Ceknricek.com — Senang tidak senang, percaya tidak percaya, hasil hitung cepat atau quick count sudah menjadi pegangan banyak orang sebagai salah satu patokan untuk mengukur hasil pemilihan umum 2019. Selain pilpres, sejumlah lembaga survei juga melakukan quick count untuk pemilu legislatif. Lalu, parpol apa saja yang menjadi penikmat coat-tail effect atas pencalonan presiden dan wakil presiden?
Ya, dalam psikologi politik ada istilah yang dikenal dengan coat-tail effect. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi pengaruh ekor jas. Singkatnya, efek ekor jas bisa dimaknai sebagai pengaruh figur atau tokoh dalam meningkatkan suara partai dalam Pemilu.
Figur atau tokoh tersebut bisa berasal dari calon presiden ataupun calon wakil presiden yang diusung. Sederhananya, parpol akan mendapat limpahan suara dalam pemilu anggota legislatif lantaran mencalonkan tokoh atau figur yang populer serta memiliki elektabilitas tinggi.
Nah, berdasarkan hitung cepat tentang perolehan suara, parpol yang mendapatkan pengaruh ekor jas sudah tampak. Di kubu Jokowi-Maruf (Jokma) penikmati itu adalah PDIP. Sedangkan di kubu Prabowo-Sandi (Padi) penikmat paling besar adalah Partai Gerindra.
Banteng Moncong Putih berdasar quick count Litbang Kompas berhasil menggaet 20,22% suara pada pemilu ini kali. Jumlah itu meningkat pesat dibandingkan pemilu sebelumnya yang hanya 18,95%. PDIP diperkirakan kembali menjadi jawara pada pileg 2019.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP, Aria Bima, mengklaim mendapatkan efek ekor jas dari pencalonan Jokowi sebagai presiden. PDIP memanfaatkan seluruh kadernya yang menjadi kepala daerah, anggota dewan, hingga pengurus di daerah untuk menjelaskan kepada pemilih bahwa Jokowi adalah kader partainya.
Partai penikmat lainnya, dari kubu Jokma adalah Partai NasDem. Partai besutan pemilik Media Group ini berhasil menjaring 8,13% suara. Angka ini lebih gede dibanding sebelumnya yang 6,72%.
Sumber : Nusantara.news
Partai lainnya adalah PKB. Partai kaum Nahdhiyin ini berhasil menggaet 9,39% suara, naik tipis dibanding 2014 yang 9,04%. “PKB sangat menikmati dan terlibat aktif di pilpres ini, sehingga efek ekor jasnya memberi keuntungan bagi PKB,” ujar Ketua Dewan Pimpinan Pusat PKB, Lukman Edy. Selain itu, menurut Lukman, kemenangan partainya dalam pemilihan legislator kali ini disebabkan oleh solidnya struktur pengurus hingga ke bawah. Lebih dari pada itu, dalam 10 tahun terakhir, PKB tak pernah menuai konflik.
Ironisnya, Partai Golkar justru jeblok. Sang Beringin hanya mampu mendulang angka 11,71% pada hitung cepat Litbang Kompas itu. Padahal perolehan sebelumnya tercatat 14,75%.
Suara parpol di kubu Jokma yang jeblok adalah PPP. Perolehan PPP turun dari 6,53% turun menjadi 4,65%. Lebih tragis adalah adalah Hanura. Partai besutan pensiunan Jenderal Wiranto ini terlempar dari Senayan. Hanura diperkirakan hanya mengantungi 1,34% suara, kurang dari 4% sebagai syarat bisa menempatkan anggota legislatif di Senayan. Angka perolehan itu jauh di bawah perolehan lima tahun lalu yang 5,26%. Hanura mengalami masalah setelah pucuk pimpinan partai ini diserahkan kepada Oesman Sapta Odang.
Sedangkan dari pihak oposisi, pendukung capres-cawapres Prabowo Subianto-Sandaga Salahudin Uno, penikmat efek ekor jas adalah Gerindra. Partai ini, berdasarkan quick count Litbang Kompas menggaet 12,82%, naik lumayan dibanding 2014 lalu yang 11,81%.
