Ceknricek.com–Sambutan terhadap Anies Rasyid Baswedan sangatlah “dahsyat”. Lautan manusia selalu mewarnai kunjungan Anies ke berbagai daerah. Anies selalu dielu-elukan sepanjang jalan. Terlihat dari berbagai kalangan, yang berbeda agama dan suku, sepertinya melihat Anies sebagai sosok yang paling layak menerima tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini. Sepertinya mereka melihat kalau Anies tidak memimpin Indonesia maka yang rugi rakyat Indonesia.
Fenomena Anies ini sebenarnya pernah terjadi pada tahun 2013. Dimana Jokowi, sebagai Gubernur DKI, selalu menjadi pusat perhatian media. Apapun yang dilakukan oleh Jokowi selalu menjadi berita utama di media. Jokowi masuk gorong-gorong jadi headline. Jokowi blusukan terjebak jalan buntu dan ketemu seorang ibu sedang menggoreng bakwan kemudian makan bakwan. Jadi headline.
Ketika di sebuah acara, yang dihadiri presiden SBY, di panggung Jokowi ikut memindahkan peralatan panggung padahal dia Gubernur DKI. Headline dimana-mana. Bahkan ketika Jokowi hadir ke Istana sering para Menteri kalah pamor oleh Jokowi.
Pertanyaannya mengapa Jokowi pada tahun 2013 sangat di sukai media. Orang menyebutnya sebagai “media darling”. Rupanya Jokowi, pada saat itu, berhasil menjadikan dirinya sebagai konten yang menarik dan disukai publik pada saat itu. Maka pertanyaan berikutnya adalah konten kaya apa sih yang disuguhkan Jokowi?
Rupanya konten yang disuguhkan Jokowi itu merupakan antitesa dari gaya kepemimpinan sebelumnya yaitu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY. Presiden SBY serba rapi dan klimis maka datang Jokowi pakai kemeja putih yang gulung. SBY serba tertib dan terjadwal maka datang Jokowi dengan blusukan. SBY rajin baca buku dengan gelar Doktor. Jokowi mengaku hanya baca sinchan dan tidak suka baca buku. Ijazah pun diributin bahkan sampai ke pengadilan segala. Jadi sekali lagi bisa dikatakan gaya Jokowi merupakan antitesa gaya SBY.
Pertanyaan berikutnya adalah gaya kepemimpinan kaya apa yang akan disukai di 2023 mendatang. Kalau SBY merupakan tesa dan Jokowi antitesanya. Maka figur yang akan disukai oleh public 2023, teorinya, merupakan karakter sintesa dari kedua figure ini. Publik 2023 akan mengambil karakter karakter terbaik dari tesa dan antitesanya.
Pinternya kayak SBY: Doktor, lulusan terbaik Akmil, dan lulusan luar negri. Tentu saja dengan Bahasa Inggris yang sangat fasih. Bisa bergaul dengan pemimpin bangsa lain di dunia. Tapi merakyatnya kaya Jokowi. Sederhananya kaya Jokowi. Pokoknya kebaikan-kebaikan dari kedua presiden itu yang akan diambil oleh publik 2023.
Makanya kalau ada kandidat yang masih mematut-matut diri dengan gaya kepemimpinan Jokowi saja atau SBY saja. Maka publik 2023 tidak akan tertarik. Pokoknya harus kombinasi karakter terbaik dari dua presiden itu. Maka pertanyaan berikutnya gaya kepemimpinan siapakah yang disukai 2023.Kandidat yang sudah resmi dicalonkan partai saat ini baru Anies Rasyid Baswedan.
Dialah yang sudah muncul ke permukaan dengan fenomena euforia yang sangat “dahsyat”. Kemanapun Anies pergi selalu disambut dengan gegap gempita. Ke daerah mana saja Anies seperti menjadi magnet buat public. Terlihat sambutan dari berbagai kalangan: ras, agama dan strata ekonomi. Kalau Jokowi dielu-elukan oleh media. Tapi Anies dielu-elukan masyarakat. Apakah ini menunjukan Anies merupakan sintesa dari kedua pendahulunya. Wallahu ‘alam bishawab.
#Cahaya Jaman,wartawan senior