Ceknricek.com — PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. atau Wika melansir capaian proyek kereta cepat Jakarta-Bandung tiga hari pasca Belt and Road Forum di Beijing. Sudah mencapai 15,03%, ujar Tumiyana di Jakarta. Presiden Direktur Wika ini menjelaskan 15% itu di tahun ini forecast. Kita akumulasi akan menjadi 60%, jelasnya seperti dikutip Antara, Selasa (30/4).
Sumber : Bisnis
Dia merinci, beberapa jalur utama, seperti terowongan utama di Halim dengan Tunnel Boring Machine (TBM) sudah beroperasi. Pilar sudah mulai terbangun di Km 94. Begitu juga di Km 19. Di sana sudah mulai ada tiga pilar berdiri.
Adapun, urutan pengerjaan proyek ini adalah menyelesaikan track untuk rel kereta. Memasang fondasi untuk kemudian memasang dudukan rel dan juga pembuatan tunnel-nya. Kami kerja mulai fondasi, habis itu dudukan rel, rel lewat terowongan. Terowongannya rampung, rel masuk. Jadi, semua dikejar, katanya.
Sumber : Tempo
Hanya saja, pengamat transportasi Dharmaningtyas tidak yakin target itu akan tercapai. Soalnya, progres pembangunan hingga kini masih minim. Padahal, proyek tersebut sudah dikerjakan sejak tiga tahun lalu. Menurut dia, proyek tersebut tak akan rampung pada 2021. Enggak mungkin. Konstruksinya saja sekarang belum mulai. Belum lagi pembebasan lahannya. Karena masyarakat sudah tahu proyek itu, mereka jadi lewat calo-calo tanahnya. Cost-nya besar sekali, ucapnya.
Soal itu, Tumiyana membuka bahwa pembebasan lahan telah mencapai 96%. Dua bulan silam, menurut Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR), pembebasan lahan baru mencapai 85%. Berarti kini sudah bergerak bertambah 11%. Melihat capaian ini, Tumiyana punya target optimistis. Progres pembangunan Kereta Cepat JakartaBandung bisa mencapai 60% pada tahun ini, tegasnya. Target 60% itu menyangkut seluruh pekerjaan.
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla juga memastikan proyek kereta api itu rampung pada 2021. Menurut JK, Presiden Cina Xi Jinping mengetahui persis perkembangan proyek tersebut. Datanya lengkap, kata JK di sela-sela Konferensi Kerja Sama Internasional Sabuk Jalan (BRF) II.
JK mengakui, kendala berat dalam proyek itu adalah pembebasan lahan yang akan dibangun jalur kereta api tersebut. Kita harapkan selesai pada 2021,” katanya.
Tenaga Kerja Asing
Sumber : Republika
Proyek kereta cepat memang superjumbo. Investasinya mencapai Rp80 triliun. Luas lahan yang dibutuhkan setidaknya mencapai 550 hektare. Lahan seluas itu tersebar di sembilan kota dan kabupaten di sepanjang rute rel kereta api yang direncanakan.
Sumber : Lowongan-Berdasi
Tenaga kerja yang terserap pun lumayan banyak. KCIC menghitung, dalam rentang tiga tahun, setidaknya dibutuhkan 39 ribu tenaga kerja. Khusus pada tahun ini, mencapai 33 ribu tenaga kerja. Dari jumlah tersebut, 20% di antaranya merupakan tenaga kerja asing (TKA) yang mayoritas berasal dari Tiongkok. Perbandingan jumlah antara TKA dan pekerja lokal itu kita batasi 1:4. Jadi, maksimal 20% yang dari TKA, ungkap Chandra. Berdasarkan persentase tersebut, TKA yang bakal mengerjakan proyek kereta cepat JakartaBandung sekitar 6.600 orang.
Jika selesai, kereta yang memiliki kecepatan sampai dengan 350 km per jam ini dapat menghubungkan JakartaBandung dengan waktu tempuh hanya 45 menit saja. Ini tentu menghemat perjalanan jalur darat.
Sumber : MSTT UGM
Menurut rencana, tiket kereta ini bakal dipatok sekitar Rp220.000. Harga tersebut tidak disubsidi oleh pemerintah. Tarif sebesar itu tergolong ekonomis dan terjangkau jika dibandingkan dengan transportasi lainnya yang menuju ke Bandung. Bandingkan dengan misalnya kereta reguler Parahyangan yang bertarif Rp150 ribu dengan lama perjalanan 3,5 jam.
Sekadar mengingatkan, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) merupakan investor dalam proyek ini. Sebanyak 60% saham KCIC dimiliki oleh konsorsium lokal melalui PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia, sedangkan 40% sisanya dimiliki oleh konsorsium Tiongkok, yakni Beijing Yawan HSR Co. Ltd.
Dari kepemilikan konsorsium lokal tersebut, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. menguasai saham terbesar, yakni 38%, kemudian PT Kereta Api Indonesia (KAI) 25%, PT Perkebunan Nusantara VIII sebesar 25%, dan PT Jasa Marga Tbk. sebesar 12%.
Nilai investasi megaproyek tersebut sekitar Rp80 triliun dengan pemenuhan pembiayaan 75% atau Rp60 triliun dari utang melalui China Development Bank. Sementara, 25% sisanya yakni Rp20 triliun dipenuhi dari ekuitas KCIC.
Tidak semua negara berani berutang sebesar itu untuk membangun kereta cepat. Malaysia, contohnya. Negeri Jiran itu membatalkan proyek kereta cepat dengan dana pinjaman dari Tiongkok. Dalihnya, tak akan sanggup membayar utang sekaligus bunga atas pinjaman tersebut. Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad bilang, Malaysia akan jatuh miskin jika melanjutkan proyek East Coast Rail Link (ECRL).