Ceknricek.com — Panasnya situasi geopolitik akibat tewasnya Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani, kepala Pasukan elit Quds, dan komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis, turut berimbas pada pasar keuangan Indonesia. Nilai tukar rupiah (kurs) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sama-sama dibuka melemah pada perdagangan Senin (6/1).
Pada perdagangan antarbank di Jakarta seperti dikutip dari Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka di level Rp13.933, atau melemah Rp3 dari penutupan perdagangan sebelumnya. Hingga pukul 10.10 WIB, rupiah bergerak melemah 35 poin atau 0,25 persen menjadi Rp13.965 per dolar.
Sementara untuk kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) pada Senin (6/1), rupiah juga terkoreksi ke Rp13.961, atau melemah dari kurs JISDOR sehari sebelumnya di level Rp13.899.
Baca Juga: BI: Aliran Modal Asing Sepanjang 2019 Tembus Rp224,2 triliun
Senada dengan kurs, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin pagi dibuka melemah 29,97 poin atau 0,47 persen ke posisi 6.293,5. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 8,56 poin atau 0,84 persen menjadi 1.012,93.

Bursa saham regional Asia siang ini antara lain indeks Nikkei melemah 496,69 poin atau 2,1 persen ke 23.159,93, indeks Hang Seng melemah 254,76 poin atau 0,9 persen ke 28.196,74, dan indeks Straits Times melemah 18,98 poin atau 0,59 persen ke posisi 3.219,84.
Meningkatnya kekhawatiran bahwa ketegangan Timur Tengah dapat mengganggu pasokan minyak dan telah membuat harga minyak naik. Hal ini berimbas pada pasar keuangan.
Dari sisi eksternal lainnya, keputusan bank sentral China (People Bank of China atau PBoC) untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneternya diprediksi akan menjadi sentimen positif di pasar keuangan.
PBoC memangkas jumlah uang tunai yang harus disimpan dalam cadangan perbankan, melepaskan dana sekitar 800 miliar yuan (115 miliar dolar AS) guna menopang perlambatan ekonomi negara itu.
Selain itu, masalah brexit juga masih akan menjadi perhatian pelaku pasar. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan Uni Eropa mungkin perlu memperpanjang batas waktu untuk pembicaraan tentang hubungan perdagangan baru dengan Inggris.
BACA JUGA: Cek EKONOMI & BISNIS, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini