Ceknricek — Menjelang Pemilu 2019, Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi akan terus menguat. Hasil pantauan sepekan, rupiah menunjukkan penguatan yang signifikan. Pada pembukaan spot Selasa (16/4) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, bergerak naik tiga poin atau 0,02 persen menjadi Rp14.060 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.063 per dolar AS.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih di Jakarta, Selasa, mengatakan rupiah berpotensi bergerak positif didorong sentimen domestik yaitu suplusnya neraca perdagangan Maret 2019 yang dirilis Senin (15/4).
“Surplus neraca perdagangan mestinya bisa menjadi sentimen positif penguatan rupiah,” ujar Lana.
Neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2019 mengalami surplus US$540 juta atau lebih tinggi dari posisi surplus Februari 2019 sebesar US$330 juta. Surplus neraca perdagangan dipicu oleh menurunnya jumlah impor, terutama impor bahan baku dan penolong.
Namun pada periode Januari-Maret 2019, neraca perdagangan Indonesia masih mengalami defisit US$190 juta. Defisit tersebut karena neraca perdagangan non-migas mengalami surplus, sedangkan neraca perdagangan migasnya defisit.
Dari eksternal, sentimen datang dari neraca perdagangan China pada Maret 2019 yang tercatat surplus. Surplus tersebut dipicu optimisme global yang membaik, ditambah sentimen positif dari potensi kesepakatan perang dagang dengan AS dan berakhirnya faktor musiman Tahun Baru China (Lunar New Year).
“Kemungkinan ekspor China khususnya ke Amerika Serikat (AS) kembali membaik seiring dengan kesepakatan dagang yang mendekati final,” kata Lana.
Rupiah pagi ini bergerak menguat tiga poin atau 0,02 persen menjadi Rp14.060 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.063 per dolar AS.