Ceknricek.com — PT Bank Artos Indonesia Tbk., bukanlah bank yang memberi untung bagi para pemegang sahamnya. Hanya saja, bank dengan kode saham ARTO ini belakangan menyedot perhatian para investor. Harga saham ARTO tiba-tiba melesat ribuan persen. Pada Senin (7/10) siang, harga saham bank ini bertengger di angka Rp2.630 per lembar. Harga itu 14 kali lipat lebih tinggi dibanding pada awal tahun yang Rp164 per saham.
Harga saham ARTO melesat gara-gara ada isu bank ini akan menjadi bank yang menangani transaksi perusahaan rintisan (startup) Gojek. Begitu isu yang menyebar di tengah kabar Jerry Ng dan Patrick Walujo akan mengambil alih 51% saham ARTO. Bank yang berkantor pusat di Bandung, Jawa Barat, ini bakal disulap jadi bank yang menangani transaksi Gojek.
Jerry Ng mengaku pihaknya terbuka untuk berkolaborasi dengan berbagai ekosistem teknologi yang dapat merasakan manfaat dan kemudahan dari layanan perbankan digital. Jerry percaya masih banyak peluang untuk memberikan layanan jasa perbankan yang berbeda di masyarakat, utamanya yang dapat memberikan lebih banyak kenyamanan.
Jadi, nantinya, Bank Artos akan menjadi bank digital yang menangani transaksi Gojek kemudian ditransformasikan menjadi GoBank atau milik Gojek. “Semua transaksi Gojek akan diurus oleh GoBank. Jadi biaya transaksi bisa ditekan tetapi pendapatan dari transaksi masuk ke Gojek. Transformasi ini akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan setelah core bisnis bank digital berjalan stabil,” ujar sumber CNBC Indonesia, Kamis (3/10).
Konon, aksi ini diprakarsai oleh Patrick Walujo yang merupakan salah satu investor awal Gojek. Patrick Walujo masuk ke Gojek melalui NSI Ventures, anak usaha Northstar Group. Mereka pertama kali masuk ke Gojek pada 2014.
Baca Juga: Gojek Resmi Menyandang Status Perusahaan Decacorn
Sedangkan Jerry Ng mengakuisisi saham Bank Artos melalui PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia dan memegang 37,65% saham. Selain itu, Patrick Walujo juga masuk melalui WTT, perusahaan investasi berbasis di Hongkong, dengan menguasai 13,35% saham.
Gara-gara harga saham yang naik tidak wajar, Bursa Efek Indonesia (BEI) beberapa kali menghentikan sementara perdagangan saham ARTO.
ARTO sendiri menampik isu kolaborasi dengan Gojek. Hingga saat ini, Artos belum berencana melakukan kerja sama eksklusif dengan platform teknologi mana pun. Bantahan itu disampaikan Sekretaris Perusahaan Bank Artos Deddy Triyana yang dikutip dari Keterbukaan Informasi, Jumat (4/10).
Meski demikian, ia membenarkan rencana PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) dan Wealth Track Technology Limited (WTT) untuk mengakusisi saham Bank Artos setidaknya 51%. Adapun 37,65% akan diambil oleh MEI, dan 13,35% akan diambil oleh WTT.
Manajemen Gojek Indonesia juga ikut angkat suara. Menurut Nila Marita, Chief Corporate Affairs Gojek, isu yang beredar saat ini merupakan rumor dan spekulasi. Gojek merupakan perusahaan teknologi yang akan terus fokus untuk menghadirkan solusi untuk masalah sehari-hari pengguna, mitra dan rekan usaha kami.
“Gojek memiliki semangat kolaborasi dengan berbagai industri dan selalu menjadi jembatan bagi industri finansial dengan memberikan akses berbagai layanan jasa keuangan melalui ekosistem kami,” ujar Gojek dalam keterangan resminya, pada hari yang sama.
Masih Merugi
Analis menilai ada ketidakwajaran dari saham ARTO, sehingga pelaku pasar harus tetap berhati-hati karena saham bergerak akibat gosip semata. Berdasarkan laporan keuangan bank buku I ini tergolong kurang baik, selain itu dilihat dari fundamental Debt to Equity Ratio (DER) masih tergolong tinggi di posisi 5,85.
