Ceknricek — Mantan Presiden Peru Alan Garcia menembak kepalanya sendiri, Rabu (17/4), untuk menghindari penangkapan atas tuduhan suap dari perusahaan pembangunan Brazil, Odebrecht. Ia nekat bunuh diri di rumahnya di Ibu Kota Peru, Lima, ketika polisi tiba membawa surat penangkapan.
Tindakan itu dianggap paling dramatis dalam skandal suap terbesar di Amerika Latin. Garcia, tokoh kharismatik yang memainkan peran penting dalam politik Peru selama lebih dari tiga dasawarsa itu meninggal di rumah sakit dalam usia 69 tahun.
Kematian Garcia mengejutkan rakyat Peru yang telah menyaksikan peralihan dirinya dari tokoh sayap-kiri yang dipilih menjadi presiden dalam usia 36 tahun, menjadi pahlawan pasar bebas yang meraih masa jabatan kedua pada 2006.
Garcia, politikus garang yang dipandang sebagai salah seorang orator terbaik Amerika Latin, telah lama menghadapi tuduhan suap, yang ia bantah sebagai noda politik tanpa dasar.
Tapi jaksa penuntut yang menyelidiki Odebrecht mengumpulkan cukup bukti untuk meyakinkan dikeluarkannya perintah hakim untuk menahan Garcia di tahanan pra-peradilan. Perintah penahanan dikeluarkan dengan alasan Garcia mungkin melarikan diri atau menghalangi tugas mereka.
Odebrecht, konglomerat pembangunan milik keluarga, memicu penyelidikan di seluruh Amerika Latin setelah perusahaan itu mengakui secara terbuka pada penghujung 2016. Odebrecht mengaku meraih kontrak yang menggiurkan di wilayah tersebut dengan menyuap politisi. Mantan pejabat Odebrecht sekarang bekerja sama dengan jaksa sebagai informan.
Penyelidikan di Peru berkembang cepat dalam beberapa bulan belakangan. Skandal itu sudah menyentuh tingkat paling tinggi di kancah politik yang memerintah Peru. Mantan presiden Alejandro Toledo diekstradisi dari Amerika Serikat setelah seorang hakim Peru memerintahkan dirinya dijebloskan ke dalam penjara pada 2017. Sementara seorang lagi mantan pemimpin Peru, Ollanta Humala, menghabiskan waktu sembilan bulan di tahanan pra-peradilan sebelum ia dibebaskan dengan jaminan tahun lalu.