Ceknricek.com – Hari Raya Idul Fitri mempunyai arti penting bagi umat Islam karena mengandung makna mempererat persaudaraan sesama Muslim. Hal ini disampaikan Ketua Umum Yayasan Pesantren Islam Al Azhar H. Sobirin, HS saat menjadi khatib shalat Ied di Masjid Agung Al Azhar Jakarta, Jumat (25/6).
“Di dalam Idul Fitri terkandung makna yang mempererat persaudaraan sesama Muslim untuk melanjutkan perjuangan hidup yang lebih berat,” kata Sobirin
Sobirin mengatakan perjuangan hidup manusia yang lebih berat harus terus dilanjutkan dengan melawan hawa nafsu dan memerangi kehendak nafsu jahat yang dapat merugikan diri manusia sehingga menjadi sengsara.
Idul Fitri oleh ulama dikategorikan sebagai hari yang suci bagi umat Islam yang telah berhasil mengendalikan hawa nafsu dengan menjalani ibadah puasa, kata Sobirin.
“Kemudian dilanjutkan dengan silahturahmi dalam arti saling meminta maaf dan meminta dibebaskan dari segala dosa di antara sesama manusia,” kata Sobirin.
Khotbah yang disampaikan oleh Sobirin ini disesuaikan dengan imbauan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang meminta seluruh khatib yang akan memberikan khotbah saat Shalat Ied Hari Raya Idul Fitri 1439 H, menyebarkan pesan damai kepada seluruh umat.
Usai jumpa pers Sidang Isbat penentuan 1 Syawal 1439 H, Menteri Lukman menyampaikan bahwa khotbah yang disampaikan para khatib harus membawa pesan kemanusiaan dan mempersatukan seluruh masyarakat.
Silaturahmi Umat
Gubernur Jawa Barat periode 2008-2018 Ahmad Heryawan menyatakan silaturahmi antarmasyarakat akan memperkuat rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia.
Dalam Khotbahnya saat Shalat Idul Fitri di Lapangan Gasibu, Kota Bandung, Jumat, Aher menekankan pentingnya menjaga silaturahmi, terlebih masyarakat Jabar terkenal akan keramahtamahan, kepedulian, dan rasa gotong royongnya.
“Sikap-sikap kebersamaan itu telah lama bersemayam pada seluruh masyarakat di tatar Sunda ini. Tidak heran jika sesungguhnya berbagai kesulitan di kampung-kampung sudah nanyak terselesaikan oleh sesama penduduk di wilayah tersebut,” ujar Aher dalam shalat dengan imam Ma’mun Abdurrohman, Pimpinan Pesantren Al-Qur’aaniyyah sekaligus Imam Masjid Agung Raya Jawa Barat, ini.
Menurutnya, gotong royong yang diawali dengan kebiasaan melakukan silaturahmi telah tumbuh lama dan menjadi keseharian seluruh masyarakat di Jawa Barat. Maka dari itu, kebiasaan tersebut telah menjadi ciri khas masyarakat Indonesia.
“Sebut saja kebiasaan nyirip yang berasal dari Sukabumi atau ngaliwet yang berasal dari hampir seluruh tatar Sunda, atau ngantereun yang dilakukan menjelang hari raya,” kata dia.