Ceknricek.com — Libur panjang yang mulai berlangsung hari ini, Rabu (28/10/20) bakal menjadi pemicu lonjakan kasus positif COVID-19 jika masyarakat tidak disiplin mematuhi protokol kesehatan. Kedisiplinan masyarakat menjadi kunci utama agar libur panjang tidak berubah jadi klaster penularan COVID-19.
Demi meningkatkan kedisiplinan masyarakat, menurut anggota tim pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Hidayatullah Muttaqin, SE, M.Si, Pg.D pemerintah daerah dan satgas setempat harus proaktif melakukan penegakan.
“Imbauan pemerintah untuk tidak melakukan perjalanan ke luar kota di masa libur panjang harus didengar oleh warga,” kata dia di Pontianak, Rabu, (28/10/20).
Bagi masyarakat yang tetap berwisata bersama keluarga, diharapkan menjaga kedisiplinan 3M yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
Libur panjang ini adalah hasil ketetapan pemerintah berupa cuti bersama pada tanggal 28 dan 30 Oktober yang mengapit perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW pada 29 Oktober dan hari Sabtu-Minggu.
Muttaqin menyatakan libur panjang dapat mendorong masyarakat melakukan perjalanan antardaerah di tengah masih tingginya kasus COVID-19 di Indonesia. Selain itu, mobilitas penduduk itu sendiri merupakan katalisator penyebaran virus corona.
Klik video untuk tahu lebih banyak – LIBUR AMAN TANPA KERUMUNAN
Ia memaparkan, rata-rata kasus harian di Indonesia bulan ini hingga 27 Oktober 4.050 kasus baru. Angka ini lebih besar dari rata-rata kasus baru pada bulan Agustus dan September yang masing-masing 2.143 dan 3.740 kasus. Atas dasar itu, libur panjang berpotensi membuat kasus harian di Indonesia tetap tinggi pada bulan November nanti.
Ada beberapa risiko peningkatan mobilitas penduduk untuk masa libur sekarang. Pertama, daerah yang memiliki banyak objek wisata rentan terjadi peningkatan kasus baru. Kedua, masyarakat yang bepergian ke daerah wisata akan bertemu dengan penduduk dari daerah lain, sehingga ada risiko penularan jika wisatawan atau penduduk setempat yang telah terinfeksi COVID-19. Ketiga, ketika masyarakat berwisata dan kembali ke daerah asalnya ada kemungkinan membawa bibit virus ke rumah dan lingkungan tempat tinggalnya.
Dosen Jurusan Ekonomi dan Studi Pembangunan ULM ini seperti dilansir Antara menjelaskan, ada potensi peningkatan kembali kasus baru di daerah-daerah wisata dan kota yang mobilitas penduduknya meningkat selama libur panjang ini.
“Masyarakat jangan sampai lupa bahwa COVID-19 ini masih ada dan kapan saja kita bisa tertular. Jadi, ini bukan soal Anda punya uang lalu seenaknya bisa bebas liburan, namun sadarilah dengan bijak ini terkait kemanusiaan untuk menyelamatkan banyak orang dari ancaman virus penyakit ini,” pungkasnya.
Baca juga: Satgas COVID-19 Berikan Panduan Aman COVID-19 Selama Libur Panjang
Baca juga: Libur Panjang Bebas COVID-19, Perketatkan 3M di Lokasi Wisata