Ceknricek.com — Nilai tukar (kurs) rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan yang sempat terkoreksi diprediksi bakal kembali menguat pada perdagangan Jumat (3/1). Hal ini disebabkan karena faktor-faktor internal maupun eksternal yang bisa mempengaruhi optimisme pasar.
Pantauan dari Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap US$ pada perdagangan Jumat (3/1) dibuka di level Rp13.885 atau menguat dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya di level Rp13.893. Hingga pukul 9:41 WIB, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta berada di level Rp13.923 atau terkoreksi 0,21 persen.
Sementara untuk kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) pada Jumat (3/1), rupiah sedikit terkoreksi ke Rp13.899, atau terkoreksi Rp4 dari hari sebelumnya.
Baca Juga: Meski Inflasi Terkendali, Rupiah dan IHSG Ditutup Melemah
Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat dibuka menguat 22,61 poin atau 0,36 persen ke posisi 6.306,19. Sementara indeks kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 bergerak naik 5,1 poin atau 0,5 persen menjadi 1.016,72.

Menurut Direktur PT Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi beberapa faktor domestik dan eksternal menjadi sentimen-sentimen yang mempengaruhi pasar. Dari domestik, inflasi secara keseluruhan pada akhir tahun 2019 tercatat 2,72 persen, lebih rendah dari 2018 yang mencapai 3,13 persen.
Dari eksternal, Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menyatakan akan menandatangani kesepakatan perdagangan fase pertama dengan China pada 15 Januari 2020. Trump menyatakan seremoni penandatanganan kesepakatan tersebut akan dilakukan di Gedung Putih.
Setelah penandatangan, Trump berencana akan melakukan kunjungan ke China untuk melanjutkan pembicaraan mengenai kesepakatan fase kedua. Kendati demikian, sejauh ini China belum memberikan konfirmasi mengenai tanggal tersebut dan belum merilis pernyataan apa pun tentang penandatanganan tersebut.
BACA JUGA: Cek EKONOMI & BISNIS, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini