Ceknricek.com — Pencegahan penularan COVID-19 kini menjadi perhatian utama semua pihak termasuk Ormas Islam terbesar Tanah Air, Nahdlatul Ulama (NU). Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) M. Ali Yusuf, menyatakan untuk menghindari kontak fisik dan jaga jarak pihaknya melakukan pendataan warga secara digital. Pihaknya saat ini tengah mendata warga di daerah guna mendukung program pencegahan COVID-19.
“Tujuan dari pendataan berbasis geospasial ini adalah adanya basis data di daerah program yang mendukung upaya pencegahan COVID-19 yang dapat diakses oleh semua pihak,”terang M. Ali Yusuf seperti dikutip dari keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat,(2/10/20).
Lebih lanjut Ali Yusuf menjelaskan data tersebut bisa diakses siapa saja, mulai dari data kondisi kesehatan warga hingga laporan penerima distribusi bantuan dampak ekonomi dan sosial yang diakibatkan oleh COVID-19.
Pengambilan dan pengumpulan data dilakukan oleh 847 orang kelompok kerja yang berasal dari perwakilan masyarakat di 121 rukun warga di sembilan kabupaten daerah program.
Saat ini, kata Ali, LPBI NU tengah melakukan pendataan warga secara digital di Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik, Kabupaten Lamongan, Kota Kediri, Kabupaten Buleleng, Kabupaten Jembrana, dan Kabupaten Lombok Barat (NTB).
NU sebagai ormas keagamaan dan kemasyarakatan sejak awal wabah ditetapkan telah membentuk Satgas NU Peduli COVID-19 di mana LPBI NU menjadi penggerak di dalamnya yang berfungsi memberikan edukasi ke masyarakat agar penularan bisa dicegah dengan melakukan penanganan dan mengurangi dampak yang ditimbulkan.
Ali Yusuf seperti dilansir Antara menyatakan LPBI NU adalah lembaga yang secara struktural-organisatoris merupakan pelaksana kebijakan dan program NU di bidang penanggulangan bencana, perubahan iklim dan pelestarian lingkungan hidup.
Ia juga mengapresiasi upaya pemerintah untuk percepatan penanganan COVID-19 dengan menerbitkan berbagai kebijakan dan protokol kesehatan. Mulai dari jaga jarak, pakai masker, cuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun. Kampanye serta edukasi publik juga telah dilakukan oleh pemerintah dan pemangku kepentingan. Selain itu juga diperhatikan bantuan sosial dan ekonomi kepada warga terdampak COVID-19.
“Bantuan kepada masyarakat untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi juga telah diberikan. Tetapi jumlah kasus di hampir seluruh Indonesia terus bertambah,”katanya.
Indonesia sendiri memiliki 2 opsi dalam mengembangkan vaksin Covid-19. Opsi pertama mengembangkan vaksin Merah Putih yang dikembangkan Kementerian Riset dan Teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional serta Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Opsi kedua adalah mengembangkan kerjasama internasional. Kerjasama yang pertama yang sudah dalam pendampingan BPOM yakni PT Sinovac dengan PT Biofarma. Lalu kerjasama kedua Sinopharm dengan Kimia Farma bersama Grup 42 dari Uni Emirat Arab dan kerjasama ketiga ialah Genexine dengan PT Kalbe Farma.
Pada perkembangan uji klinis vaksin kerjasama Sinovac dengan Biofarma, sudah dimulai pada 11 Agustus 2020 oleh tim peneliti dari kedokteran Universitas Padjajaran dan subjek uji klinis sebanyak 1.620 orang.
Pada kerjasama vaksin Sinopharm – G42 dengan Uni Emirat Arab, saat ini sudah ada kesepakatan. Uni Emirat Arab berkomitmen menyediakan 10 juta vaksin untuk Indonesia. Pada akhir tahun 2020 diharapkan tercapai. Setelah uji klinis fase 3 vaksin Sinopharm, dimungkinkan industri farmasi Indonesia menjadi bagian dari transfer teknologi produksi vaksin tersebut.
Demi mencegah penyebaran Covid-19, masyarakat diimbau untuk menghindari keluar rumah jika tidak diperlukan, selalu memakai masker, menjaga jarak dan menerapkan protokol kesehatan. Protokol kesehatan dapat dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun serta air mengalir, minum multivitamin tambahan dan istirahat yang cukup.
Baca juga: Bio Farma dan BPPT Segera Produksi Alat Tes PCR dalam Jumlah Besar
Baca juga: Dokter: Pikiran Positif Percepat Pemulihan Pasien Covid-19