Ceknricek.com — Sun Yat Sen dikenal sebagai pemimpin sekaligus tokoh penting revolusi Tiongkok yang juga diakui sebagai Bapak Negara Tiongkok Modern, baik di Tiongkok Daratan maupun Taiwan.
Dia memainkan gerakan untuk menggulingkan dinasti kekaisaran terakhir Tiongkok, Dinasti Qing yang selama berabad-abad mengisolasi diri dari dunia luar sehingga memicu revolusi besar-besaran di China.

Menurut Sun Yat-sen, Tiongkok perlu diorganisasi dengan cara yang baru, yaitu dengan revolusi. Ia kemudian memimpin suatu pemberontakan sejak 1895 di Kanton, meskipun beberapa kali dapat diredam oleh kekaisaran.
Sun Yat Sen akhirnya berhasil menumbangkan Dinasti Qing setelah belasan kali melakukan perlawanan yang menandai akhir dari masa Kekaisaran Tiongkok untuk kemudian menjadi Republik.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Perang Candu II Berkobar di China

Dia pun diangkat menjadi Presiden sementara Republik Tiongkok pada 29 Desember 1911, atau tepat hari ini 108 tahun yang lalu dan secara resmi menjalankan tugasnya pada 1 Januari 1912 hingga 1 April 1912.
Sejak permulaan abad ke-19, Kekaisaran Qing terus menghadapi berbagai tantangan, termasuk sejumlah pemberontakan dan serbuan asing ke wilayah Tiongkok karena lemahnya pertahanan militer dan teknologi mereka.
Dua kali mengalami kekalahan dalam Perang Candu (1842-1860) melawan kekuatan Barat meneyebabkan China harus kehilangan Hong Kong dan beberapa pulau kecil lain. Tidak hanya itu China juga kalah dalam Perang Sino-Jepang Pertama (1894-1895).

Meski dinasti Qing masih mampu mengendalikan Tiongkok, jutaan orang China yang hidup di luar negeri, termasuk di Asia Tenggara dan Amerika akhirnya mulai menuntut dilakukannya reformasi dan revolusi di kalangan akar rumput agar China bisa maju.
Baca Juga: Kisah Hidup Mao Zedong, Bapak Pendiri Republik Rakyat China
Dari beberapa tokoh yang kemudian memimpin revolusi ini adalah seorang dokter bernama Sun Yat Sen yang membentuk Aliansi Revolusioner Tiongkok atau Tongmenghui yang bertujuan menggeser Kekaisaran Qing dengan pemerintah republik.

Aliansi gerakan bawah tanah ini dibentuk melalui penyatuan Xing Zhong Hui atau Perhimpunan kebangkitan Tiongkok dengan beberapa kelompok revolusioner Tiongkok lain yang terdiri atas para pemuda untuk merebut kekuasaan kekaisaran.
Pada 10 Oktober 1911, kaum revolusioner yang tergabung dalam Batalion Teknik ke-8 Resimen ke-8 Angkatan Darat Baru di Wuchang kemudian meluncurkan pemberontakan anti-Manchu. Dinasti Qing pun kalah telak.
Sun Yat Sen yang pada saat kemenangan republik sedang berada di Amerika Serikat pun segera membuat persiapan untuk kembali ke Tiongkok. Sementara itu, dinasti Qing yang mengalami kekalahan beruntun pasca-pemberontakan Wuhan akhirnya mengubah sistem pemerintahan menjadi monarki konstitusional.

Baca Juga: Chiang Kai Shek Diktator Nasionalis China yang Mendirikan Taiwan
Jenderal Yuan Shikai kemudian ditunjuk menjadi perdana menteri, namun sebelum mereka berhasil merebut area yang dikuasai kaum nasionalis revolusioner, sejumlah provinsi mulai memproklamasikan pemisahan dari kekaisaran.
Pada akhir tahun 1911 tuntutan reformasi kian tak terbendung. Upaya kudeta kekuasaan oleh Yuan Shikai dan Revolusi Xinhai yang digerakkan kaum nasionalis China kemudian sukses menggulingkan kekuasaan Puyi. Tanggal 12 Februari 1912 Dekrit Kekaisaran tentang Penurunan Tahta Kaisar Qing pun dirilis.
Kaisar Terakhir, Puyi yang berusia 6 tahun, secara resmi akhirnya turun tahta dan menandai akhir era dinasti Qing dan masa kekaisaran ribuan tahun di China. Dari sinilah Sun Yat-Sen kemudian terpilih sebagai presiden pertama Tiongkok serta ditandainya awal mula berdirinya Republik Tiongkok.
BACA JUGA: Cek BIOGRAFI, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini