Ceknricek.com – Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan menyatakan berbagai kegaduhan yang terjadi di masyarakat belakangan ini terjadi karena Pancasila ditinggalkan.
“Selama 20 tahun pendidikan Pancasila tidak ada, Pendidikan Moral Pancasila dihilangkan. Hasilnya seperti ini, sering terjadi kegaduhan, “ kata Zulkifli kepada Ceknricek.com, Kamis (31/5).
Pernyataan Zulkifli ini terkait dengan peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2018.
Karena itu, Zulkifli mengajak masyarakat kembali kepada pandangan hidup dan dasar negara Pancasila. “Pancasila bukan hapalan tapi diwujudkan dalam perilaku sehari-hari,” katanya lebih lanjut.
“Pancasila buka semboyan, bukan hapalan. Bukan dipakai untuk kepentingan politik, pidato dan sejenisnya. Pancasila harus dipakai dalam kehidupan bernegara.”
Contoh, konstitusi menyatakan penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. “Maka dari itu Indonesia mengutuk Israel yang menjajah Palestina. Bukan hanya umat Islam tapi seluruh bangsa, karena ini adalah perintah konstitusi.”
Kemudian, Indonesia itu beragam jadi harus saling menghormati. “Jangan hanya perkara pilih bupati atau gubernur kita berantem. Ini artinya Pancasila belum menjadi perilaku.”
Jadi Pancasila diharapkan tidak menjadi hapalan. Perilaku bernegara bagi legislatif, eksekutif dan yudikatif harus sesuai Pancasila.
Perilaku eksekutif harus sesuai Pancasila dalam kebijakannya. Contoh pemerintah harus melindungi bangsa Indonesia. “Oleh karena itu kalau ada pemuda yang belum bekerja, maka kesempatan kerja kasih mereka dulu. Jangan kasih kepada pekerja asing. Kecuali kalau kita nggak bisa.”
Kalau ada pasien ke rumah sakit lalu meninggal karena tidak dilayani, maka negara melanggar sumpahnya untuk membela rakyatnya. “Itu melanggar konstitusi,” kata Zulkifli.
Pesan Presiden
Presiden Joko Widodo mengatakan Peringatan Hari Kelahiran Pancasila harus dimaknai sebagai momen pemacu untuk mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila.
“Saya ingin mengajak para ulama dan tokoh agama, para guru dan ustad, para politisi dan jajaran aparat pemerintahan, para anggota TNI dan Polri, para pekerja dan pelaku ekonomi, serta seluruh komponen bangsa untuk bersama-sama mengamalkan Pancasila dalam keseharian kita,” ujar Presiden saat memberikan amanat upacara Peringatan Hari Kelahiran Pancasila di Gedung Pancasila, Jakarta pada Jumat (1/6).
Menurut Presiden, negara manapun di dunia akan berproses menjadi bangsa yang berbeda dan majemuk.
Bahkan, kemajemukan di negara lain itu juga berpotensi menimbulkan intoleransi dan ketidakbersatuan masyarakat.
Kepala Negara mengajak masyarakat Indonesia untuk mengamalkan nilai luhur Pancasila dalam melaksanakan ketertiban di dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.