Ceknricek.com — Hari ini 74 tahun lalu, tepatnya 24 Oktober 1945, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) resmi terbentuk. Selama puluhan tahun, organisasi internasional ini telah turut campur dalam berbagai masalah dan konflik di penjuru dunia.
Organisasi ini sebenarnya menggantikan Liga Bangsa-Bangsa yang telah dibubarkan pada tahun 1946. Berbagai macam masalah, konflik, dan bencana di seluruh dunia pun telah mereka tangani untuk menjaga perdamaian internasional.
Impian Perdamaian Dunia
Istilah Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nation (PBB) kali pertama digunakan pada Januari 1942 setelah Atlantic Charter (Piagam Atlantik) ditandatangani oleh Sekutu di atas kapal perang HMS Princes of Wales pada Agustus 1941.
Dalam kesepakatan ini sebanyak 26 negara setuju untuk melawan negara-negara Poros (Jerman, Italia, Jepang) dan tidak membuat perjanjian damai yang terpisah. Pertemuan itu diprakarsai oleh F.D Roosevelt dan Winston Churchil.
Dikutip dari History, PBB lahir sebagai salah satu cara untuk menengahi konflik internasional dan menegosiasikan perdamaian internasional. Perang Dunia II (1939-1945) pada saat itu menjadi dorongan yang nyata bagi Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Soviet (Sekutu) untuk mulai merumuskan Deklarasi PBB di New York.
Selepas pertemuan di Washington, perundingan yang lain menyusul kemudian seperti Konferensi Quebec 1943 yang merancang seruan “pembentukan organisasi internasional berdasarkan prinsip kesetaraan negara”.
Lalu, pada November 1943 F.D. Roosevelt dan Perdana Menteri Joseph Stalin bertemu di Teheran dengan telik sandi EUREKA untuk membahas pendirian organisasi internasional yang berisikan majelis umum serta anggota komite eksekutif untuk membahas masalh soial dan ekonomi.
Pada saat bersaman, perwakilan Sekutu klainnya juga mulai mebentuk organisasi-organisasi yang berorientasi pada tugas tertentu: Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Organisasi Pendidikan, Ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO), Dana Moneter Internasional (IMF), dan Bank Dunia (World Bank).
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Rapat Raksasa Lapangan Ikada
Perwakilan Amerika, Inggris, Uni Soviet, dan China lantas bertemu di Dumbarton Oaks Washington, pada Agustus-September 1944 untuk menyusun Piagam Organisasi Internasional pasca perang berdasarkan prinsip keamanan bersama. Rekomendasinya adalah anggota Dewan Keamanan yang terdiri dari empat negara besar (Amerika, Inggris, Uni Soviet, China) dengan ditambah enam anggota pilihan Majelis Umum.
Setahun berselang, Blok Poros mengalami kekalahan perang. Momentum ini lalu digunakan oleh negara-negara Sekutu untuk menyelesaikan organisasi internasional. Peran Roosvelet sangat penting dalam menentukan lahirnya organisasi ini, dia meyakinkan publik dan senat bahwa organisasi internasional adalah cara terbaik untuk mencegah perang di masa depan.
Hingga yang terjadi kemudian sejarah. Pada 24 Oktober 1945, sebanyak 50 negara sepakat untuk membentuk organisasi internasional PBB di San Fransisco. Perwakilan negara ini terdiri dari 9 negara Eropa kontinental, 21 negara Republik Amerika Utara, Tengah, dan Selatan, 7 negara Timur Tengah, 5 negara Persemakmuran Inggris, dan 2 negara Republik Soviet (selain Uni Soviet itu sendiri). Sementara itu, terdapat juga perwakilan 2 negara Asia Timur dan 3 negara Afrika.
Kritik Indonesia Terhadap PBB
Hingga saat ini, tercatat sudah ada 193 negara yang terdaftar sebagai anggota PBB. Sudan menjadi negara terakhir yang terdafatar sebagai anggota PBB sejak 2011 lalu. Indonesia sendiri telah menjadi anggota PBB sebagai negara ke-60 pada pada 28 September 1950.
Namun dalam perjalanannya Dewan Kemanan Internasional ini sempat mendapat kritik yang keras dari Presiden Sukarno karena dianggap tidak netral dalam menjaga perdamaian dunia dan selalu mementingkan bangsa-bangsa yang lebih besar daripada bangsa-bangsa baru yang sedang tumbuh.
Historia menulis, Sukarno memberikan contoh ketika PBB tidak menghukum Amerika Serikat, Inggris, atau negara besar lain ketika mencampuri bahkan menggangu urusan dalam negeri negara lain. “Dewan Keamanan yang seharusnya mencegah peperangan justru sering menghasut peperangan,” kritik Presiden Sukarno dalam Sidang Umum PBB 1960.
Baca Juga: Inilah Biografi Soekarno Secara Singkat dan Lengkap yang Perlu Anda Ketahui
Dalam Sidang Umum PBB 1960 Sukarno mengucapkan pidato “To Build The World a New”. Di mana secara gamblang Sukarno mengkritik keras organisasi itu, yang salah satunya meminta PBB untuk untuk memindahkan Jenderal Kesekretariatannya dari AS ke Jenewa, Asia, Afrika atau tempat-tempat lain yang berada di luar konflik kepentingan.
Orang-orang yang hadir di sana pun terkesima untuk kemudian tepuk tangan yang riuh mengiringi setiiap kalimat demi kalimat yang diucapkan Bung Besar di PBB. Namun sayangnya, negara-negara maju tidak menghiraukan teriakan dari Sukarno. Mereka seakan menantang laki-laki Marhaen ini.
Puncak dari peristiwa ini adalah dengan keluarnya Indonesia dari PBB pada 20 Januari 1965, akibat penyatuan Kalimantan Utara (Borneo) dengan Malaya, serta dipilihnya Malaysia menjadi Dewan Keamanan tidak tetap PBB pada tahun 1965.
“Bila keadaan sudah berubah, pasti Indonesia akan kembali,” ujar Sukarno. Memang, yang dinyatakan Sukarno benar adanya. Indonesia kembali bergabung dengan PBB satu tahun berselang setelah peristiwa tersebut. Melalui pesan tertulis pada Sekjen PBB tanggal 19 September 1966 Indonesia kembali bergabung dengan PBB.
BACA JUGA: Cek POLITIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini