Ceknricek.com – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersama Wakil Menteri Luar Negeri RI Pak A.M. Fachir, Sekretaris Jenderal ASEAN Dato Lim Jock Hoi, dan perwakilan tetap negara-negara ASEAN meresmikan penamaan stasiun MRT ASEAN pada Rabu (10/4).
“Alhamdulillah, sebuah kehormatan, bersama Wakil Menteri Luar Negeri RI Pak A.M Fachir, Sekretaris Jenderal ASEAN Dato Lim Jock Hoi, dan perwakilan tetap negara-negara ASEAN meresmikan penamaan stasiun MRT ASEAN,” tulis Anies.
Dilansir laman Facebook, @Aniesbaswedan, Kamis (11/4), penamaan Stasiun ASEAN ini sebagai bagian dari ikhtiar Pemprov DKI Jakarta untuk membuat Jakarta semakin kokoh, bukan hanya semakin kokoh sebagai Ibu Kota Indonesia, tetapi juga sebagai Ibu Kota ASEAN.
“Ini satu-satunya stasiun MRT yang bukan merupakan penamaan komersial. Jadi ASEAN tidak membayar apa pun utk penamaan ini,” ujar Anies.
Foto: Doc. Anies Baswedan
Menurut mantan Menteri Pendidikan ini, banyak pertemuan kerja sama Asia Tenggara yang punya potensi untuk diselenggarakan di Jakarta.
“Kita berharap, melalui penamaan ini menguatkan komitmen Indonesia berperan di level regional, dan mengingatkan komitmen masyarakat Jakarta untuk menjadi tuan rumah yang baik bagi masyarakat Asia Tenggara yang mayoritas pertemuannya diselenggarakan di Jakarta,” ungkap Anies.
Mengenai konektivitas Stasiun ASEAN dengan halte Transjakarta CSW akan dikerjakan oleh PT Transportasi Jakarta nanti bersama dengan MRT Jakarta. “Sekarang sedang proses finalisasi sayembaranya. Nanti akan ada fasilitas eskalator untuk memudahkan perpindahan antar moda dari antara halte CSW dan Stasiun ASEAN,” kata Anies.
MRT bukanlah sekadar alat pemindah warga lintas tempat. MRT adalah alat pemersatu, ia menciptakan ruang interaksi antar warga lintas sosial ekonomi dengan suasana kesetaraan; kedudukan tak menentukan tempat duduk dan berdiri. MRT juga alat pendidikan kolosal bagi warga, ia membentuk kebiasaan dan kebudayaan manusia modern; terencana, tertib, akurat, efektif, dan beradab. MRT melampaui fungsi transportasi, ia juga berfungsi jadi alat transformasi sosial masyarakat.
“Sebuah kerja kebudayaan nan bersejarah bagi Jakarta dan Indonesia,” tutup Anies.