Ceknricek.com — Indonesia adalah produsen kopi penting dunia. Negeri ini merupakan penghasil biji kopi terbesar keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam dan Kolombia. Produksi kopi Indonesia sebesar 639.000 ton pada 2017 atau 8% dari produksi kopi dunia. Komposisinya, 72,84% merupakan kopi jenis robusta dan 27,16% kopi jenis arabika.
Sayang, harga kopi di pasar internasional kurang menguntungkan. Inilah yang membuat Wakil Presiden, Jusuf Kalla, mengajak negara-negara penghasil kopi untuk mengurangi produksi.
Harga kopi yang rendah sangat merugikan petani kecil. ”Bukan industri ataupun konsumen,” kata Jusuf Kalla dalam pernyataan tertulis ketika berbicara pada forum Aksi Bersama Mengatasi Krisis Harga Kopi dan Mencapai Produksi Kopi Berkelanjutan di Markas Besar PBB, New York, Kamis (26/9).

Lebih dari 96% lahan kopi di Indonesia dikelola oleh petani kecil. Pada saat permintaan kopi melonjak, industri kopi besar menjadi pihak yang paling diuntungkan. “Lebih dari 25 juta petani kecil kopi di seluruh dunia, berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Indonesia sendiri memiliki 1,8 juta petani kopi,” katanya.

Sejak 1982 hingga saat ini, harga biji kopi dunia telah turun hingga 70%. Salah satu penyebab anjloknya harga karena terjadi kelebihan pasokan produksi biji kopi dunia. Atas dasar ini Wapres menganggap pengendalian produksi adalah salah satu cara untuk mendongrak harga.
Baca Juga: Impor Biji Kakao Tanpa Bea Masuk?
Ide mengurangi produksi boleh jadi masuk di akal. Hanya saja, jika tujuannya untuk menolong petani maka ada cari lain yang lebih pas untuk diperjuangan. Pertama, yang paling dekat adalah mendongkrak konsumsi kopi dalam negeri. Kedua, meningkatkan ekspor kopi olahan.
Nah, Ketua Dewan Kopi Indonesia, Anton Apriyantono, memilih meningkatkan konsumsi kopi sebagai upaya menyikapi harga yang terus menurun. “Secara umum harga kopi memang turun terus, dan sayangnya harga kopi itu memang mengikuti internasional. Itu kenapa kita harus dorong penggunaan dalam negeri, kalau meningkat kita tidak tergantung pada ekspor,” ujarnya.
Kopi Olahan
Jalan kedua adalah menggenjot ekspor kopi olahan. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, dari sisi volume ekspor kopi olahan pada 2018, naik 21,49% menjadi 216.000 ton. Sedangkan dari sisi nilai, meningkat 19,01% menjadi US$580 juta. Pada tahun 2017 volume ekspor mencapai 178.000 ton atau senilai US$487 juta.
Ekspor kopi olahan tersebut didominasi oleh kopi olahan berbentuk instan sebesar 87,9%, sisanya ekstrak, esens, dan konsentrat kopi. Negara tujuan ekspor tersebar ke kawasan Asean, Iran, dan Uni Emirat Arab.
Baca Juga: Beda Cita Rasa Kopi Toraja Dengan Sumatera
Indonesia memiliki berbagai jenis kopi specialty yang dikenal di dunia, termasuk Luwak Coffee dengan rasa dan aroma khas sesuai indikasi geografis yang menjadi keunggulan Indonesia.

Hingga saat ini, sudah terdaftar sebanyak 22 indikasi geografis untuk kopi Indonesia, di antaranya Kopi Arabika Gayo, Kopi Arabika Toraja, Kopi Robusta Pupuan Bali, Kopi Arabika Sumatera Koerintji, Kopi Liberika Tungkal Jambi dan Kopi Liberika Rangsang Meranti.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), Moelyono Soesilo, mengatakan bahwa korporasi besar juga sudah mulai memprospek ekspor kopi sachet meskipun porsinya belum sebesar di tingkat lokal. Ia memperkirakan porsi ekspor saat ini masih sekitar 15% dari volume produksi kopi olahan dalam negeri.
Baca Juga: Ternyata Hampir Semua Coffee Shop di Dunia Pakai Kopi Sumatera
Salah satu korporasi yang telah mengekspor kopi sachetnya ialah PT Mayora Indah Tbk. Perusahaan memperkuat ekspansi di pasar ekspor dengan menyasar negara Eropa yakni Rusia. Pada tahun 2018 Mayora berhasil mengirimkan 1.000 kontainer produknya ke Rusia, sementara sejak lima tahun terakhir pertumbuhan bisnis di Rusia terus naik setinggi 30%.

Pada saat ini permintaan ekspor kopi memang lebih dominan pada green bean atau biji kopi hijau. Cukup sulit mencari pengimpor yang mau memesan roasted bean atau biji kopi yang sudah dipanggang. Itu sebabnya perlu didorong kreativitas industri. Misalnya, tidak hanya menjadikan kopi sebagai minuman, tetapi juga mengolahnya sebagai makanan dan kosmetik. Harga produk olahan kopi jelas lebih tinggi bila dibanding green bean.