Ceknricek.com — Menurut BMKG, bulan September hingga Maret Indonesia berpotensi dilanda badai La Nina. Hal ini akan membuat curah hujan tinggi di beberapa wilayah Indonesia.
“Sekitar 40% lebih tinggi dibanding biasanya. Kalau hujan tinggi biasanya banjir dan tanah longsor. Pengalaman lalu, korban banyak akan terjadi,”kata Kepala BNPB Doni Monardo, saat ditemui di Gedung BNPB, Jl. Pramuka, Jakarta Timur, Rabu (14/10/20) dalam sebuah wawancara khusus.
Doni pun memberikan pesan-pesan khusus pada daerah terutama provinsi yang berpotensi kena topan La Nina.
1. Semua relawan bencana harus rajin mengikuti informasi dari BMKG.
2. Seluruh komponen mengadakan apel kesiapsiagaan untuk melakukan pengecekan seperti perahu karet, alat angkut, sampan-sampan darurat, belajar merakit perahu darurat, hingga menyiapkan alat-alat emergensi.
3.Cek dapur lapangan dan obat-obatan yang tersedia. Juga perlengkapan bayi, ibu hamil/lansia dan mereka yang punya kondisi fisik yang terbatas.
4. Siapkan tempat-tempat pengungsian. Kenapa penting karena tempat pengungsian dalam kondisi pandemik penting untuk jaga protokol kesehatan. Pemerintah pusat sudah memberi masukan pada daerah untuk petakan atau inventarisasi apakah hotel-hotel yang ada di daerah yang sudah dapat persetujuan PHRI bisa digunakan untuk pengungsian sementara.
Baca juga: Wawancara Khusus Dengan Jenderal Doni
5. Doni juga mengajak unsur-unsur badan SAR/TNI/Polri melakukan simulasi dan memberikan pesan pada masyarakat yang tinggal dikemiringan lebih 30 derajat untuk betul betul waspada. Jangan sampai bagian atas bukit mengalami longsor.
6. Lakukan kegiatan susur sungai oleh profesional. Pastikan tidak terjadi penumpukan material terutama di bagian hulu. Kalau ini dibiarkan dampaknya akan sangat fatal terjadi bendungan-bendungan yang tidak bisa menampung air hingga terjadi banjir.
7. Kegiatan rutin ditingkat RT/RW juga harus digalakan. Pembersihan selokan, gorong-gorong, agar tidak ada yang mampet dan tersumbat.
8. Siapakan alat komunikasi,bentuk grup WA, hubungkan bagian hulu dan tengah sungai. Ada banjir di hulu bisa dikomunikasikan. Masyarakat yang ada di sepanjang sungai harus waspada. Siaga karena kalau sudah istirahat malam kita tak bisa apa-apa. Jadi sistem alarm lokal yang berbasis kearifan lokal digalakan seperti kentongan yang bisa jadi tanda-tanda akan timbulnya banjir.
Baca juga: Covid-19 Bukan Rekayasa