Ceknricek.com — Akibat serangan bom Minggu Paskah di Sri Lanka, negara itu kehilangan US$1,5 miliar dolar atau lebih dari Rp21 triliun dari sektor pariwisata. Hal ini diungkapkan Menteri Keuangan Sri Lanka Mangala Samaraweera, Jumat (26/4).
Menurut Mangala, turisme adalah sektor yang paling terdampak akibat tragedi tersebut. “Kami memperkirakan terjadi penurunan hingga 30 persen atau US$1,5 miliar,” ujar Mangala.
Samaraweera menduga, untuk memulihkan sektor pariwisata seperti sedia kala dibutuhkan waktu setidaknya dua tahun. Pemerintah Sri Lanka menuding kelompok militan lokal yang mendalangi pengeboman yang menewaskan 253 orang itu. Namun, ISIS kemudian mengklaim bertanggung jawab.
“Biasanya, negara-negara yang mengalami serangan ISIS mengalami penurunan angka wisatawan selama satu atau dua tahun. Dengan catatan, akar masalah dan langkah-langkah pengamanan ditangani dengan baik,” kata Samaraweera.
Sumber: TheStraitsTimes
Samaraweera mengambil contoh Perancis, Belgia, dan Tunisia yang pernah mengalami serangan teror ISIS. Negara-negara itu berhasil memulihkan sektor pariwisata mereka yang sempat menurun dalam waktu relatif singkat.
Sektor pariwisata muncul sebagai bagian kisah sukses Sri Lanka dalam meningkatkan perekonomiannya. Serangan bom pada Minggu Paskah itu menghancurkan mimpi Sri Lanka untuk meraup US$5 miliar atau sekitar Rp70 triliun dari pariwisata tahun ini.
Menurut data pemerintah, jumlah turis yang masuk ke Sri Lanka pada kuartal pertama tahun ini melonjak 4,6 persen atau 740.600 orang dibanding tahun lalu. India, Inggris, dan China merupakan penumpang wisatawan terbanyak untuk Sri Lanka yang dikenal dengan pantai tropis dan perkebunan tehnya yang indah.
Sumber: SrilankaTourism
Industri pariwisata pemerintah sedang kembali bangkit setelah hancur akibat perang saudara 37 tahun dengan separatis Tamil yang menewaskan 100.000 orang.
Sebelum serangan bom Minggu Paskah meledak, selama satu dekade terakhir tidak ada kekerasan di Sri Lanka yang berdampak kepada para wisatawan.