Ceknricek.com–Kalau judul di atas diakhiri dengan tiga tanda tanya (???) jangan terlalu kaget, mengingat bahwa selama ini memang umumnya orang menganggap bahwa memang begitulah ungkapan yang artinya kira-kira “Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa/pikiran yang sehat”.
Kalau memang demikian adanya maka banyaklah jiwa/pikiran yang sehat yang terdapat di dalam kurungan penjara alias lembaga pemasyarakatan, yang tidak sedikit penghuninya memang kelihatan tegap-tegap dan kekar. Ternyata ungkapan yang masyhur itu, sebagaimana banyak ungkapan-ungkapan lainnya, telah “disunat” dari yang aslinya. Nanti kita jelaskan.
Belakangan ini kian ramai dibicarakan, termasuk di Australia, tentang bahaya-bahaya yang dapat diakibatkan oleh olahraga sepakbola dalam berbagai jenisnya, seperti “si kulit bundar”, rugby dan olahraga bola lonjong khusus yang sangat populer di Australia yang merupakan gabungan “si kulit bundar” dengan rugby, dikenal dengan nama Australian Rules, dijuluki footy, yang juga menggunakan bola lonjong.
Olahraga yang musim kompetisinya dimulai sekitar bulan Maret dan berakhir pada hari Sabtu terakhir bulan September itu, sungguh sangat populer. Di musim dingin di bagian selatan Australia – Juni, Juli Agustus – ketika suhu udara cukup rendah, puluhan ribu warga di kota-kota Melbourne, Adelaide, Perth, Sydney dan Brisbane, tidak akan segan-segan untuk memberanikan diri memadati stadion pertandingan, untuk menyaksikan pertandingan yang dilakoni kelab-kelab kesayangan mereka.
Dan yang juga menakjubkan adalah di antara para penggemarnya bukan hanya kaum lelaki melainkan perempuan, dari yang masih ingusan sampai yang sudah tua keriput, rela berdingin-dingin dan berdesak-desak untuk menyaksikan dengan mata kepala sendiri kelab mereka bertarung.
Pada hal sebuah stasiun televisi (Saluran Tujuh) mendapat hak untuk menayangkan setiap pertandingan secara langsung. Saluran televisi 7 membayar 4,5 miliar dolar kepada pihak penyelenggara kompetisi footy untuk memperoleh hak penayangan selama jangka waktu 7 tahun.
Agar diketahui dalam permainan footy masing-masing tim terdiri atas 18 pemain, yang meninju dan menyepak bola dalam lapangan berbentuk lonjong yang di masing-masing ujungnya terdapat empat tiang gawang. Dalam kesempatan lain, tentang footy ini akan kita bahas lebih tuntas.
Yang menarik adalah bahwa Direktur Utama (CEO) penyelenggara turnamen ini biasanya bergaji di atas 2 juta dolar setahun, sementara Perdana Menteri yang mengurus hajat hidup 26 juta rakyat Australia memperoleh “hanya” 500-ribu dolar setahun.
Lalu apa hubungannya antara semua ini dengan “mens sana in corpore sano”? Kita telah diyakinkan bahwa olahraga merupakan salah satu dari sekitar dua upaya manusia untuk dapat hidup sehat. Yang satunya lagi adalah jenis makanan yang disantap.
Apakah para penekun/pemain footy sehat-sehat semuanya? Jawabannya “ya dan tidak”. Ternyata tidak sedikit pemain footy yang bukan saja cedera pada otot dan tulang, melainkan juga pada otak.
Koran Amerika Serikat yang dikagumi banyak umat manusia karena kehebatan jurnalistiknya, The New York Times, pernah menyimpulkan bahwa permainan footy “adalah salah satu dari sejumlah olahraga yang paling sarat kekerasan” dan saban tahun puluhan dari para pemainnya menderita gegar otak alias concussion. Ini disebabkan oleh tubrukan-tubrukan yang begitu sering terjadi ketika dua pemain dari kedua tim yang sedang bertarung, ketika berlari dengan cepat untuk mengejar bola saling bertubrukan.
Para pemain footy dan rugby yang rata-rata bentuk tubuh mereka laksana manusia bertulang besi dan berurat kawat, berlaga di hadapan para penggemar masing-masing tanpa mengenakan perisai, seperti helm dan bantalan-bantalan lain, sebagaimana yang dikenakan para pemain Gridiron Amerika. Mereka umumnya hanya memakai alat pelindung gigi.
Para ahli mengatakan yang namanya gegar otak sulit dikaji dan diukur karena tidak terlihat ketika disoroti alat pelacak kedokteran, dan juga tidak dapat disimpulkan dari pemeriksaan darah dan ludah. Baik footy maupun rugby, sebagaimana halnya dengan si kulit bundar kini ditekuni bukan hanya oleh lelaki melainkan juga perempuan. Ternyata permainan si kulit bundar juga banyak mengakibatkan gegar otak para pemainnya, seperti di Inggris.
Tidak jelas apakah gegar otak terjadi karena menyundul si kulit bundar atau karena terjadi tubrukan. Kalau karena menyundul bola maka kita tentu prihatin dengan keadaan para pemain sepakbola kita di masa lalu, di mana si kulit bundar yang ditendang dan disundul bukan saja tidak bundar seratus persen, melainkan juga ada tali kulitnya untuk menutup ban dalam bola setelah dipompa.
Kita (terutama penulis yang pernah menjadi penggemar fanatik PSMS) tentu ingin mengetahui bagaimana gerangan kesehatan otak seorang Ramli Yatim, “algojo” PSMS yang sundulan-sundulannya pernah membuat bahkan penjaga gawang Persija/PSSI yang sangat masyhur, M. Saelan, sering mati langkah.
Kembali ke “mens sana in corpore sano”, selain ungkapan ini dalam keadaan “tersunat” kini terbukti tidak tepat, juga harus dilihat secara seutuhnya. Ungkapan hasil pemikiran pujangga Romawi Juvenal itu selengkapnya berbunyi:
Orandum est ut sit mens sana in corpore sano yang artinya:”Hendaklah engkau berdoa agar jiwa/pikiran yang sehat terdapat dalam tubuh yang kekar.”
Semoga.