Ceknricek.com — Bagi penggemar cerita detektif, nama-nama seperti Agatha Christie, Sir Arthur Conan Doyle, atau Wilkie Collins tentu sudah tidak asing.
Namun, sosok-sosok fenomenal tersebut mungkin tidak akan dapat mengarang dengan gaya ciamiknya tanpa pengaruh dari seorang Edgar Allan Poe.
Lewat cerpennya, The Murders in the Rue Morgue, Poe berhasil membuka sejarah karya detektif pertama di dunia pada tahun 1841.
Pengarang yang meninggal 170 tahun silam, tepat pada tanggal hari ini, 7 Oktober 1849 ini kemudian dikenal sebagai salah satu perintis genre fiksi ilmiah, horor, dan kisah misterius dunia.
Kiprah Edgar Allan Poe
Poe lahir di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat pada 18 Januari 1809. Meskipun demikian, ia tidak pernah benar-benar mengenal orang tuanya.
Elizabeth Arnold Poe, sang Ibu adalah seorang aktris yang meninggal pada saat Poe masih berusia 3 tahun. Sementara itu, David Poe, sang ayah, telah meninggalkan Poe, dua saudaranya, (William dan Rossalie) berserta ibunya saat Poe masih berusia 1 tahun pada tahun 1810.
Baca Juga: Mengenang Kiprah Asmaraman Kho Ping Hoo
Tak ayal Poe kemudian tumbuh dalam kesendirian. Ia kemudian diadopsi secara tidak resmi oleh seorang Inggris bernama John Frances Allan, pedagang tembakau yang sukses di Richmond, Virginia.
Selama beberapa tahun Poe kemudian menghabiskan masa kanak-kanaknya di Inggris hingga ia memilih untuk kembali ke Amerika pada tahun 1820.
Di masa-masa remaja ini Poe memang telah menghabiskan banyak waktunya untuk pergi ke bar dan mabuk-mabukan. Namun, kegiatan ini juga ia isi dengan menulis beberapa karyanya dalam bentuk cerita pendek.
Tahun 1826, Poe masuk Universitas Virginia, namun kecenderungannya untuk berjudi dan mabuk-mabukkan semakin bertambah kuat. Ia lalu dikeluarkan dari universitas karena kehabisan biaya. Keadaan ini membuat perpecahan antara dirinya dan Allan.
Pada 1827 Poe berhasil menghasilkan karyanya yang pertama, Tamerland and Other Poems, sebuah koleksi puisi pendek yang menceritakan tentang tema cinta, kematian, serta kebanggaan.
Dengan menggunakan nama dan usia palsu, Poe juga sempat memasuki ketentaraan selama dua tahun. Ia memasuki Akademi West Point setelah buku puisinya yang pertama terbit. Di sana ia hanya bertahan selama dua tahun, hingga kemudian dipecat secara tidak hormat pada 1929.
Tiga tahun setelah itu merupakan tahun-tahun misterius bagi banyak orang tentang kehidupan Poe, namun sebagian besar penulis biografinya mencatat kembali keberadaan Poe pada tahun 1833, ketika tulisan Poe, MS Found in a Bottle, memenangkan hadiah dalam sebuah sayembara cerita pendek.
Di tahun-tahun ini pula, Poe dikenal sebagai editor, kritikus, penyair, dan penulis hingga ia kembali menebitkan karya-karya fenomenalnya, seperti Politian (1835), The Tell-Tale Heart (1843), The Black Cat (1843), dan The Raven (1845).
Tahun Kesuksesan Hingga Kematian
Saat meraih kesuksesan sebagai seorang penulis, pada 1836 Poe menikahi sepupunya, Virginia Clemm, yang pada saat itu usianya baru 13 tahun.
Virginia sendiri merupakan salah satu tokoh yang memberi inspirasi pada Poe untuk membuat beberapa kisah pendek dan puisinya-puisinya. Kisah tentang sang istri yang meninggal pada 1842 akibat stroke ini juga mempengaruhi karya Poe sesudahnya.
Salah satu karyanya yang kemudian ditulis oleh Poe untuk Virginia adalah puisi Annabel Lee dan sebuah cerita pendek Eleonera yang terbit pada 1842. Pasca kematian sang istri, Poe juga semakin kecanduan opium dan alkohol.
Baca Juga: Mengenang Marah Rusli, Salah Satu Sosok Cemerlang Balai Pustaka
Tujuh tahun kemudian, Poe menyusul Clemm. Kematiannya tetap menjadi misteri hingga sekarang. Para sejarawan tahu bahwa pada tahun 1848 Poe mencoba bunuh diri, namun tahun berikutnya, entah bagaimana Poe tampaknya pulih kembali.
Poe kemudian menghilang dari sebuah pesta ulang tahun pada 1849 hingga kemudian ia ditemukan sedang terbaring meracau di sebuah selokan, dan meninggal tak lama setelah itu.
Tidak ada seorang pun yang melihat apa yang terjadi pada Poe antara waktu ia meninggalkan pesta ulang tahun tersebut dengan saat ia ditemukan dengan kondisi sekarat. Kata terakhir yang diucapkannya adalah “Lord, help my poor soul”.
BACA JUGA: Cek SEJARAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.