Catatan Asro Kamal Rokan
Ceknricek.com — RUMAH di Jalan Batu Solira, Kecamatan Pulau Laut, Kotabaru, Kalimantan Selatan itu, kini sepi. Muhammad Yusuf (42) tidak lagi di rumah itu, tidak lagi dapat bercengkrama dengan istrinya, Tou Arvaidah (38) dan empat anaknya. Yusuf —wartawan Kemajuan Rakyat dan Berantas News —telah pergi selamanya.
Pakaian untuk Lebaran, yang dipesan Yusuf kepada istrinya, sehari sebelum meninggal, tinggal sebagai kenangan. “Dalam pesan singkat, Yusuf minta dibawakan baju nanti Lebaran di Lapas. Saya belum bisa bawakan karena belum waktu untuk besuk,” kata Tou Arvaidah, seperti dikutip banjarmasinpost.co.id.
Yusuf meninggal di RSUD Kotabaru, Ahad (10 Juni 2018). Kematian Yusuf — dalam status tahanan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kotabaru —menimbulkan berbagai pertanyaan. Menurut pengacara keluarga Yusuf, Nawawi SH kepada ceknricek.com, Rabu (13/06), kematian Yusuf menimbulkan pertanyaan.
Tou Arvaidah
Pada Ahad siang, Istri Yusuf Tou Arvaidah, diminta datang ke rumah sakit, karena Yusuf sakit jantung, sesak napas, dan muntah-muntah. Setiba rumah sakit, petugas medis melarangnya menemui Yusuf di ruang visum. Arvaidah baru diperkenankan bertemu Yusuf setelah wafat. Jenazahnya sudah dibersihkan.
Yusuf ditahan sejak April lalu. Polisi menangkapnya dengan tuduhan pelanggaran Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), terkait berita yang dibuatnya tentang perusahaan minyak sawit Multi Sarana Agro Mandiri (MSAM) milik Syamsudin Andi Arsyad di Pulau Laut, Kotabaru.
Nama Yusuf tidak begitu dikenal luas di Kalimantan Selatan. Selain tidak terdaftar sebagai anggota PWI, menurut Ketua PWI Kalimantan Selatan, Zainal Hilmie, Kotabaru — tempat tinggal Yusuf — pulau yang jaraknya sekitar satu malam perjalanan dari Banjarmasin.
Sebagai wartawan meski bukan anggota PWI, lanjut Zainal, PWI mendesak kematian Yusuf diselidiki hingga tuntas dan menyeluruh. “Kami juga mengumpulkan dana untuk membantu keluarganya,” ujar Zainal. Anak Yusuf empat orang, yang bungsu berusia tiga tahun. Sedangkan istri bekerja sebagai petugas parkir.
Anak-anak Alm. M.Yusuf
Kematian Yusuf ini telah menjadi isu internasional. Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) yang bermarkas di Brussels, Belgia, dalam pernyataannya di laman IFJ, mendesak penyelidikan menyeluruh. Sekretaris Jenderal IFJ, Anthony Bellanger, juga meminta Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) melakukan investigasi.
Belum diketahui penyebab kematian Yusuf, apakah karena serangan jatung, seperti dikemukakan Kepala Pengawasan dan Penindakan (KPLP) Lapas Kota Baru, Rahmat Pijati, atau ada penyebab lain. Fakta-fakta harus diungkap terbuka penyebab kematian wartawan ini — wartawan yang bekerja dilindungi undang-undang.
Tou Arvaidah, kini sendiri mengasuh empat anaknya yang masih kecil. Kehidupan yang tidak mudah — sebagai petugas parkir — semakin sulit tanpa Yusuf.
Baju Lebaran, yang telah disiapkan Arvaidah untuk diantar ke Lembaga Pemasyarakatan, kini tidak terjamah. Selamanya, Yusuf tidak dapat mengenakan baju Lebaran, di saat takbir kemenangan Jumat, 15 Juni ini…