Ceknricek.com — Bagi sebagian besar orang, sosok Ir. Ciputra dianggap sebagai pengusaha terkemuka di bidang properti. Sebagian orang lainnya menganggap dirinya sebagai arsitek yang turut mendirikan sekolah dan universitas. Namun tahukah Anda, sebenarnya sosok Ciputra ialah sosok yang sangat berpengaruh dalam dunia olahraga, khususnya bulu tangkis?
Jika tidak percaya, coba tanyakan hal itu kepada Susy Susanti, peraih medali emas Olimpiade pertama Indonesia di Barcelona 1992. Tanyakan pula hal itu kepada Candra Wijaya, Tony Gunawan, Markis Kido, Hendra Setiawan atau pemain yang kini sedang naik daun, Marcus Fernaldi Gideon.
Para pemain-pemain itu ialah jebolan dari PB Jaya Raya, klub bulu tangkis yang berdiri sejak 17 Juli 1976 itu. Tak lain tak bukan, pendiri klub ini ialah Ciputra itu sendiri.
Saat peresmian GOR Jaya Raya di Bintaro, 15 September 2016 lalu, Ciputra menceritakan kisahnya di tahun 1975, ketika diminta Gubernur DKI saat itu, Ali Sadikin untuk turut terlibat dalam kemajuan olahraga nasional. Saat itu, perbulutangkisan Indonesia tengah berjaya di dunia, khususnya sektor putra.
Di nomor tunggal, Indonesia memiliki Sang Maestro, Rudy Hartono, peraih 7 gelar All England beruntun di periode 1968-1975. Di nomor ganda, Indonesia memiliki pasangan Tjun Tjun/Johan Wahyudi yang juga berjaya di turnamen bulu tangkis tertua di dunia itu.
Meski demikian, saat itu bulu tangkis belum tergolong sebagai olahraga kelas dunia. Pamor olahraga tepok bulu itu masih kalah dengan tenis atau tentu saja sepak bola. Cabang ini juga belum dipertandingkan di Olimpiade.
Di situlah Ciputra teringat akan kata-kata dari Albert Einstein, “Imajinasi lebih penting dari ilmu pengetahuan.”
“Saya mendirikan Jaya Raya bermodalkan imajinasi. Saat itu, saya berimajinasi suatu saat bulu tangkis akan dipertandingkan di Olimpiade dan Indonesia akan meraih medali emas. Untuk itu, pembinaan bulu tangkis harus dilakukan dengan benar. Salah satunya adalah melalui PB Jaya Raya ini,” kata pria yang akrab disapa Pak Ci ini.
Ide itu lalu disampaikan kepada Bang Ali, yang lalu meminta agar Pak Ci turut terlibat dalam pembinaan cabang olahraga atletik dan sepak bola. Sempat menuruti permintaan itu, Ciputra menyadari bahwa bulu tangkis adalah olahraga yang paling berpotensi melahirkan juara dunia. Akibatnya, tim sepak bola dan atletik Jaya Raya dibubarkan.
Baca Juga: Biografi Ciputra: Pebisnis Tangguh dari Parigi
Hal ini membuat Ciputra sempat dikritik media lokal dan nasional yang menganggapnya tidak nasionalis. Namun bagi Ciputra, untuk apa jika hanya populer di tingkat nasional, namun tidak ada prestasi di tingkat dunia?
Benar saja, imajinasi Ciputra akhirnya terwujud, setelah bulu tangkis dipertandingkan di Olimpiade Barcelona 1992. Atlet jebolan Jaya Raya, Susy Susanti menjadi atlet sekaligus wanita pertama penyumbang emas Olimpiade untuk Indonesia.
“Bagi saya peran Om Cip (Ciputra) itu sangat penting dalam karier saya. Saat saya masih main di SEA Games Jakarta 1987, Om Cip tak pernah absen menonton saya. Itu sangat berarti bagi saya,” ucap Susy di tahun 2016 lalu.
“Teringat masa-masa saat Jaya Raya itu kesulitan keuangan, klub mempersilakan kami untuk meneruskan karier di tempat lain. Saya tidak ingin pergi karena teringat jasa-jasa Om Cip. Akhirnya saya berhasil membawa pulang emas Olimpiade 1992,” tambah atlet yang kisah perjuangannya baru-baru ini diangkat dalam film layar lebar Susi Susanti: Love All (2019).
Asal tahu saja, film ini sendiri turut dimodali oleh Ciputra, yang juga menjabat sebagai Honorary Executive Produser film itu. Sayang, peran Ciputra dan Jaya Raya kurang ditunjukkan dalam film berdurasi 96 menit itu.
Malahan, salah satu pejabat yang sebenarnya perannya cukup absurd dalam karier Susi malah diglorifikasi dalam film itu. Ya, pada akhirnya Ciputra memang tak pernah mencari popularitas, demi mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari orang lain.
Pesan Ciputra
Saat meresmikan GOR Jaya Raya di Bintaro, 15 September 2016, Ciputra lalu berpesan agar ke depannya, PB Jaya Raya bisa menghasilkan peraih medali emas Olimpiade lainnya. Sekadar informasi, sejak Markis Kido/Hendra Setiawan meraih emas di Olimpiade Beijing 2008, Jaya Raya belum menelurkan Olimpian peraih emas lainnya.
Di Olimpiade London 2012, Indonesia gagal meraih satu medali pun dari cabang olahraga bulu tangkis. Sementara di Olimpiade Rio 2016, peraih medali emas dari cabor bulu tangkis ialah ganda campuran Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad, yang merupakan pemain PB Djarum.
“Semoga pembangunan GOR ini diiringi dengan prestasi para atlet. Sudah dua Olimpiade tidak ada atlet Jaya Raya yang bisa meraih emas,” kata Pak Ci.
“Mempertahankan juara itu sulit, tapi lebih sulit lagi saat ingin bangkit dari keterpurukan. Hal ini yang menjadi tantangan para atlet, pelatih dan pengurus. Untuk apa punya GOR dan klub kalau tidak bisa melahirkan juara dunia?” tambahnya.
Baca Juga: Ir. Ciputra Telah Tiada
Kini, menyambut Olimpiade Tokyo 2020 yang kurang dari setahun lagi bakal digelar, tumpuan Jaya Raya untuk meraih medali emas berada di pundak Marcus Fernaldi Gideon. Bersama pasangannya yang merupakan pemain Djarum, Kevin Sanjaya Sukamuljo, The Minions memang tengah naik daun dan diharapkan meneruskan tradisi emas Indonesia.
PB Jaya Raya sendiri telah mengucapkan selamat jalan untuk sang pendiri yang wafat pada Rabu (27/11) pukul 01.05 di Singapura. Hal ini dituangkannya dalam akun Instagram @pb_jayaraya.
“Beliau adalah pendiri dari PB Jaya Raya yang telah menghasilkan banyak prestasi di tingkat dunia. Semoga dedikasi beliau selama ini untuk Jaya Raya dan Indonesia selalu dikenang dan menjadi catatan manis di dunia bulu tangkis Indonesia. Selamat jalan Pak Ci, terima kasih atas dedikasinya untuk Indonesia,” tulis Jaya Raya.
BACA JUGA: Cek OPINI, Opini Terkini Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.