PKS juga lumayan. Partai Islam ini dapat menaikkan perolehan suara menjadi 8,56%. Lebih baik ketimbang sebelumnya yang 6,79%. PAN agak apes. Partai ini hanya mengantungi 6,57%, di bawah perolehan sebelumnya yang 7,59%. Partai Demokrat lebih apes lagi. Partai yang dikenal kurang loyal dalam koalisasi Padi ini menorehkan angka 8,09%, lebih buruk dibanding 2014 yang 10,19%.
Soal naiknya suara PKS ini, menurut Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera, bukan karena disebabkan faktor mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02. “Prabowo secara umum (efeknya) ke Gerindra karena beliau tak hanya ketua umum, tapi juga dewan pembina,” katanya.
Mardani mengatakan, awalnya partainya ingin mem-branding Sandiaga sebagai cawapres yang diusung PKS. Namun, upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Sandiaga memang bukan kader atau anggota PKS. Sebelum digandeng Prabowo sebagai cawapres, Sandiaga merupakan Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra. Namun, ia mengundurkan diri agar bisa merepresentasikan seluruh parpol pengusung. “Kami sebenarnya ingin mengambil efek dari Sandiaga, tapi di lapangan tidak efektif juga,” ucapnya.
Untungnya, Mardani menyebut bahwa PKS masih memiliki banyak cara lain untuk menjaring suara. Salah satunya adalah program perpanjangan pajak STNK motor gratis dan SIM seumur hidup yang dijanjikan PKS dalam kampanyenya. Menurut dia seluruh kader bekerja keras selama masa kampanye. Faktor lain, ada juga pengaruh gerakan alumni 212 hingga gerakan #2019GantiPresiden.
Hubungan dengan Pilpres
Jika kita telisik lebih jauh tampaknya juga ada korelasi antara perolehan suara dalam pilpres dengan pileg. Ya, hasil pilpres naga-naganya senafas dengan pileg. Tengok saja angka-angka perolehan suara parpol dalam quick count pileg, dibanding dengan suara modal parpol, atau perolehan suara pada Pemilu 2014.
Sumber : Detikcom
Sekadar mengingatkan Jokowi-Maruf didukung oleh partai politik yang memiki suara 61,25% hasil suara pada pemilu 2014. Partai-partai itu adalah PDIP (18,95%), Partai Golkar (14,75%), Partai Nasdem (6,72%), PKB (9,04%), PPP (6,53%), dan Partai Hanura (5,26%). Total jenderal 61,25%.
Logikanya, jika semua pemilih parpol pendukung akan mencoblos calon dari partai, maka Jokma berpotensi mengantongi suara sejumlah itu. Nyatanya tidak begitu yang terjadi. Dukungan kepada parpol tidak serta-merta menjadi dukungan kepada capres cawapres yang didukung parpol.
Nah, uniknya lagi, jumlah perolehan suara parpol pendukung Jokma ini ternyata tidak bergerak: 61%. Tepatnya 61,08. Mari kita lihat hasil quick count Litbang Kompas sampai pagi tadi. Suara yang didulang PDIP 20,22%, Partai Golkar 11,71%, PKB 9,39%, Partai NasDem 8,13%, PPP 4,65%, Partai Perindo 2,85%, PSI 2,03%, Partai Hanura 1,34%, PBB 0,76%, PKPI 0,22%. Total jenderal 61,08%.
Selanjutnya mari kita tengok perolehan partai pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno. Pasangan ini didukung parpol yang memiliki 36,8% suara. Menurut quick count Litbang Kompas, partai-partai pendukung Padi juga hanya berhasil menambang suara tak jauh dari angka itu. Tepatnya 38,68%. Partai-partai itu adalah Partai Gerindra (12,82%), PKS (8,56%), Partai Demokrat (8,09%), PAN (6,57%), dan Partai Berkarya (2,11%).
Melihat angka-angka terasa serasi, dan naga-naganya juga tak jauh dari hasil survei banyak lembaga survei sebelumnya.