspor logam ke Amerika Serikat, yang digunakan dalam produk seperti chip memori, baterai isi ulang, dan ponsel.