Ceknricek.com — Sartam, petani asal Desa Puncak Jaya, Kecamatan Taluditi, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo mendapat penghargaan “BirdLife Natures Hero Award 2019” dari “Birdlife International”, sebuah lembaga konservasi berbasis di Cambridge, Inggris.
Dilansir Mongabay, Senin (6/5), penghargaan ini karena Sartam mempraktikkan pertanian ramah lingkungan dengan kaidah konservasi melalui pengelolaan lahan dengan membuat terasering. Selain itu, tanaman campur antara kakao sebagai komoditi utama diselingi pohon buah, kayu, dan tumpang sari seperti jahe, kunyit, cabai, terong, aren, juga pisang.
Foto: mongabay
Pola pertanian yang disebut Sartam sebagai “agroforestry” dan tumpang sari ini dapat mengoptimalkan hasil kebunnya, sehingga mampu membiayai hidup sehari harinya. Bahkan, membiayai pendidikan anaknya hingga perguruan tinggi.
Namun seperti petani umumnya, dekat kawasan hutan, kebun Sartam sering disatroni kawanan monyet yang sering dianggap sebagai hama.
Sartam menjelaskan bahwa ia telah membuat resolusi konflik dengan kawanan monyet tersebut. Dia memutuskan untuk menghibahkan satu hektar kebun dan tanamannya untuk kawanan monyet. Dari sisi lingkungan, pertanian yang diterapkan Sartam telah menjamin keutuhan ekosistem dan keragaman hayati.
Inspirator Lingkungan
Selain lembaga internasional, Sartam juga mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Pohuwato. Apresiasi ini diberikan dalam Rapat Paripurna di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pohuwato, Kamis, 2 Mei 2019. Sartam didapuk sebagai inspirator lingkungan.
Foto: mongabay
Tidak hanya Sartam. Penghargaan serupa diberikan kepada kelompok “Tani Kakao Mandiri” di Kecamatan Taluditi, Desa Makarti Jaya.
“Tani Kakao Mandiri” merupakan kelompok tani yang berkomitmen menerapkan pola budidaya kakao berkelanjutan. Prinsip ramah lingkungan ditonjolkan seperti menanam pohon penaung, mengurangi pupuk kimia, meningkatkan pupuk organik, menerapkan sistem tanam tumpang sari, hingga mengintegrasikan tanaman kakao dengan usaha peternakan.
Foto: mongabay
Pertanian berkelanjutan telah menghasilkan kualitas biji kakao terbaik dengan mutu Standar Nasional Indonesia (SNI). Jika sebelumnya produksi petani hanya 900 kg per hektar per tahun, saat ini mencapai 1.500 kg per hektar per tahun. Pada 2016 dan 2017, kelompok “Tani Kakao Mandiri” telah memasarkan bersama biji kakao skala internasional.
Di 2018 dan 2019, kelompok ini terus meningkatkan kualitas biji kakao dengan metode fermentasi. Kualitas biji ini sangat diminati pasar nasional maupun internasional. Bahkan sudah dipasarkan oleh produsen cokelat Masson di Bali dan Fossa di Singapura. Fossa pun menjadikan biji kakao dari Taluditi sebagai produk coklat single origin yang dipasarkan di luar Singapura.