Close Menu
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
Tentang Kami Kontak Kami
  • APP STORE
  • GOOGLE PLAY
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
CEK&RICEKCEK&RICEK
Trending:
  • Ahmad Dhani Ancam Bongkar Bukti Perselingkuhan Maia Estianty Jika Masih Bahas Masa Lalu
  • Bill Gates Terdepak dari 10 Besar Orang Terkaya Dunia
  • Operasi Patuh 2025 Serentak Digelar Mulai Senin
  • Gobel: Melindungi Konsumen akan Perkuat Industri dan Untungkan Negara
  • Justin Bieber Rilis Album Baru ‘Swag’
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
Home»Opini

Lakon “Si Halu dan Si Narsis” dalam Kisah Donasi 2 T Berakhir

Opini August 5, 20217 Mins Read

Ceknricek.com–Sepuluh hari berlalu. Ibarat pertunjukan film, drama  bantuan sosial sebesar Rp 2 Triliun dari keluarga Akidi Tio  Alhamdulillah sudah ” the end”. Sudah berakhir. Kapolda Sumsel Irjen Pol Prof DR Eko Indra Heri MM sudah move on. Mengakui gaduh 2 T semua kesalahannya. Tidak cermat. Irjen Eko tak lupa meminta maaf kepada Kapolri dan seluruh masyarakat dalam konferensi pers barusan, Kamis(5/8) siang.

” Manna pelleng punna tallewaki,” kata ungkapan dalam bahasa Bugis Makassar. Artinya, biarpun cuma film jangan kebangetan lah. 

Saya  menulis berseri, mengikuti dinamika drama sumbangan 2 T yang menggegerkan masyarakat se Indonesia. Saya khawatir di mancanegara juga. Sebab, berdasarkan  catatan,  itu  baru pertama kali terjadi di dunia : ada orang menyumbang  sebesar itu. Orang terkaya di dunia saja pun belum melakukannya.

Saya mengikuti, merekam, dan menuliskan dalam banyak judul kisah Akidi Tio  selama 10 hari itu. Sekarang saya  mau mengakhiri sorotan kasus 2 T ini dengan ulasan  dari angle yang lain.

Katakanlah ini kisah film. Lakonnya tentang “Si Halu dan Si Narsis”. Dramaturginya keren.  Wajar jika pertunjukan filmnya  mendapat aplusan panjang penonton atau rakyat.

Heryanti Foto: Istimewa

Istilah dramaturgi  dicetuskan oleh Erving Goffman pada tahun 1959 yang termuat dalam karyanya berjudul “Presentation of Self in Everyday Life”. Sebuah teori yang mengemukakan bahwa teater dan drama mempunyai makna yang sama dengan interaksi sosial dalam kehidupan manusia. Dramaturgi dalam konsep Erving merupakan pendalaman dari konsep interaksi sosial, yang menandai ide-ide individu yang kemudian memicu perubahan sosial masyarakat menuju era kontemporer. Teori dramaturgi muncul sebagai reaksi atas konflik sosial dan rasial dalam masyarakat. Dramaturgi berada di antara interaksi sosial dan fenomenologi.

Kito Dibudike

Lampu bioskop sudah menyala. Pertunjukan selesai. Semua penonton membawa pulang kisah film dalam pikirannya masing – masing. Orang Palembang bilang ” Akidi”. Akronim kata ” Akhirnyo Kito Dibudike”. Dibudike artinya dibohongi.

Warga Palembang pasti paling pedih. Bisa kita rasakan. Dan, geram. Malu. Wongkito sudah sempat tepuk dada. Bangga. Warganya membuat  rekor penyumbang terbesar. Mungkin satu abad terakhir. Bagaimana tidak, nominal sumbangan itu  hampir 20 % dari APBD Sumatera Selatan 2021 yang 10,8 T.

2 T Bohong Belaka

Di belakang layar,  2 T ternyata bohong belaka. Faktanya di layar, sama : cuma  ada bilyet giro  Bank Mandiri atas nama Heryanti dan ditandatangani juga oleh dia. Tertanggal 2 Agustus, pas hari jatuh tempo. Persis seminggu setelah diumumkan. Di atas lembar cek memang tertulis  nominal 2 triun ( maksudnya  : 2 triliun) dengan angka nol yang menggelinding. Giro itu ditulis untuk  Heni Kresnowati. Nama yang terakhir, disebut – sebut adalah  bendahara Polda Sumsel.

Senin (2/8) siang  Polda Sumsel menetapkan wanita putri bungsu Akidi Tio itu sebagai tersangka. Tetapi beberapa jam kemudian diralat. Heryanti cuma diperiksa tujuh jam. Tengah malam diperbolehkan pulang. Janji pemeriksaan akan dilanjutkan Selasa (3/8), tapi dia mangkir. Alasannya, sakit. Dia lah  pemeran wanita film ini. Dia : Si Halu. Bagaimana menghukum orang halu? Apalagi perbuatan itu di Mabes Polda, direstui Kapolda Sumsel.

Sejawat, wartawan senior di Palembang, kemarin menginformasikan. Ramai dibahas di Palembang, Heryanti sudah mengaku kepada penyidik dana 2 T itu memang tidak ada. Mengapa berani berbohong, alasannya karena dia  strees dikejar bayar utang. Bikin  acara sumbangan di Polda dia pikir  para penagih berhenti mengejarnya. Halusinasinya begitu.

Halusinasi, dalam ilmu jiwa, adalah gangguan persepsi yang menyebabkan  keyakinan seseorang terhadap sesuatu yang tidak ada atau tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Misalnya, seseorang merasa memiliki kekuasaan dan sangat dekat dengan orang-orang terkenal, padahal pada kenyataannya tidak. Halusinasi yang disertai delusi biasanya dialami oleh penderita psikosis dan skizofrenia.

Heryanti Foto : Istimewa

Sejak awal sosok Heryanti tampak misterius. Sepanjang lakon ( sepuluh hari) cuma muncul dua kali. Waktu acara penyerahan sumbangan  dan waktu digiring dan diperiksa polisi di Mabes Polda Sumsel. Itu pun lebih banyak dia menunduk, menyembunyikan wajahnya di balik masker.

Bagaimana dengan Kapolda Sumatera Selatan (Sumsel), Irjen Pol Prof Eko Indra Heri? Rabu (4/8) Mabes Polri mengumumkan akan memeriksa dia terkait donasi 2 T itu.  Irjen Pol Eko  akan menjalani pemeriksaan terkait dengan dugaan sumbangan fiktif Rp2 triliun dari anak mendiang Akidi Tio, Heryanti.

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri, Irjen Argo Yuwono, menyampaikan pemeriksaan akan dilakukan tim Inspektorat Pengawasan Umum, Divisi Profesi dan Pengamanan (Div Propam), dan Pengamanan Internal (Paminal) Mabes Polri. Tim juga akan mendampingi proses pendalaman kebenaran sumbangan dari Heryanti di Polda Sumsel.

“Mabes Polri sudah mengirimkan tim internal,” kata Argo dalam konferensi pers, Rabu (4/8).

Kemarin secara hampir bersamaan datang konfirmasi pula dari PPATK dan Bank Mandiri yang makin menyudutkan..Kesimpulannya : Uang 2 T tidak ada. Lengkap sudah akhir kisah ini.

Film ” Si Halu dan Si Narsis” dibuka dengan adegan upacara penyerahan sumbangan di Mabes Polda Sumsel Senin (26/6). Kapolda, Heryanti, dan Prof DR dr Hardi Dermawan tampil meyakinkan. Ketiganya berfoto bersama memegang stirofoam bertulisan  2 T sumbangan dari keluarga Akidi Tio.

Prof Hardi cocok dengan perannya  sebagai pendengung. Seluruh informasi tentang Akidi Tio bersumber dari Prof Hardi, dokter keluarga mendiang Akidi Tio. Siapa pun yang mendengar dijamin terharu. Dia aktif sekali memompakan nilai- nilai kedermawanan pasiennya. Dia bisa menangkis ketika wartawan mengcounter  sebagian narasinya.

Bilyet Giro

” Oh ya memang. Almarhum itu type  low profile. Menyumbang tidak pernah mau publikasi, ” kata dokter itu. Tapi dia tidak menerangkan kenapa sekarang  berbeda, justru mempublikasi sumbangannya.

Dalam adegan di Mapolda itu ada juga Gubernur Sumsel Herman Deru, Danrem, dan para pemuka agama semua agama, serta tamu undangan lain. Tetapi perannya kecil, figuran semata, pemanis komposisi gambar.

Irjen Pol Prof DR Eko Indra Heri MM ( lahir di Palembang, Sumsel 23 November 1964) adalah seorang perwira tinggi Polri yang sejak 1 Mei  2020 mengemban amanat sebagai Kapolda Sumatera Selatan.

Karirnya di kepolisian termasuk moncer, kenaikan jenjang jabatannya terukur. Mulai  dari Kasat I/Pidum Dit Reskrim Polda Sumsel (2003) hingga akhirnya mencapai jabatannya sekarang : Kapolda Sumatra Selatan (2020). Irjen Eko baru meraih gelar Guru Besar di STK/ PTIK bulan Juni lalu. Suatu kelengkapan yang mumpuni untuk mencapai jenjang karir lebih tinggi lagi.  Itu yang kita sesali mengapa begitu mudah terperdaya oleh narasi pendengung Prof Hardi Dermawan. Mengapa begitu mudah dihipnotis oleh angka 2 T. Kenapa tidak  konsisten menggunakan SOP, kelengkapan standar dalam manajemen.

Tanpa cek & ricek siapapun mudah tergelincir salah, kejeblos. Apalagi atmosfir di tataran elit memang buruk sekali. Sejak reformasi bertumbuh subur juga bakat – bakat pemimpin palsu. Reformasi — di mana pejabat dipilih langsung rakyat — menjadi tempat bersemai para  pembual.  Mudah  sesorang  mengcreate berbagai drama pencitraan memancing haru dan menguras air mata. Inilah bagian dari perangkap narsisme. Budaya  yang berkembang di era digital. Menurut literatur, budaya itu  menonjolkan pola hidup individualis dan memunculkan rasa cinta terhadap diri sendiri secara berlebihan yang mampu berkembang terus-menerus tanpa henti.

Sungguh sangat disayangkan jika  Prof Eko terperangkap lakon narsis itu. Lakon Halu dan Narsis   dalam dramaturgi film memang dahsyat hasilnya : pertunjukannya mendapat aplusan panjang penonton atau rakyat.

Dramaturgi dicetuskan oleh Erving Goffman pada tahun 1959 yang termuat dalam karyanya berjudul “Presentation of Self in Everyday Life”. Sebuah teori yang mengemukakan bahwa teater dan drama mempunyai makna yang sama dengan interaksi sosial dalam kehidupan manusia. Dramaturgi dalam konsep Erving merupakan pendalaman dari konsep interaksi sosial, yang menandai ide-ide individu yang kemudian memicu perubahan sosial masyarakat menuju era kontemporer. Teori dramaturgi muncul sebagai reaksi atas konflik sosial dan rasial dalam masyarakat. Dramaturgi berada di antara interaksi sosial dan fenomenologi.

Wajar jika sepuluh hari masyarakat seperti kerasukan mengikuti  kelanjutan lakon. Termasuk bagaimana kisah akhirnya.

Tapi tidak ada lakon yang tidak berakhir.

Manna pelleng punna tallewaki!

#donasi #pandemik akidi tio Covid-19
Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp Email

Related Posts

Seratus Tahun Mahathir

Tempat Jatuh Lagi Dikenang….

Siwak Sikat Bau Mulut

Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

Sedang Tren

Ahmad Dhani Ancam Bongkar Bukti Perselingkuhan Maia Estianty Jika Masih Bahas Masa Lalu

Ahmad Dhani buka suara soal masa lalunya dengan Maia Estianty.

Bill Gates Terdepak dari 10 Besar Orang Terkaya Dunia

July 11, 2025

Operasi Patuh 2025 Serentak Digelar Mulai Senin

July 11, 2025

Gobel: Melindungi Konsumen akan Perkuat Industri dan Untungkan Negara

July 11, 2025

Justin Bieber Rilis Album Baru ‘Swag’

July 11, 2025

G-Dragon Batalkan Jadwal Konser Übermensch di Bangkok

July 11, 2025

Indra Sjafri Resmi Jadi Plt Direktur Teknik PSSI

July 11, 2025

Astra Masih Merajai Industri Otomotif di Semester Pertama 2025

July 11, 2025
logo

Graha C&R, Jalan Penyelesaian Tomang IV Blok 85/21, Kav DKI Meruya Ilir, Jakarta Barat. redaksi@ceknricek.com | (021) 5859328

CEK & RICEK
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
575/DP-Verifikasi/K/X/2020

Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
© 2017-2025 Ceknricek.com Company. All rights reserved.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.