Close Menu
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
Tentang Kami Kontak Kami
  • APP STORE
  • GOOGLE PLAY
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
CEK&RICEKCEK&RICEK
Trending:
  • Gobel: Melindungi Konsumen akan Perkuat Industri dan Untungkan Negara
  • Justin Bieber Rilis Album Baru ‘Swag’
  • G-Dragon Batalkan Jadwal Konser Übermensch di Bangkok
  • Indra Sjafri Resmi Jadi Plt Direktur Teknik PSSI
  • Astra Masih Merajai Industri Otomotif di Semester Pertama 2025
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
Home»Opini

Generasi Baru Papua: Kelompok Strategis yang Luput Dari Perhatian

Opini September 6, 20194 Mins Read

Ceknricek.com — Pemahaman keliru menghasilkan pendekatan dan kebijakan yang keliru pula. Kekeliruan itu bertambah, ketika yang digunakan adalah paradigma usang.

Salah satunya, yang seringkali diulang tentang Papua, termasuk oleh media konvensional, adalah anggapan seolah seluruh masyarakatnya masih bercorak tribalism. Dalam masyarakat “tribe” ini yang berpengaruh adalah pranata lama beserta para tokohnya, seperti “tokoh adat”, “kepala suku”, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan entah tokoh apalagi. (Di Papua kini ada plesetan “selain tokoh, juga ada toko, warung, dan kios…”). 

Pranata dan kelompok “tokoh” ini masih eksis, tapi pengaruhnya berangsur menyusut, menjadi sekadar simbol belaka. Celakanya, banyak yang kurang paham bahwa sejak era Orba Soeharto sudah terjadi kooptasi dan politisasi atas pranata-pranata “tradisional” tersebut (tidak saja di Papua tapi di seluruh Indonesia).

Generasi Baru Papua
Foto: Istimewa

Proses kooptasi dan politisasi sejak lama membuat lembaga dan tokoh-tokohnya ini tidak lebih dari sekadar ekstension kekuatan politik (dan ekonomi) di luar dirinya.

Maka tak mengheran ada “tokoh” yang sering dimunculkan oleh media televisi nasional, tapi oleh anak-anak muda Papua tokoh-tokoh ini dinilai karikatural mirip badut.

Ketika “kisruh” Papua menghentak dan menggema ke panggung politik nasional (dan internasional), bermunculanlah ke permukaan para “tokoh” ini.

Tapi mereka bukan memunculkan dirinya sendiri atau dimuncukan oleh media-media konvensional arus utama.

Sebagian mereka memang  sengaja dimunculkan, seperti para punakawan yang diangkat dari kotak kemudian digerakkan dan “berbunyi” sesuai kehendak Ki Dalang dalam sebuah pentas wayang.

Saat  heboh demo dan rusuh di Papua akibat persekusi dan aksi rasis di Jawa Timur,  pendapat kumpulan tokoh di atas diperdengarkan. Seolah mereka representasi riil, dan lebih parah lagi, seolah mereka masih punya pengaruh mengatasi kisruh yang tengah berlangsung.

Dalam heboh itu, ada kelompok strategis yang luput dari perhatian besar media-media konvensional, para penentu kebijakan, juga luput dari perhatian para  ilmuwan-pengamat.

Mereka adalah generasi baru Papua, generasi muda  terdidik, yang tersebar di berbagai kampus di dalam dan luar negeri, yang paradigmanya berbeda jauh dengan generasi tua mereka. Mereka adalah bagian dari generasi milenial, generasi yang tidak mengandalkan bedil dan mesiu, tapi mengandalkan kecerdasan intelektual. Senjata mereka adalah teknologi informasi (internet).

Generasi Baru Papua
Foto: Istimewa

Baca Juga: Dua Putri Papua Barat Menjadi Pilot Pertama di Maskapai Top Indonesia

Seperti juga generasi milineal di seluruh dunia, mereka adalah digital citizen, yang selalu terhubung (always online) dalam apa yang disebut Manuel Castells “Network Society”. Dan sebagian pasti sudah membaca karya Castells lainnya, “Network of Outrage and Hope: Social Movements  in the Internet Age” (2012).

Sebagai warganegara digital, mereka selalu terhubung dan punya akses ke semua pusat-pusat informasi global, memahami dinamika global. Karena itu mereka sudah  menjadi warga dunia modern yang rasional dan aktif. Jangkauan daya pikirnya dan orientasinya bercorak global.

Inilah generasi muda, generasi baru yang sedang dan akan terus tumbuh dan berkembang di Papua. Perubahan demografik menunjukkan jumlah mereka semakin bertambah dan signifikan.

Bagaimana memahami corak dan karakter generasi baru ini?

Secara politik, kata ilmuwan politik Marvin Rintala, generasi muda adalah sekelompok orang yang mengalami “the same basic historical experiences” pada  usia pembentukan-diri (formative years), yaitu berusia antara 17-25 tahun.

Generasi Baru Papua
Foto: Istimewa

Rintala menambahkan, karena punya pengalaman historikal mendasar yang sama dalam usia formatifnya, kelompok ini punya “political beliefs” tertentu yang khas, beda dengan lainnya. Mereka berpikir dan beraksi atas dasar “political beliefs” tersebut.

Adakah “the same basic historical experience” yang mereka alami, yang ikut membentuk “political beliefs” mereka? Ada! Bahkan sudah ada sejak generasi tua mereka, dan mereka juga alami saat ini.

“Memoria passionis”, ingatan kolektif tentang kegetiran masa lalu yang menurun ke masa sekarang, adalah salah satunya.

Saya kira definisi dari Rintala ini secara longgar bisa dipakai untuk memahami generasi muda Papua yang eksis dan sedang tumbuh saat ini.

Kepada mereka-lah perhatian harus diberikan, sebab masa depan Papua ada di tangan mereka, dan akan ditentukan oleh mereka.

BACA JUGA: Update Berita-Berita HEADLINE Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini

#generasibaru #Papua Opini
Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp Email

Related Posts

Seratus Tahun Mahathir

Tempat Jatuh Lagi Dikenang….

Siwak Sikat Bau Mulut

Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

Sedang Tren

Gobel: Melindungi Konsumen akan Perkuat Industri dan Untungkan Negara

Anggota Komisi VI DPR RI, Rachmat Gobel sangat mendukung amandemen terhadap Undang-undang Perlindungan Konsumen.

Justin Bieber Rilis Album Baru ‘Swag’

July 11, 2025

G-Dragon Batalkan Jadwal Konser Übermensch di Bangkok

July 11, 2025

Indra Sjafri Resmi Jadi Plt Direktur Teknik PSSI

July 11, 2025

Astra Masih Merajai Industri Otomotif di Semester Pertama 2025

July 11, 2025

Profil Dhika ‘Aura Farming’, Penari Pacu Jalur yang Dapat Beasiswa Rp20 Juta dari Menbud

July 11, 2025

Profil Humaira Asghar Ali, Aktris Pakistan yang Ditemukan Tewas Membusuk di Apartemennya

July 11, 2025

Fadli Zon: Pacu Jalur Jadi Momentum Promosi Budaya Indonesia

July 11, 2025
logo

Graha C&R, Jalan Penyelesaian Tomang IV Blok 85/21, Kav DKI Meruya Ilir, Jakarta Barat. redaksi@ceknricek.com | (021) 5859328

CEK & RICEK
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
575/DP-Verifikasi/K/X/2020

Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
© 2017-2025 Ceknricek.com Company. All rights reserved.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.