Sketsa Serba-Serbi Sholat Subuh (20)
Ceknricek.com — TELAH bertahun-tahun setelah sholat subuh di hari minggu, di masjid kami dilanjutkan dengan ceramah atau tausiah oleh Pak Ustad Satari Ma’ruf, ketua pengurus Dewan Masjid kami. Setelah ritual sholat subuh, para jemaah mundur beberapa shaf, biasanya ke shaf kelima atau keenam. Sedangkan Pak Ustad kemudian duduk di kursi mimbar yang memang khusus dibuat untuk acara ini.
Mimbar diletakan tiga shaf kosong di hadapan para jamaah. Atau shaf kedua dari depan. Mimbarnya pendek sehingga sesuai dengan tinggi badan yang duduk di kursi.
Acara ini, menurut Pak Ustad sendiri, pertama-tama untuk silaturahmi para jamaah. Kemudian juga buat saling mengingatkan dan berbagi ilmu. Biasanya tausiyah berlangsung sekitar kurang lebih 30 menitan. Para jamaah yang duduk santai menyimak dengan cermat yang dikemukakan Pak Ustad.
Di luar materi tausiahnya, ada hal yang yang juga menarik. Ketika Pak Ustad sedang menguraikan bahan pembicaraan, para jemaah dibagikan boks kertas karton berisi kue. Biasanya isinya tiga macam. Sekali-kali, jika ada yang menyumbang, jumlah dapat menjadi enam macam.
Selain dibagi boks panganan,kami juga disuguhi minum teh panas manis. Bagi jemaah yang tidak minum air teh manis, boleh pilih air putih.
Selama pembagian makanan dan minum, “ceramah” tetap berjalan. Tak ada yang saling mengganggu. Sekali-kali penceramah malah mengatakan,”Ayo kita minum dulu suguhannya!”
Sebelumnya, dalam beberapa selingan tausiahnya, Pak Ustaz menjelaskan, selain urusan-urusan aqidah dan ibadah, umat Islam juga diajarkan untuk memperhatikan urusan-suruan dunia. Dan untuk urusan dunia ini, kata Pak Ustad, manusia diberikan pengetahuan apa yang baik bagi manusia itu , dan atau kelompoknya. Pembagian snack dan minuman adalah bagian dari urusan dunia agar kita juga dapat merasa senang.
Demikianlah sudah berlangsung lama setiap minggu ba’da sholat subuh, di masjid kami diadakan tausiah dengan juga menyajikan suguhan pangan snack. Biasanya jamaah hanya minum saja, sedangkan boksnya dibawa pulang.
Jadi, ketika pulang sebagian besar jemaah membawa pulang “oleh-oleh.” Dari raut wajah dan gestur tubuhnya kentara para jemaah bersuka cita membawa makanan dari masjid, termasuk hamba ini.
Dalam kebudayaan orang Indonesia, membawa “oleh-oleh” atawa “berkat” dari suatu acara, merupakan kebiasaan atau tradisi yang kuat. Walaupun “oleh-oleh” atau “berkat” yang dibawa sebenarnya juga dapat dibeli dengan mudah, baik kesediaan maupun harganya, tapi buah tangan itu mempunyai nilai yang khas yang menyenangkan keluarga yang menerimanya. Maka para jamaah pun membawa pulang boksnya dengan senang hati.
Adapun minumnya ketika keluar dari masjid, pengurus masjid sudah menyediakan petugas yang membawa kantong plastik besar untuk tempat bekas minuman. Para jamaah membawa minumannya masing-masing waktu pulang dan menempatkannya ke kantong plastik itu. Dengan demikian masjid tetap bersih.
Memang acara ini bukanlah bagian dari kewajiban atau sunnah dalam sholat subuh, tapi merupakan kegiatan tersendiri yang memberikan kemanfaatan buat jemaat. Sifatnya juga sukarela dan elastis. Jika setelah sholat subuh, kita ada keperluan lain, kita boleh tidak ikut acara ini. Bebas saja. Bahkan kalau kita tidak ikut acaranya , tapi mau bawa pulang berkatnya juga boleh….
Oh ya, tentu ketika bulan puasa, kegiatan ibi sementara ditiadakan. T a b i k.*
*Wina Armada Sukardi * wartawan dan advokat senior serta Dewan Pakar Pengurus Pusat Muhammadiyah. Tulisan ini merupakan reportase/opini pribadi.