Close Menu
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
Tentang Kami Kontak Kami
  • APP STORE
  • GOOGLE PLAY
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
CEK&RICEKCEK&RICEK
Trending:
  • 8 Tempat Berburu Takjil di Jakarta Saat Ramadhan
  • Bareskrim Tangkap Direktur Persiba Balikpapan Terkait Kasus Narkoba
  • Dialog Ramadan Lintas Agama: Puasa sebagai Sarana Menahan Diri dan Membangun Kebersamaan
  • Rantai Korupsi Tambang Nikel
  • Lady Gaga Bakal Gelar Konser di Singapura pada Mei 2025
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
Home»Opini

Dahlan Iskan

Opini July 20, 20205 Mins Read

Ceknricek.com — Hanya berselang seminggu setelah kunjungan presiden Jokowi ke Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (9/07/20), mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan meluncurkan tanggapannya yang disebarkan melalui DIsWay dan dikutip berbagai media online. Mungkin juga ada di media cetak, mengingat DI itu ,demikian dia menyebut dirinya pernah menjadi raja media cetak melalui kerajaan Jawa Pos Group. 

Tulisan DI itu berjudul “Pangan Pertahanan” (14/07/20) terkait kebijakan presiden Jokowi yang mendeklarasikan pembangunan “Food Estate” atau “Lumbung Pangan”. Sorotan DI tertuju kepada penunjukan Menhan (Menteri Pertahanan) Prabowo Subianto (PS) sebagai pimpro (pimpinan proyek). Sekaligus menyoal konsep mobilisasi yang mendasari gerakan Menhan itu. Pada saat yang sama melalui WhatsApp DI mempertanyakan pertanyaan saya : “apa reaksi” Mentan (Menteri Pertanian) Syahrul Yasin Limpo (SYL) ketika tupoksinya sebagai “penguasa pertanian” seperti “dipangkas” presiden. 

Tulisan saya yang berjudul “Jokowi dan Pandemi” yang dimuat CeknRicek.com  (12/07/20) mempersoalkan adanya semacam “reshuffle” terselubung di tepi pematang sawah. Di luar kota. Jauh dari Istana. Terus terang, kasus penunjukan Menhan, bukan Mentan untuk menangani proyek “lumbung pangan” mengundang pertanyaan luas di publik. Ternyata reaksi SYL yang tanpa reaksi itu membuat publik pun berpendapat : SYL dinilai cukup berjiwa besar. Sebagai pejabat tingkat nasional tergolong tegar menghadapi “keanehan” itu. SYL dianggap sukses menekan emosionalitas primordial.

Yang menarik ketika DI menulis begini : “Tapi kenapa buka sawah baru di Kalteng? Area yang disiapkan pun luas sekali: 1,4 juta hektare. Yang tahap pertamanya dimulai dengan 30.000 hektare. Semula saya perkirakan tidak begitu. Kalau pun pemerintah menggalakkan pertanian saya pikir akan dikaitkan dengan upaya mengatasi kemiskinan dan penyerapan lapangan kerja di pedesaan”. 

DI lanjut menulis, “Saya salah dalam memperkirakan. Saya kira penggenjotan pertanian itu akan dilakukan di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Ditambah Bali, Lampung, Lombok dan Sulsel. Atau mendorong Sumbawa, Sumba, dan Gorontalo untuk jagung. Dengan begitu saya perkirakan bisa mengurangi penderitaan orang miskin. Dalam jumlah besar. Sekaligus bisa meningkatkan produksi pangan dengan lekas”.

Baca juga: Dahlan Iskan: Tahun MoveOn

Lebih jauh ditulisnya lagi, “Saya sudah belajar banyak di bidang ini. Kesimpulan saya : meningkatkan produksi pertanian di daerah yang sudah jadi akan lebih berhasil daripada di daerah yang masih baru. Sama-sama menargetkan peningkatan produksi beras 5 juta ton, misalnya, akan lebih berhasil lewat intensifikasi dari pada ekstensifikasi. Kecuali proyek ekstensifikasi tersebut untuk jangka panjang. Yang tidak dikaitkan langsung dengan penanganan dampak Covid-19”.

Tanggapan DI itu menarik dan mengejutkan bagi sebahagian besar pembaca. Tetapi tidak bagi saya. Saya sudah kenal DI sejak tahun 74 ketika mengikuti pendidikan jurnalistik bersama sejumlah wartawan dari beberapa propinsi. Kurang lebih tiga bulan lamanya kami di asramakan di Wisma Seni Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta. Ketika itu, entah mengapa, teman – teman mengangkat saya sebagai “kepala suku”. Sampai ketika menjadi menteri BUMN DI terus memanggil dengan sebutan itu. Pun sampai hari ini. Entah apa yang terkesan selama kami bergaul di TIM.

Kembali kepada DI, ciri khas tulisannya rada polos. Mengalir begitu saja. Tidak pedulian. Terkadang nyeleneh. Dapat menyinggung perasaan seseorang. Tentu saja hal itu tanpa disengaja. Bagi DI biarin aja. Emangnya Gue pikirin.

