Ceknricek.com — Kisah hidup mantan petinju legendaris Indonesia Ellyas Pical akhirnya diangkat ke layar lebar dengan judul The Exocet oleh sineas dan sutradara Ertanto Robby Soediskam.
Setelah penantian dari tahun 2011 selama kurang lebih 8 tahun, akhirnya film ini akan diproduksi, kata Robby dalam konferensi pers di The Sultan, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (15/7).
Foto : Bombastis
The Exocet misil buatan Prancis yang mampu terbang cepat dan menipu radar selama konflik (Argentina-Britania Raya) di kepulauan Falkland rupanya pantas disematkan untuk Elly.
Hal itu memang terbukti, ketika Mei 1985, di Istora Senayan, Ju Do Chun, petinju asal Korea Selatan dibuat babak belur oleh kecepatan tangan kidal The Exocet petinju asal Saparua, Ellyas Pical.
Si Tangan Kidal Pencari Mutiara
Maluku, 1970. Sore menjelang. Natahari turun dari wuwungan langit. Pasir pantai yang senadir cakrawala berubah warna kemerah-merahan. Ombak enggan bergerak karena angin menjauhi batu-batu karang pesisir pantai Maluku, hingga akhirnya melibas kain-kain kapal yang melarung ke laut.
Elly, begitu Ellyas Pical disapa kawan-kawannya, baru berusia 10 tahun ketika itu. Setelah seharian menyelami jejak-jejak dasar laut, ia menyinggungi koral dan terkesima akan kilap warna Pintacda maxima (kerang-kerangan bertubuh lunak tanpa tulang belakang penghasil mutiara).
Dalam benaknya masih terbayang keseruan pertandingan antara Muhammad Ali Vs Jerry Quarry di TVRI dua hari sebelumnya yang ia tonton di rumah Kepala Desa. Selama ia menonton darah di tubuhnya perlahan-lahan menghangat. Aura semangat itu tiba-tiba menyelimuti tubuhnya hingga tanpa sengaja tangan kidalnya ikut berayun-ayun tiap kali petinju favoritnya meluncurkan pukulan.
Foto : Dok.Pribadi
Dari sana pula, sejak sore hari itu ia berketetapan hati, bahwa menjadi petinju adalah jalan hidupnya yang harus segera ia tempuh. Meskipun dengung-dengung di telinganya akibat terlalu lama menyelam ke dasar laut membuat ketajaman pendengarannya berkurang, namun cita-cita harus dikedepankan, batinnya.
Cita-citanya menjadi petinju akhirnya kesampaian. Sejak ikrar di pantai itulah, ia melakoninya dengan kerja keras dari amatiran hingga profesional, meskipun di awal-awal ia lakukan secara sembunyi-sembunyi dari orang tuanya. Waktu dan sejarah pun menyambut, Ellyas Pical akhirnya menjadi petinju Indonesia pertama merebut juara dunia.
Petinju kelahiran Saparua, Ambon, 24 Maret 1960 ini merebut gelar juara dunia IBF Kelas Bantam Yunior (Kelas Super Terbang) dari petinju Korea Chun Ju-do di Jakarta pada 3 Mei 1985. Ellyas Pical berusia 25 tahun saat meraih gelar bergengsi tersebut.
Bemula Dari Amatir
Elly memulai kariernya sebagai petinju amatir. Ia sebelumnya sempat bermain dalam kelas terbang. Karier profesionalnya baru dimulai pada tahun 1983 saat ia berlaga dalam Kelas Bantam Yunior.
Karena bakatnya, satu per satu, lawannya tumbang hingga Ia menorehkan prestasi di ajang turnamen OPBF (Orient and Pacific Boxing Federation) pada 19 Mei 1984. Elly berhasil menumbangkan Hi-yung Chung asal Korea Selatan dengan kemenangan angka 12 ronde di Seoul, Korea Selatan.
Foto : Dok.Pribadi
Selang setahun kemudian, petinju yang terkenal dengan kecepatan dan akurasi pukulan hook dan uppercut kirinya ini kembali bersinar dalam pertandingan kelas dunia IBF Kelas Bantam Yunior atau dikenal juga dengan Kelas Super Terbang.
Pada perebutan sabuk juara dunia IBF yang diselenggarakan di Jakarta pada 3 Mei 1985, Elly sukses menaklukan petinju Korea, Chun Ju-do dan merebut gelar juara dunia. Kehebatan pukullan Elly diberi julukan The Exocet yang diambil dari nama rudal milik Prancis yang digunakan Inggris dalam perang Malvinas.
Berkat gelar dunia dari IBF, Elly menjadi orang Indonesia pertama yang meraih gelar dunia di kelas Bantam. Ia mengharumkan Indonesia di mata internasional. Nama Elly pun dikenal banyak orang.
Pada 25 Agustus di tahun yang sama pula, Ellyas Pical mempertahankan gelar juaranya setelah melawan petinju asal Australia Wayne Mulholland. Namun, di laga berikutnya Elly harus menelan kekalahan setelah bertanding dengan petinju asal Republik Dominika, Cesar Polanco.
Foto : Dok.Pribadi
Kekalahan tersebut tidak membuatnya terpuruk. Setahun kemudian, pada pertandingan kedua yang diselenggarakan di Jakarta, Elly berhasil menggulingkan Cesar Polanco untuk membalas kekalahan sebelumnya. Begitu pun dengan pertarungan selanjutnya, ia berhasil menaklukan petinju Korea, Dong-Cung Lee.
Namun, Ellyas Pical harus mengalami mimpi buruk setelah dikalahkan KO oleh petinju Thailand, Khaosai Galaxy dalam ronde 14, pada 1987. Meski sempat terpuruk beberapa saat, Elly kembali dengan gelar juara IBF setelah melawan Tae-ill Chang, pemain asal Korea dan menang KO.
Suami dari Ria Siahaya Pical ini berhasil mempertahankan gelar juaranya selama 2 tahun hingga akhirnya ia dilumpuhkan oleh petinju Kolombia, Juan Polo Perez, pada pertandingan di Ronoake, Virginia, Amerika Serikat.
Pensiun
Pasca kekalahannya oleh Juan Polo Perez karir Elly mulai meredup. Elly sebenarnya sempat mengikuti pertarungan non-gelar namun hal itu tidak melambungkan namanya lagi. Ia pun pensiun dari dunia tinju dengan rekor profesional 26 pertandingan, 20 kemenangan (11 KO), 1 kali seri, dan 5 kekalahan.
Foto : Antara
Setelah tak lagi bertinju, kehidupan Elly berubah drastis tak seindah saat ia mengharumkan nama bangsa. Bapak dua anak ini kemudian sempat jadi petugas keamanan di diskotik daerah Jakarta Pusat untuk menyambung hidupnya.
Bahkan kisah pahit menghampirinya. Pada 13 April 2005, ia tertangkap polisi karena transaksi narkoba di diskotik tempatnya bekerja. Ia divonis 7 bulan penjara oleh PN Jakarta Pusat.
Setelah keluar dari tahanan, Ellyas sempat menjadi asisten ketua KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia), Agum Gumelar. Setelah kepemimpinan Agum Gumelar berakhir, berbagai pekerjaan Elly lakukan salah satunya sebagai office boy di KONI. Kabar tak baik kembali menyelimutinya. Pada Februari 2017, Elly dilarikan ke rumah sakit karena serangan jantung.
Foto : Sinarharapan
Setelah kariernya meredup sejak kekalahan angkanya di Virginia, AS saat menghadapi Perez pada 1989, kisah Ellyas Pical akan diangkat ke layar lebar. Semoga saja The Exocet mampu menginspirasi generasi muda untuk terus mengedepankan cita-cita yang ingin mereka raih seperti harapan Elly.
“Harapan saya mudah-mudahan film ini akan bagus, jalannya baik, supaya olahraga tinju lancar dan petinju Indonesia bisa ada yang menjadi juara, dan menjadi Ellyas Pical baru,” ungkap Elly.