Ceknricek.com — Gletser yang dimiliki Indonesia di Puncak Jaya, Papua, menyusut dalam tempo cepat. Hal ini mengakibatkan bongkahan es itu akan menghilang dalam satu dekade ke depan. Temuan tersebut merupakan hasil studi yang dipublikasikan jurnal milik National Academy of Science, Amerika Serikat, Senin pekan ini.
Lonnie Thompson seorang ilmuwan peneliti senior di Byrd Polar and Climate Research Centre Ohio State University, mengatakan, gletser di Papua (Indonesia) adalah “kenari di tengah batu bara”.
“Gletser ini akan menjadi yang pertama menghilang. Setelah itu, gletser di puncak gunung lainnya pun akan mengikuti,” kata Thompson. Gletser Papua yang terletak di dekat Puncak Jaya, di bagian barat pulau Papua Nugini ini, telah mencair selama beberapa tahun.
Pertengahan tahun 2019 Islandia telah mencatat kepunahan gletser pertama ketika Okjökull menghilang di musim panas. Peristiwa itu dinilai sebagai peringatan bagi 400 gletser lain di kepulauan subartik tersebut.
Sementara itu, di jantung Eropa, ilmuwan Swiss telah melaporkan laju kenaikan emisi CO2 yang akan memusnahkan 90% gletser di pegunungan Alpina di penghujung abad.
Gletser memang memiliki mikro ekosistem yang rumit dan sensitif. Sekali mencair, laju penyusutan akan sulit dihentikan. Hal serupa juga mengancam gletser Carstenz yang terhampar seluas 68,6 hektar di ketinggian 4.600 meter di atas permukaan laut.

Menurut hasil studi lapangan pada 2010, gletser Carstenz yang memiliki ketebalan 32 meter dan menyusut sebanyak tujuh meter per tahun.
“Gletser tropis kebanyakan lebih kecil dan reaksi mereka terhadap variasi perubahan iklim jauh lebih cepat ketimbang pada gletser yang lebih besar,” kata Glasiologis Indonesia, Donaldi Permana, anggota tim ilmuwan.
Baca Juga: Fenomena Langka Telur Es Selimuti Pantai Finlandia
Sebelumnya ilmuwan memperkirakan gletser-gletser di Papua telah kehilangan sebanyak 85% luasnya sejak beberapa dekade terakhir. Adapun studi teranyar oleh National Academy of Science mencatat luas gletser yang dulu terhampar seluas 2.000 hektar menyusut menjadi kurang dari 100 hektar.
Para peneliti juga mencatat laju penurunan es yang meningkat menjadi lima kali lipat lebih cepat hanya dalam beberapa tahun terakhir.
“Situasinya sudah mencapai level yang mengkhawatirkan, karena pembentukan es tidak lagi terjadi, hanya penurunan gletser,” kata Permana. “Gletser-gletser ini terancam punah dalam satu dekade atau bahkan lebih cepat,” imbuhnya.
Menurutnya, fenomena penyusutan gletser di Papua dipercepat oleh fenomena cuaca El Nino, yang membawa udara hangat dan memangkas curah hujan.
“Mengurangi emisi gas rumah kaca dan menanam lebih banyak pohon mungkin bisa memperlambat laju penyusutan es di Papua,” kata Permana. “Tapi kami yakin akan sangat sulit untuk menyelamatkannya dari kepunahan.”
Selain memberi dampak lingkungan, kepunahan gletser juga diratapi sejumlah suku Papua yang meyakini bentangan es tersebut sebagai lokasi sakral.
“Pegunungan dan lembah-lembah adalah kaki dan tangan dewa mereka dan gletser adalah kepalanya,” kata Lonnie Thompson. “Jadi kepala dewa mereka akan segera menghilang.”
BACA JUGA: Cek SEJARAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.