Ceknricek.com — Pandemi COVID-19 yang telah berlangsung selama delapan bulan menempatkan para pengusaha taman rekreasi dan hotel dalam posisi sulit bahkan terjepit.
Dalam talkshow virtual yang dilakukan Satgas COVID-19 di Media Center Graha BNPB, Jakarta, Selasa, (20/10/20) tersibak fakta betapa sulitnya untuk bisa bertahan (survive) di tengah pandemi.
Tiga pengusaha yang bergabung dalam HIPMI mengisahkan beratnya mengelola bisnis terkait pariwisata selama wabah corona merebak.
Safitri Siswono, pengusaha muda yang mengelola sejumlah taman rekreasi dan hotel memaparkan selama tahun 2020, pihaknya sudah empat bulan menutup tempat usahanya.
“Meski ditutup masih ada biaya yang harus tetap kami keluarkan. Bahkan ada beberapa pos yang mau tak mau kita lakukan efisiensi,”terangnya.
Kondisi yang sama juga dirasakan pengusaha hotel Sona Maesana. Pengusaha muda dari Solo, Jawa Tengah ini mengaku tingkat penghasilan hotelnya menurun hingga 70 persen.
Klik video untuk tahu lebih banyak – LIBUR PANJANG DI RUMAH SAJA!
“Kalau boleh jujur, situasi okupansi selama pandemi bukan lagi turun tapi terjun. Sehingga susah untuk mengharapkan revenue,”curhat Sona.
Bukan saja penurunan okupansi, kebijakan pembatasan sosial berskala besar berdampak pada minat masyarakat menginap di hotel.
Rucita Permatasari, pengusaha hotel yang lokasinya tersebar di Jakarta, Surabaya dan Bali menyatakan, beberapa kali hotel-hotel milik kelompoknya disidak pemerintah daerah.
“Sering sekali dilakukan sweeping oleh pemerintah daerah, seperti yang dialami hotel-hotel kami di Surabaya, Jawa Timur, “papar dia.
Selain itu, banyak wisatawan dan pelanggan yang membatalkan pesanan karena adanya pembatasan sosial dan ketakutan costumer akan terjangkit virus corona.
“Mulai April tingkat hunian hotel kami mengalami penurunan tajam,”tandas Cita.
Baca juga: Siasat Pengusaha Hotel dan Taman Rekreasi Terapkan Protokol Kesehatan