Ceknricek.com–Sebagian kader PDIP semakin sewot ke Ganjar Pranowo. Tidak tanggung-tanggung, Bambang Wuryanto salah satu kader militan PDIP, menjuluki dan mencap Ganjar celeng alias babi hutan–istilah yang sangat kasar ini tentu menunjukan kekesalan Bambang Wuryanto, sekaligus gaya komunukasi politiknya. Selain itu pastilah Bambang Wuryanto sudah mendapatkan “restu” dari elite politik untuk “menghajar” Ganjar sehingga dia begitu berani memakai kata yang untuk orang umum sekalipun sangat kasar.
Sebelumnya Trimedya Pandjaitan juga terang-terang menuding Ganjar sebagai orang yang congkak. Dan kendati Trimedya bukan orang Jawa, dia juga menyebut Ganjar “kemlinthi,” yang artinya kurang lebih sok pinter, menyebalkan dan banyak bicara.PDIP nampaknya perlu berhati-hati dalam menghujat Ganjar. Hinaan dan celaan yang dimaksud untuk menjatuhkan reputasi Ganjar sekaligus menghancurkan citra politik Ganjar, bukan tak mungkin justeru dapat berbalik arah menjadikan semakin melambungkan nama Ganjar, sekaligus memperkuat elektabilitasnya.
Ingat kasus Taufik Kiemas dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)? Sebenarnya elektabilitas SBY pada era pemilu waktu itu, dibanding dengan Megawati, tidak ada apa-apanya. Kata orang, maaf, nggak ada seupil-upilnya acan. Tapi begitu TK, sebutan Taufik Kiemas, menjuluki SBY sebagai jenderal seperti murid SD yang kekanak-kanakan, langsung elektabilitas SBY melangit dan sebaliknya elektabilitas Mega nyungsep. Walhasil kala itu SBY mampu mengalahkan Megawati dalam pemilu pilpres.
Kenapa begitu? Rakyat Indonesia selama ini rupanya merasa SBY menjadi korban dari bully dan penzoliman, sehingga rakyat lebih bersimpati kepadanya dibanding kubu yang menzolimi.Disinilah, salah-salah PDIP malah justeru menyediakan karpet merah buat Ganjar. Tudingan dan hinaan yang di luar batas, seperti menjuluki Ganjar celeng dan congkak, dapat menimbulkan simpati publik kepada Ganjar yang buntut-buntutnya memberikan suara buat Ganjar (kalau dapat tiket maju ke Pilpres). Disini Ganjar dinilai korban dari penzoliman.
Apalagi Ganjar sama sekali tidak menjawab semua hinaan tersebut. Jangankan melawan, membantah saja Ganjar tidak. Dia memilih diam dan membiarkan rakyat yang memberi penilaian. Ini bakalan menambah simpatik dari publik kepada Ganjar. Publik Indonesia tidak suka kepada pihak yang mereka nilai suka menghina dan menzholimi.Dalam politik segala hal dapat terjadi. Perubahan dapat berlangsung cepat. Kalau PDIP tak belajar dari kasus TK vs SBY bukan tak mungkin PDIP tergelincir kembali. Mereka secara tidak langsung malah memberikan tiket buat Ganjar.
Bung Karno pernah mengatakan “jas merah.” Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Kalau PDIP terus menggempur Ganjar, dapat bermakna PDIP justeru melupakan ajaran Bung Karno “jas merah” dengan melupakan sejarah kontemporer bagaimana TK mengantar SBY jadi presiden. Dan kalo ini terjadi, sekali lagi PDIP mengantar Ganjar menuju calon presiden.*