Ceknricek.com – Musik yang sering kita dengar ternyata memiliki banyak sisi lain yang belum kita ketahui. Bukan sekedar alunan lagu yang disampaikan, faktanya musik dapat mempengaruhi progres kerja otak kita.
Bukan hanya untuk hiburan semata, kini musik memiliki kelebihan lainnya seperti yang di kutip dari brilio.net:
Musik bagus untuk jantung
Rumah Sakit Umum Massachusetss, Amerika, telah menunjukkan hasil pengamatan bahwa pemulihan beberapa pasien pasca operasi jantung dipengaruhi oleh aktivitas mendengarkan musik. Bagi pasien yang rajin mendengarkan alunan piano Mozart selama setengah jam setiap harinya, mereka mengalami perubahan denyut jantung dan tekanan darah yang kembali stabil ketimbang mereka yang tidak mendengarkan musik.
Setiap individu tidak terpisahkan dari musik
Menurut seorang dokter bernama Oliver Sacks dalam bukunya Musicophilia, otak kita lebih banyak merekam dan menyimpan alunan musik ketimbang kekayaan bahasa. Bahkan hal ini juga berlaku bagi mereka yang mengalami hambatan dalam berbicara (aphasic). Mereka justru lebih mampu dan antusias merespons sebuah alunan lagu ketimbang bahasa. Oliver Sacks pun sering menyanyikan ‘Happy Birthday’ sebagai permulaan pengobatan bagi pasien aphasic.
Musik mampu meredakan rasa nyeri
Nah, kalau ingin sembuh dari sakit atau setidaknya meringankan rasa sakit yang kita derita, mendengarkan musik dengan alunan kalem seperti musik klasik, baik Mozart maupun Bach adalah pilihan super tepat. Sensasi tenang yang ditimbulkan setelah mendengarkan musik ini akan membuat kita merasa lebih aman dan nyaman. Sebab aktivitas jantung kita juga stabil. Bukan seperti ketika mendengarkan musik cadas seperti rock atau heavy metal yang justru bikin jantung berdegup kencang. Salah-salah sakitmu bertambah parah.
Musik berguna mengontrol obesitas
Poin ini terkait juga dengan cara makan, lho. Saat kamu mendengarkan musik yang soft dan membuat rileks ketika makan, cara makanmu juga bisa kalem, dan lebih bisa menikmati hasil setiap kunyahan makanan. Efeknya, kamu tak akan makan terburu-buru.
Sebab makan teburu-buru, terutama dalam poris yang besar akan mempengaruhi sistem pencernaanmu dan bisa menyumbangsih kenaikan berat badanmu, lho. Jadi, kalau kamu ingin diet, mendengarkan musik kalem bisa jadi sarana untuk mendukung program dietmu itu.
Musik memperkuat sistem imunitas tubuh
The Community Music School di Michigan State University menemukan fakta bahwa mendengarkan musik dapat meningkatkan produksi interleukin-1 yang memang mendorong peningkatan sistem imunitas tubuh kita. Penemuan ini sudah tercatat di buku The Rebirth of Music.
Musik bisa membantu terapi bayi lahir premature
Biasanya bayi yang terlahir prematur mengalami ketidakmatangan organ-organ tubuhnya, misalnya saluran pernapasan, peredaran darah, pencernaan, indera tubuh, dan sebagainya. Nah, ternyata The Beth Israel Medical Center melakukan terapi bagi bayi lahir prematur dengan musik.
Mereka mengondisikan bayi itu mendengarkan suara seperti selama di dalam rahim ibunya. Pilihan jenis musiknya yaitu musik perkusi. Efeknya, bayi-bayi ini lebih muda tertidur nyenyak dan tidak mengalami stres. Sebab setelah mendengarkan musik tadi, irama jantung dan pernapasan mereka cenderung stabil. Bisa dikatakan mereka seperti mendapatkan rasa nyaman sama seperti ketika masih di dalam kandungan.
Musik berguna bagi memori dan proses pembelajaran
Sebenarnya untuk poin ini, bergantung pada individu masing-masing. Ada beberapa orang yang mampu berkonsentrasi ketika mendengarkan musik, sedangkan yang lain tidak. Tapi faktanya, sudah banyak penelitian tentang “Mozart Effect” yang menunjukkan bahwa beberapa mahasiswa lebih mampu menyerap pelajaran Matematika saat mendengarkan musik klasik.
Memainkan alat musik bisa melatih keterampilan motoric
Bagi mereka yang mengalami stroke dan berakibat pada kerusakan otak, ternyata bermain alat musik bisa membantu pemulihan aktivitas motorik mereka secara perlahan. Sebab aktivitas motorik mereka berkesinambungan dengan kinerja otak saat memainkan alat musik.
Melakukan latihan aktivitas fisik yang melibatkan kinerja otak, terutama dikaitkan dengan hal yang menyenangkan seperti alat musik, diharapkan penderita stroke bisa kembali pada keadaan semula walaupun mungkin tidak seratus persen.
Musik bisa menghibur lansia
Orangtua seringkali rentan terhadap rasa kesepian dan depresi, terutama jika mereka ada di panti jompo. Musik hadir untuk menghibur mereka. Bahkan mereka yang terkena Alzheimer pun, musik bisa membuat mereka fokus walaupun dalam waktu singkat. Alunan musik yang merdu dan kalem bisa mengurangi kegelisahan mereka. Kerennya, bagi lansia yang masih aktif memainkan alat musik, justru fisik dan emosinya lebih bugar dan bersemangat ketimbang yang tidak memainkannya.
Musik ampuh meminimalisir kesedihanmu
Musik bisa merepresentasikan suasana hatimu. Tapi kalau hatimu sedang gundah gulana dan tidak ingin semakin larut, cobalah mendengarkan musik yang menyenangkan. Tidak harus selalu rancak dan menghentak, tapi selama itu positif dan enak didengar, justru bisa membantumu mengatasi rasa sedih. Hal ini sudah diuji-cobakan oleh University of Kent menggunakan SSIM (Self-Diidentifikasi Sad Music).
Meningkatkan Kecerdasan
Frances Rauscher, psikolog di University of Wisconsin di Oshkosh dan rekan-rekannya menemukan bahwa mendengarkan musik Mozart dapat meningkatkan penalaran di bidang matematika dan kemampuan spesial. Bahkan, tikus yang berlari di labirin menjadi lebih cepat dan lebih akurat setelah mendengarkan Mozart.
Mendengarkan musik adalah salah satu cara untuk memperoleh manfaat bagi otak. Tetapi aktifitas yang lebih merangsang otak dan bahkan meningkatkan IQ adalah bermain atau menulis musik. Anak-anak berusia enam tahun yang diberi pelajaran musik ketika dibandingkan dengan pelajaran drama atau tanpa instruksi mendapat tambahan 2-3 poin dalam skor IQnya.
Fokus
Seperti yang dikatakan oleh seorang psikolog klinis yang berbasis di Paris Brigitte Forgeot, musik dapat membantu otak untuk menghasilkan gelombang tertentu, maka kita dapat menginduksi bagian yang berbeda dari kewaspadaan, tergantung pada tujuan apa yang akan kita lakukan.
Jika kita merasa cemas atau setres, kita bisa mendorong korteks serebral diotak untuk menghasilkan gelombang frekuensi alpha yang lambat. Sementara di ujung skala lain, jika kita membantu korteks untuk menghasilkan gelombang beta cepat, kita akan lebih siap untuk berkonsentrasi dan memusatkan perhatian kita pada tugas yang cukup panjang.
Image Source: Nuansa Musik