Ceknricek.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memperpanjang waktu kampanye imunisasi virus Campak dan Rubella (MR) fase ke-2 hingga 31 Desember 2018.
Direktur Surveilans dan Karantina Kasehatan, Kemeskes drg. R. Vensya Sitohang, M.Epid menyampaikan cakupan imunisasi MR hingga 31 Oktober 2018 pukul 18:00 WIB belum mencapai target 95% atau 32 juta anak. Imunisasi MR baru mencakup sekitar 66,9 persen atau 21,4 juta anak.
”Artinya kekebalan anak terhadap virus MR belum terbentuk sehingga kami (Kemenkes) masih meminta kepada kawan-kawan di daerah semuanya untuk terus melaksanakan imunisasi MR,” kata drg. Vensya, di Ruang Naranta Kemenkes, Kamis (1/11), seperti dikutip rilis Departemen Kesehatan.
Berkat perjuangan tenaga kesehatan di daerah yang dinilai luar biasa, drg. Vensya mengatakan telah 102 kabupaten/kota yang tercakup imunisasi MR. Target yang ditetapkan adalah 395 kabupaten/kota.
Namun, pelaksanaan kampanye MR sebenarnya tidak hanya ingin mengejar angka 95%, tetapi membentuk kekebalan kelompok agar bisa melindungi orang lain yang bahkan tidak diimunisasi.
”Pelaksanaan imunisasi MR ini tidak semata-mata mencapai target, tapi seluruh sasaran anak terlindungi. Otomatis bahwa ketika seluruh anak terimunisasi, bukan hanya melindungi anak itu sendiri tapi termasuk usia yang lebih tua bisa terlindungi dan khususnya pada ibu hamil,” ungkap drg. Vensya.
Untuk meningkatkan jumlah anak yang mendapat imunisasi baik MR ataupun vaksin lainnya, Kementerian Kesehatan RI menggalakkan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) mulai Agustus hingga November setiap tahun.
Imunisasi yang diberikan dalam program tersebut yakni vaksi campak untuk anak kelas 1 SD, vaksin DT untuk anak kelas 2 SD, dan vaksi Td untuk kelas 3 SD.
Selain itu, vaksin polio juga diberikan untuk anak usia 6-8 tahun, dan vaksin tifoid untuk anak berusia dua tahun ke atas yang diulang setiap 3 tahun. Untuk anak perempuan berusia 10 tahun ke atas akan diberikan vaksi HPV.
Dilansir dari Parenting, beberapa hal perlu diperhatikan terkait pemberian vaksin anak di sekolah.
Vaksin yang sama
Anak tidak perlu ikut imunisasi jika telah mendapatkan vaksin yang sama di kesempatan sebelumnya. Anda perlu mempersiapkan sertifikat imunisasi yang menerangkan bahwa anak sudah menjalani vaksin sebelumnya. Untuk mendapatkannya, Anda dapat meminta ke puskesmas sesuai alamat domisili di Kartu Keluarga.
Kondisi kesehatan
Sebelum mengikuti imunisasi di sekolah, pastikan anak sedang dalam kondisi sehat dalam artian tidak mengalami penyakit berat. Kondisi penyakit ringan seperti batuk, flu, dan diare tidak menjadi masalah yang menghalangi anak untuk mendapatkan imunisasi.
Bagi yang sedang mengalami penyakit berat atau baru sembut dari penyakit berat, atau riwayat alergi vaksin tertentu, harus berkonsultasi terlebih dahulu.
Takut disuntik
Hal yang biasa jika anak memiliki ketakutan dengan jarum suntik. Berikan anak pengetahuan tentang pentingnya vaksin untuk kesehatannya. Anda bisa mengatakan hal motivasi seperti “Ibu tahu kamu mungkin takut dengan jarum suntik, tapi vaksin itu penting sekali. Dulu waktu bayi, kamu juga pernah disuntik, tapi tetap kuat, dan sekarang makin sehat.”
Menunjukkan video-video anak yang tetap tenang saat disuntik pun bisa jadi satu senjata yang ampuh mengurangi ketakutan anak.
Terlewat vaksin
Ada kemungkinan anak Anda terlewat vaksin di sekolah. Tak perlu cemas, karena Anda dapat membawanya ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapat vaksin yang sama. Melewati satu vaksin tidak berarti bahwa anak tidak perlu lagi mendapat imunisasi. Anak tetap perlu diimuninsasi agar lebih tahan melawan penyakit. Untuk vaksin, lebih baik terlambat sedikit daripada tidak sama sekali.