Kendati sedikit menurun, Bank Artos tercatat masih menderita rugi sepanjang paruh pertama 2019. Berdasarkan laporan keuangan Bank Artos, perseroan tercatat membukukan rugi bersih sebesar Rp14,16 miliar pada semester I 2019. Sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp23,28 miliar.
Sedangkan pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) perseroan mengalami penurunan 72% dari Rp27,5 miliar menjadi Rp7,7 miliar. Pendapatan operasional lainnya juga turun dari Rp3,96 miliar jadi Rp3,4 miliar.
Penurunan pendapatan bunga bersih sejalan dengan penurunan kredit Bank Artos sebesar 18,8% secara year on year (yoy) menjadi Rp375,05 miliar per Juni 2019 dari Rp462,4 miliar per Juni 2018.
Sementara rasio kredit bermasalah bank Artos sedikit membaik di mana rasio Non Performing Loan (NPL) gross perseroan turun dari 8,3% jadi 6,41% dan NPL net turun dari 4,09% jadi 3,93%.
Go-Jek
Lalu, mengapa nama Gojek bisa membawa terbang harga saham ARTO? Menurut laporan dari analis App Annie yang bertajuk “The State of Mobile 2019”, Gojek menjadi aplikasi ride-sharing yang paling banyak digunakan di Indonesia.
Riset iPrice Group dan App Annie membuka, pengguna aktif bulanan GoPay merupakan yang terbanyak di Indonesia. Alhasil, transaksi melalui dompet digital besutan Gojek itu tembus US$6,3 miliar atau sekitar Rp89,5 triliun per Februari 2019. Perusahaan riset itu mencatat, 70% transaksi di aplikasi Gojek menggunakan GoPay sebagai sarana pembayaran.
Baca Juga: Gojek dan Pemprov DKI Kerja Sama Untuk Pengembangan Pariwisata
“GoPay juga merupakan metode pembayaran utama dari GoFood, yang juga merupakan layanan pesan-antar makanan terbesar di Asia Tenggara,” demikian dikutip dari laporan iPrice, Agustus lalu.
Bank Indonesia (BI) juga mencatat, ada 38 dompet elektronik (e-wallet) yang mendapat lisensi resmi. Pada 2018, transaksi melalui layanan ini mencapai US$1,5 miliar. Medium mencatat, 30% dari total transaksi uang elektronik di Indonesia berasal dari GoPay.
Di sisi lain, Founder dan CEO Gojek, Nadiem Makarim, mengklaim nilai transaksi bruto (Gross Transaction Value/GTV) Gojek lebih dari US$9 miliar atau sekitar Rp127,4 triliun per 2018. Pencapaian GTV Gojek tidak berhenti sampai di sini. Pertumbuhan GTV ini juga disebutnya meningkat 13,5 kali lipat dari 2016 sampai 2018.
Data ini, menjadi bukti perusahaan on-demand berbasis aplikasi itu dipakai oleh masyarakat dan menjadi aplikasi populer di Indonesia. “Gojek hari ini active user weekly 1,5 kali lipat dari kompetitor. Gojek juga jadi app ride sharing populer di Indonesia,” tambahnya.
Pencapaian perusahaan ini didukung dengan hasil riset yang dilakukan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI). Studi itu mencatat, Gojek bersama para mitranya memberi kontribusi ke ekonomi Indonesia mencapai Rp44,2 triliun di tahun 2018.
Riset kontribusi ekonomi dari Gojek itu berasal dari empat layanan yaitu, layanan ojek Go-Ride, layanan mobil panggilan Go-Car, layanan pesan antar makanan Go-Food, serta layanan untuk kebutuhan harian Go-Life.
Detail kontribusi dari empat layanan Gojek itu adalah: mitra pengemudi Go-Ride menyumbang Rp16,5 triliun; mitra pengemudi Go-Car berkontribusi Rp8,5 triliun, mitra UMKM Go-Food kontribusinya Rp18 triliun; dan mitra Go-Life (Go-Clean dan Go-Massage) kontribusinya Rp1,2 triliun.
Kini, bagi bank, Gojek bagaimana dewi keberuntungan. Bahkan baru menjadi isu saja Gojek sudah membawa terbang saham ARTO.
BACA JUGA: Cek POLITIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini