Ceknricek.com– Di pengujung penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Roma, Italia, kemarin (31/10/21), Presiden Joko Widodo menerima penyerahan keketuaan atau presidensi G20 dari Perdana Menteri Italia Mario Draghi. Itu adalah amanah presidensi G20 yang pertama bagi Indonesia. Durasi Indonesia menjadi presidensi G20 adalah satu tahun. Mulai 1 Desember 2021 sampai 30 November 2022. Amanah itu memiliki peran strategis dan harus dimanfaatkan Indonesia sebaik-baiknya.
”Kegiatan G20 di bawah kepemimpinan Indonesia akan mulai di bulan Desember ini,” ujar Jokowi.
Dia mengatakan, amanah tersebut merupakan sebuah kehormatan sekaligus tantangan besar yang harus dijalankan dengan baik. Setelah menghadiri KTT G20 di Roma, Jokowi dan rombongan terbang menuju Skotlandia. Jokowi akan hadir pada KTT Pemimpin Dunia COP26 di Glasgow, Skotlandia, pada 1–2 November. Setelah itu, Jokowi mengakhiri lawatannya dengan berkunjung ke Uni Emirat Arab.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menyampaikan sejumlah kegiatan yang diikuti Jokowi selama pelaksanaan G20. Pada hari pertama, Jokowi menyampaikan statemen nasional mengenai ekonomi dan kesehatan. Tema itu memang dibahas para leaders negara G20 dalam upaya bersama untuk keluar dari krisis akibat pandemi, baik kesehatan maupun ekonomi.
Dalam pernyataannya, presiden menyampaikan pentingnya penguatan arsitektur ketahanan global inklusif yang berpegang teguh pada solidaritas, keadilan, transparansi, dan kesetaraan. Untuk bisa mencapainya, Jokowi mengusulkan beberapa langkah.
Di antaranya, membuat mekanisme penggalangan sumber daya kesehatan global, menyusun protokol kesehatan global untuk aktivitas lintas negara, hingga optimalisasi peran G20 dalam mengatasi kelangkaan dan kesenjangan vaksin, obat, serta alat kesehatan esensial.
”Selain penguatan ketahanan kesehatan global, presiden menekankan pentingnya mempercepat pemulihan ekonomi global yang lebih kuat dan berkelanjutan,” ujarnya.
Dari pembahasan topik tersebut, para leaders menyepakati bahwa keadaan pandemi belum usai dan ekonomi dunia belum bangkit lagi. Mereka juga satu suara mengenai perlunya capaian vaksinasi Covid-19 hingga 40 persen pada akhir 2021 dan 70 persen pada pertengahan 2022 sebagai upaya penanganan pandemi.
”Ini sebetulnya strategi global yang diberikan WHO dan didukung para leaders G20,” sambungnya.
Selain itu, presiden menjadi pembicara side event dukungan bagi UMKM dan bisnis milik perempuan. Selain Jokowi, PM Italia Mario Dragi, Ratu Maxima, dan Kanselir Jerman Angela Merkel turut menjadi pembicara. Jokowi menyampaikan betapa pentingnya UMKM dalam perekonomian Indonesia dan peran perempuan di dalamnya. Dia turut memaparkan sejumlah kebijakan yang menunjukkan keberpihakan pemerintah untuk UMKM dan memperkuat peran perempuan. Misalnya, bank wakaf mikro dan KUR.
Pada hari yang sama, presiden mengikuti tiga pertemuan dengan pemimpin negara lain. Pertama, dengan PM Australia Scott Morrison. Salah satu topik yang dibahas adalah rencana pembukaan perbatasan kedua negara. Termasuk kerja sama vaccinated traveling dan pengakuan sertifikasi vaksinasi.
Lalu, pertemuan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Kedua pemimpin negara berkomitmen meningkatkan kerja sama ketahanan, digitalisasi, dan ekonomi hijau. Terakhir, Jokowi bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Keduanya membahas tentang kesiapan kunjungan Erdogan ke Indonesia dalam waktu dekat.
Sementara itu, pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Teuku Rezasyah menyambut positif penunjukan Indonesia sebagai presidensi G20. ”Saat ekonomi dunia dan Indonesia gonjang-ganjing, amanah ini diberikan negara-negara G20 untuk Indonesia,” ujarnya.
Biasanya, kata dia, peran penting sebagai keketuaan diberikan kepada negara-negara sesepuh di Eropa, Amerika, atau Tiongkok. Meski begitu, Rezasyah mengatakan, kesempatan presidensi G20 jangan sampai dianggap sebagai durian runtuh. Namun, harus diikuti dengan kebijakan diplomatik yang luar biasa. Dengan begitu, Indonesia benar-benar menjalankan peran kuncinya.
Dia mengatakan, harapan kepada negara-negara G20 sangat besar. Baik dari aspek pertumbuhan ekonomi, penyelesaian pandemi Covid-19, maupun isu lingkungan hidup. Dia berharap Indonesia bisa mencari hal-hal positif dari isu-isu tersebut untuk ditawarkan kepada negara-negara lainnya.
”Intinya bagaimana ada take and give. Kumpul 20 negara besar, hendaknya Indonesia mampu menciptakan kondisi semua bersaing sehat,” katanya.