Ceknricek.com — Belakangan ini, para tokoh lebih suka menuduh “penumpang gelap” sebagai dalang dan biang kerusuhan. Karena gelap, maka sampai kini tidak diketahui siapa kambing hitam yang dimaksud para tokoh itu.
Presiden Joko Widodo termasuk yang menyebut ada “penumpang gelap” terkait kerusuhan Papua. “Ya, bisa saja dalam sebuah peristiwa itu ada yang membonceng, ada penumpang gelap, biasalah menurut saya,” urainya, seperti ditayangkan KompasTV, 22 Agustus lalu.
Sebelumnya, Sufmi Dasco Ahmad juga melempar bola panas ke publik tentang isu “penumpang gelap” yang membonceng Prabowo Subianto pada Pilpres 2019. Sama seperti Jokowi, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini tak menyebut siapa yang dimaksud “penumpang gelap” itu.
Ungkapan ‘penumpang gelap’ disadur dari idiom bahasa Belanda ’zwarterijder’ (zwart = hitam, gelap, rijder = penumpang). Arti secara harfiah tentunya “penumpang pada suatu kendaraan (bisa bus, kereta api, kapal laut, dan lainnya) yang tidak membayar”. Secara kiasan “penumpang gelap” adalah ’orang yang menyamar’.
Konotasi “penumpang gelap” jelas negatif. Makna secara harfiah, “penumpang gelap” biasanya terjadi di daerah miskin. Makin kaya suatu daerah, makin sedikit penumpang yang kepingin gratis. Hanya saja, secara kiasan, “penumpang gelap” tak sekadar gratis naik kendaraan. Para “penumpang gelap” punya target besar. Dia masuk dalam sebuah komunitas untuk tujuan tertentu.
Baca Juga: Aneh, Orang Papua Kok Minta Banser Dibubarkan. Siapa Bermain?
“Penumpang gelap” yang dimaksud Dasco tentu tokoh yang membonceng Gerindra atau Prabowo untuk mendapatkan sesuatu yang besar, kedudukan, misalnya. Dia disebut sebagai penumpang gelap karena, misalnya, mereka bukan anggota dan kader Gerindra.
Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Rachmawati Soekarnoputri, berpendapat penumpang gelap merupakan hal yang biasa dalam politik. Dia mencontohkan orang yang kaki kiri dan kanannya berada di pihak berbeda adalah “penumpang gelap”. “Di mana-mana bisa saja ada yang namanya penumpang gelap. Ada orang yang artinya kaki kanan di sana kaki kiri di sini ya biasa,” lanjutnya.
“Penumpang gelap” dalam konteks kerusuhan Papua, tidak sama dengan yang dimaksud Dasco maupun Rachmawati. Penumpang gelap dalam kasus Papua boleh jadi tentu oknum yang akan dituntungkan jika Papua rusuh. Para penumpang gelap ini menyamar bisa sebagai apa saja. Hanya saja, Jokowi tampaknya hanya menduga-duga saja. Dia bilang tidak menutup kemungkinan adanya pihak yang sebenarnya mengambil manfaat dari kasus ini.

Berbeda dengan Dasco. Dia menyampaikan ciri-ciri penumpang gelap itu, salah satunya adalah mereka yang pada Pilpres 2019 kerap menyudutkan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, dan Gerindra. Kelompok itu, memanas-manasi Prabowo agar mengorbankan para pendukungnya untuk membuat negara rusuh.
Waketum Partai Gerindra Arief Poyuono, menyebut salah satu penumpang gelap yang dimaksud adalah tokoh Hizbut Tahrir Indonesia atau HTI organisasi massa Islam yang sudah dilarang pemerintah. “Penumpang gelap itu kan banyak, misalnya beberapa tokoh-tokoh HTI yang ikut dalam pemenangan Prabowo-Sandiaga. Tapi saya tidak mengatakan mereka itu negatif,” kata Arief Poyuono dalam video yang juga diunggah KompasTV.
Pernyataan Arief ini terlontar setelah Gerindra mendapat desakan bertubi-tubi dari banyak pihak untuk membuka siapa sesungguhnya si penumpang gelap itu? Menyebut HTI, tentu paling minim risiko. HTI yang kini tengah menjadi incaran memang paling gurih untuk dijadikan kambing hitam.
Arief lupa, menganggap HTI sebagai penumpang gelap, maka pihak HTI pun bisa menuduh Prabowo hanyalah sebagai supir tembak. Sopir yang demikian itu nggak peduli nasib penumpang. Awalnya, penumpang diprovokasi supaya berjihad, belakangan setelah penumpangnya berjihad, sopirnya kabur. Lari, nyari kerja ke poll bus lain.
Baca Juga: Shinta Nuriyah Wahid: Semua Komponen Bangsa Mesti Junjung Tinggi Persamaan Derajat
“Sopir tembak” adalah sopir pengganti apabila sopir tetap berhalangan. Jadi sopir tembak adalah sopir sementara.
Sama seperti Dasco, tanggapan tentang siapa penumpang gelap yang disebut Jokowi juga mengundang polemik. Wakil Ketua DPR, Fadli Zon, menilai pernyataan adanya penumpang gelap yang sengaja memperkeruh suasana melalui isu Papua, sebagai hal yang serius. “Ini pernyataan yang serius. Ya, kalau presiden sudah ngomong ada yang menunggangi berarti Presiden sudah dapat informasi,” ujarnya, Kamis (22/8).
Fadli pun meminta Presiden Jokowi menegaskan siapa pihak-pihak yang dianggap sebagai penumpang gelap kerusuhan di Papua. “Nah, ini presiden harus menegaskan siapa yang menunggangi,” ucapnya.
Belajar dari Arief, sangat mudah bagi Jokowi untuk menyebut siapa yang ia maksud. Bisa saja HTI, kelompok bersenjata, boleh juga Organisasi Papua Merdeka atau OPM. Hanya saja, siapa pun yang bakal disebut tentu ada risikonya. Misalnya, akan ada pernyataan, “memangnya apa kerja intelijen selama ini, kok, sampai kebobolan?”. Agar tidak berisiko, biar saja “penumpang gelap” itu masih menjadi mesteri. Penumpang gelap hanya untuk menjadi kambing hitam saja. Jika ada yang terus mendesak, jawab saja, tau ah, gelap!”
BACA JUGA: Cek POLITIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.