Dalam tulisannya “Pangan Pertahanan” itu terlihat dari judulnya saja sudah mengandung banyak tafsir. Setidaknya bagi saya ; dan itu yang saya rasakan. Karena DI menyebut nama saya selain PS yang Menhan dan SYL yang Mentan. DI mengutip blog pribadi saya dan membawanya ke ruang publik mengenai apa arti suatu peristiwa “siri” (kehormatan tertinggi bagi suku Bugis Makassar). Frasa “siri” itu diangkat DI dalam kasus penunjukan Menhan menjadi pimpro. Istilah Jokowi “leading sector”; proyek lumbung pangan nasional di Kalteng. Berkembang  luas pandangan publik terkait hal tersebut seolah – olah presiden Jokowi sedang “mengamputasi”;  tupoksi SYL sang Mentan.

Baca juga: Pangan Pertahanan

Dan saya memutuskan untuk tidak menjawab secara terbuka ke publik pertanyaan DI. Memilih “menelan” sendiri pandangan pribadi atas kasus tersebut. Anggaplah hal itu jauh lebih tepat ditempatkan sebagai kasus internal presiden dengan pembantunya. Tapi DI telah mengangkat ke permukaan. Itu di luar wewenang kultural saya untuk membantah atau membenarkan. Hakimnya adalah publik.

DI mengkritisi keputusan presiden soal pelaksanaan kebijakan “food estate”; itu yang mengadopsi cara militer dengan mobilisasi SDM handal. Melalui rekruitmen tenaga muda (millennial) dalam jumlah besar setiap tahun, yang akan dilatih secara militer (yang berbau militeristik?). Titik tekannya adalah ekstensifikasi lahan pertanian alias pencetakan sawah baru. Dengan sudut pandang seperti inilah, DI menjadi sangat mahfum apabila ditangani Menhan barang itu diserahkan. 

Karena lumbung pangan menjadi bahagian strategis ketahanan pangan. Sebagai cadangan strategis. Judul tulisan “Pangan Pertahanan” memang berkonotasi militer. Saya sebagai mantan wartawan Harian Angkatan Bersenjata di Jakarta (1973 – 1979) cukup banyak istilah militer yang saya serap. Sangat mengerti apa yang disebut strategi militer.  Sejak melepaskan diri dari beban rutin di kerajaan Jawa Pos Group pada tahun 2017 (kalau tidak salah) DI rajin menulis. Tiap hari. Apa saja yang dilihat ditulisnya. Itu sebabnya blog pribadinya yang diberi nama DIs Way yang belum berusia dua tahun cepat populer. Bukan semata – mata karena isi tulisannya. Karena nama besar DI sebagai raja media. Kesan saya sejak awal kenal DI : Orangnya periang. Suka guyon. Apa adanya. Tanpa basa basi. Dan itu tadi, orangnya suka nyeleneh! 

Ok bung DI. Bravo!.

Jurnalis Tua Tidak Pernah Mati. Mereka Hanya Menekan (Old Journalists Never Die, They Just Get De-pressed).

Mari menulis terus dengan hati nurani untuk ibu pertiwi. Wartawan senior tidak pernah mati ; bahkan bisa jadi kelompok penekan yang diperlukan sejarah sebuah bangsanya. 

Lhoo kok saya ikut ikutan latah : nyeleneh…!?

*Zainal Bintang, wartawan senior dan pemerhati masalah sosial budaya.-

BACA JUGA: Cek POLITIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini

#disway #Jokowi #zainalbintang dahlaniskan Opini
Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp Email

Related Posts

Rantai Korupsi Tambang Nikel

Ironi Dunia Penerbangan Indonesia

Generasi Beta, Selamat Datang

Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

Sedang Tren

8 Tempat Berburu Takjil di Jakarta Saat Ramadhan

Ceknricek.com — Menjelang waktu berbuka puasa, berburu takjil menjadi salah satu tradisi yang paling dinantikan selama…

Bareskrim Tangkap Direktur Persiba Balikpapan Terkait Kasus Narkoba

March 10, 2025

Dialog Ramadan Lintas Agama: Puasa sebagai Sarana Menahan Diri dan Membangun Kebersamaan

March 10, 2025

Rantai Korupsi Tambang Nikel

March 10, 2025

Lady Gaga Bakal Gelar Konser di Singapura pada Mei 2025

March 10, 2025

Nikita Willy Bagikan Tips Tetap Bugar Saat Berpuasa

March 10, 2025

Hasil Liga Italia: Atalanta Permalukan Juventus 4-0

March 10, 2025

Ironi Dunia Penerbangan Indonesia

March 10, 2025
logo

Graha C&R, Jalan Penyelesaian Tomang IV Blok 85/21, Kav DKI Meruya Ilir, Jakarta Barat. redaksi@ceknricek.com | (021) 5859328

CEK & RICEK
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
575/DP-Verifikasi/K/X/2020

Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
© 2017-2025 Ceknricek.com Company. All rights reserved.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.