Ceknricek.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan idenya untuk mengundang Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un dalam peringatan 30 tahun kerja sama ASEAN-Korea Selatan di tahun 2019.
“Semoga dengan pertemuan tersebut maka komitmen Korea Utara akan semakin kuat untuk melakukan langkah menuju Semenanjung Korea yang bebas nuklir.” ungkap Jokowi di Suntec Convention Centre, Singapura, Rabu (14/11), seperti dikutip rilis Kantor Staf Presiden.
Jokowi menyambut baik perkembangan proses perdamaian di Semenajung Korea. Tekad kuat yang ditunjukkan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in dalam mengusahakan perdamaian, menurut Jokowi, sangat diapresiasi oleh dunia dan telah berbuah hasil.
Presiden menyampaikan bahwa tekad Presiden Moon menjadi sati harapan di antara ketidakpastian yang ada di dunia.
“Di tengah banyak ketidakpastian, muncul beberapa harapan. Antara lain harapan akan terwujudnya Semenanjung Korea yang aman dan stabil. Harapan baru tersebut tidak akan terjadi jika tidak terdapat tekad kuat Presiden Moon untuk mengupayakan perdamaian,” ujar Jokowi.
Indonesia telah menjalih hubungan bilateral yang baik dengan Korea Utara lebih dari 50 tahun. Begitu pula dengan Korea Selatan yang sudah seperti sahabat dekat. Oleh karenanya, Indonesia mendukung penuh upaya perdamaian yang dijalankan di Semenanjung Korea.
“Indonesia mendukung sepenuhnya proses perdamaian ini. Pesan dukungan ini telah disampaikan secara konsisten antara lain pada saat pertemuan saya dengan PM Korea Selatan dan Utusan Khusus Korea Utara menjelang pembukaan Asian Games 18 Agustus lalu,” jelas Jokowi.
Korea Selatan dan Utara masih perlu menempuh waktu dan perjalanan yang panjang demi terciptanya perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea. Upaya perdamaian akan terus dilanjutkan.
Presiden menekankan bahwa Indonesia berkomitmen untuk mendukung dan memiliki andil dalam upaya perdamaian tersebut. Jokowi mengharapkan agar perdamaian Korea Selatan dan Korea Utara kelak terwujud.
“Ke depan, insyaallah kita akan melihat ASEAN dan dua Korea menjadi pilar penting arsitektur perdamaian dan kemitraan di kawasan demi stabilitas, keamanan, dan kesejahteraan bersama,” pungkasnya.
Pemimpin Korea Utara dan Korea Selatan Bertemu
Sebelumnya, Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in bertemu untuk pertama kalinya pada Jumat (27/4). Pada pertemuan bersejarah tersebut, keduanya saling tersenyum di Panmunjom, zona demiliterisasi yang memisah kedua negara.
Dilansir BBC, Kim Jong-un mencatatkan sejarah baru dalam hubungannya dengan negara tetangganya, Korea Selatan. Dia menjadi pemimpin Korea Utara pertama yang menginjakkan kaki di Korea Selatan sejak akhir Perang Korea di tahun 1953.
Moon Jae-in dan Kim Jong-un pertama kalinya bergandengan tangan melewati blok beton zona demiliterisasi, sebuah garis pemisah Korea Selatan dan Korea Utara.
Saat Kim Jong-un memasuki Peace House di wilayah Korea Selatan, ia menuliskan kalimat “Sejarah baru dimulai sekarang” dan “era kedamaian, di titik awal sejarah” pada buku tamu.
Kim dan Moon melakukan perbincangan seharian yang diharapkan berfokus pada tiga subjek yang berimplikasi di seluruh dunia. Subjek tersebut yakni: denuklirisasi Semenanjung Korea, penyelesaian damai, dan peningkatan hubungan bilateral. Seperti dikutip CNN.
Sebelum perbicangan dimulai, Kim menyatakan bahwa dirinya ingin menulis babak baru dalam hubungan Korea.
“Saat saya berjalan ke sini, saya berpikir ‘kenapa dulu sangat sulit untuk ke sini?’ Garis pemisah bahkan tidak terlalu tinggi untuk dilewati. Sangat mudah berjalan melewati garis itu dan membutuhkan 11 tahun untuk tiba di sini,” kata Kim kepada Moon dan para pejabat yang berkumpul.
Moon memuji keputusan “berani dan tegas” untuk Kim duduk bersama di pertemuan pagi itu. “Lebih dari tujuh dekade terakhir kita tidak dapat berkomunikasi. Jadi, saya pikir hari ini kita bisa berbicang seharian penuh,” ucap Moon yang membuat Kim tertawa.