Ceknricek.com — Rasanya ada yang kurang ketika Tahun Baru Imlek tetapi tidak ada film Mandarin di layar lebar. Kebetulan, mulai Jumat (24/1) film laga Hong Kong yang dibintangi Donnie Yen, Enter the Fat Dragon (2020) mulai ditayangkan di bioskop Indonesia. Namun apakah film ini layak untuk mengisi waktu liburan Anda?
Jawaban singkatnya, ya. Film ini cukup membayar kerinduan para penggemar Donnie Yen untuk kembali memainkan film yang tidak terlalu berat seperti Ip Man yang juga belum lama ini juga ditayangkan di layar lebar. Namun, apakah film ini layak disebut film laga yang patut dikenang?
Baca Juga: Review ‘Ip Man 4: The Finale’, Jurus Berulang yang Membosankan
Maaf saja, menurut penulis review ini Enter the Fat Dragon jauh dari predikat itu. Aksi yang ditawarkan memang menarik, cuma terbilang biasa-biasa saja bagi penampilan seorang Donnie Yen.

Lalu bumbu-bumbu komedi yang menghiasi film ini juga terkesan khas ala Wong Jing. Maksudnya adalah agak slapstick, blak-blakan dan kadang mungkin hanya dimengerti beberapa orang tertentu.
Bagi yang belum tahu siapa itu Wong Jing, dialah sutradara Hong Kong yang menelurkan film-film komedi aksi seperti God of Gamblers dan From Vegas to Macau. Tak semua film Wong Jing juga layak ditonton atau dikenang, dan sepertinya Enter the Fat Dragon menjadi salah satu film yang akan terlupakan.
Enter the Fat Dragon sendiri merupakan remake dari film tahun 1978 dengan judul yang sama dan dibintangi Sammo Hung. Meski terbilang remake, yang mirip sepertinya hanyalah karakter dari kedua tokoh utama yang sama-sama diceritakan sebagai penggemar Bruce Lee. Jalan cerita dari kedua film ini jelas berbeda.

Jika Sammo Hung memang benar-benar gemuk, maka dalam film ini Donnie Yen dibuat gemuk dengan berbagai riasan dan perlengkapan. Saat kredit film akan ditayangkan proses mekap dan persiapan kostum Donnie Yen menjadi pria gemuk 113,4 kilogram.
Mungkin terkesan subjektif, tapi jujur penulis berharap ketika Donnie Yen berperan sebagai pria gemuk, maka koreografi dan aksi yang ditawarkan akan disesuaikan dengan “kondisi fisiknya” itu. Namun faktanya aksi dalam film sama saja seperti ketika Donnie Yen dalam keadaan normal.
Dia masih bisa melompat dari atap ke atap, berlari mengejar mobil, hingga bergerak lincah layaknya pria atletis. Lantas apa gunanya Donnie Yen didandani seperti itu? Kesannya kegemukan yang ada itu hanya seperti dandadan semata dan kostum. Toh tanpa kegemukannya itu, Donnie Yen juga melakukan aksi yang serupa dalam film-filmnya yang lain.

Dari sisi cerita, narasi yang ditawarkan agak terlalu dangkal dan terkesan dipaksakan. Seperti ada bagian dari film yang sebenarnya bisa dieksplorasi lagi. Ada bagian yang hilang dari narasi cerita, tiba-tiba film ini sudah sampai klimaks dan penyelesaian.
Kehadiran lawan main Donnie Yen dan karakter tambahan lainnya juga seperti dibebaskan liar begitu saja, bukannya untuk mendukung alur cerita dan latar belakang karakter supaya film lebih menarik. Belum lagi lelucon yang terkesan Wong Jing “banget”, yang tak semua orang mungkin bisa cocok dengan komedi seperti itu.
Pada akhirnya, Enter the Fat Dragon (2020) ini tetap bisa menjadi film yang bisa mengisi waktu liburan Anda. Namun mungkin setelah menonton film Anda akan terasa, “Gitu doang?”.
BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini