Ceknricek.com — Kerajaan Arab Saudi mengizinkan kaum perempuan melakukan perjalanan sendiri tanpa kawalan lelaki. Aturan baru itu diumumkan dalam surat kabar mingguan resmi kerajaan Um al-Qura, Jumat (2/8). Dekrit tersebut memungkinkan wanita di atas usia 21 untuk mengajukan paspor tanpa otorisasi, menempatkan mereka pada posisi yang setara dengan pria.
Kerajaan Arab Saudi sebelumnya telah melonggarkan pembatasan sosial terhadap perempuan, meskipun para pegiat mengatakan masih banyak yang harus dilakukan untuk hak-hak mereka. Arab Saudi mendapat sorotan atas perlakuannya terhadap warga perempuannya, menyusul kasus perempuan yang mencari suaka di luar negeri.
Pemimpin de facto, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, telah berusaha untuk melonggarkan larangan terhadap wanita. Termasuk mencabut larangan mengemudi tahun lalu. Namun dia juga menindak aktivis hak-hak perempuan, mengadili sejumlah dari mereka dalam beberapa bulan terakhir.
Sumber: EPA
Sistem perwalian pria Saudi memberi para suami, ayah, dan kerabat pria lainnya wewenang untuk membuat keputusan penting tentang wanita. Sampai sekarang, wanita di sana harus meminta izin kerabat untuk mendapatkan atau memperbarui paspor dan keluar dari negara.
Langkah Besar
Dekrit yang diumumkan, Jumat (2/8), tersebut memungkinkan perempuan untuk pertama kali mendaftarkan kelahiran anak-anak, pernikahan dan perceraian. Juga mencakup peraturan ketenagakerjaan yang memperluas kesempatan kerja bagi mereka. Di bawah peraturan itu, semua warga negara memiliki hak untuk bekerja tanpa menghadapi diskriminasi berdasarkan jenis kelamin, kecacatan atau usia.
Banyak wanita Saudi untuk merayakan langkah tersebut. Sukacita mereka setidaknya diutarakan influencer terkemuka dan pembawa acara talk show Muna AbuSulayman bercuit, “generasi yang tumbuh bebas dan setara dengan saudara-saudara mereka.”
Sumber: Twitter @abusulayman
“Jika benar-benar dilaksanakan (ini) langkah besar dalam membiarkan perempuan dewasa Saudi mengendalikan hidup mereka sendiri,” tulis Kristin Diwan dari Institut Negara-Negara Teluk Arab di Washington DC seperti dikutip AFP.
Dalam upaya untuk membuka negara, Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman meluncurkan sebuah rencana pada tahun 2016 untuk mengubah perekonomian pada 2030. Tujuannya, untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja menjadi 30% dari 22%.
Sumber: Twitter @rbalsaud
Namun, kelompok-kelompok hak asasi manusia telah mengecam tindakan kerasnya selama setahun terakhir pada beberapa aktivis hak-hak perempuan terkemuka di negara itu. Para aktivis itu, termasuk pegiat terkemuka Loujain al-Hathloul, saat ini menghadapi persidangan. Beberapa dari mereka mengatakan telah disiksa saat ditahan. Ada beberapa kasus “profil tinggi” perempuan mencari suaka di negara-negara seperti Kanada dengan klaim penindasan gender.
Mengutip BBC.com, masalah tersebut menyeruak Januari lalu, ketika Rahaf Mohammed al-Qunun yang berusia 18 tahun melarikan diri dari Arab Saudi dalam upaya untuk melarikan diri ke Australia. Namun, upaya itu berakhir dalam perselisihan di sebuah hotel bandara di ibu kota Thailand, Bangkok. Setelah bantuan internasional, Kanada kemudian memberikan suaka.
Pada bulan Maret, dua perempuan muda Saudi yang bersembunyi di Hong Kong diberikan visa kemanusiaan di negara ketiga. Dalam kasus yang sama sebulan kemudian, sepasang perempuan lainnya melarikan diri ke Georgia setelah mencari bantuan internasional di Twitter dan akhirnya dipindahkan ke negara lain.