Ceknricek.com — Aksi kerusuhan 21 Mei hingga 22 Mei 2019 menelan 6 korban meninggal dan puluhan lainnya luka-luka. Hal ini disampaikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat menjenguk korban kerusuhan di Rumah Sakit Tarakan, Jakarta, Rabu (22/5).
“Kita sedang berada di RS Tarakan sejak fajar tadi, memantau kondisi di beberapa wilayah di ibu kota. Korban sejauh ini ada enam orang meninggal. Di RS Tarakan ada dua. Kemudian di RS Pelni, kemudian di Budi Kemuliaan, RSCM, dan RSAL Mintoharjo. Ini per jam 9.00 WIB. Dan kira-kira ada 200 orang luka-luka,” kata Anies.
Gubernur DKI Jakarta itu menyampaikan, ia sangat menghormati hak masyarakat untuk berkumpul dan berserikat. Namun, ia mengimbau agar masyarakat berpegang pada perinsip kedamaian.
“Mengungkapkan pendapat itu dilindungi undang-undang. Karena itu, saya mengimbau pada semuanya tetap berpegang pada prinsip perdamaian kedamaian. Gunakan cara-cara yang damai dan juga kepada semua pihak yang mengamankan suasana di lapangan,” ungkapnya.
Sumber: Sindo
Dalam kesempatan itu, Anies memastikan korban kerusuhan akan ditangani dan diobati dengan tuntas. Ia bahkan menegaskan, usai kerusuhan semua fasilitas yang rusak atau hancur akan segera diperbaiki untuk menciptakan Kota Jakarta yang kondusif.
“Pemprov DKI memastikan bahwa semua pihak yang menjadi korban baik itu sipil, kepolisian, TNI dan semua petugas akan kita tangani. Semuanya akan kita obati hingga tuntas. Nah, kita tangani semuanya di tempat ini dan kita pastikan bahwa tidak dikenakan biaya sehingga semuanya tenang sampai sembuh tuntas,” tegasnya.
Anies memastikan tim damkar berada di lokasi dan siaga setiap kali ada kejadian untuk langsung bertindak. Begitu juga dengan tim kebersihan yang bekerja nonstop. “Jadi kita ingin agar suasana di Jakarta tetap suasana yang kondusif untuk berkegiatan sehari-hari,” jelasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Widyastuti menyebutkan, ia tak bisa memastikan pasien yang meninggal dalam insiden kerusuhan ini. Yang pasti, tim medis akan melakukan penolongan pertama dalam keadaan darurat tanpa memilih pasien. “Yang penting adalah upaya ke gawat daruratnya tanpa memilah-milah upayakan penolongan pertama dulu,” kata dia.