Ceknricek.com — Saya sebenarnya enggan berbicara politik praktis. Politik saya adalah politik ekonomi atau pemikiran ekonomi politik karena latar belakang akademik, atau politik gagasan untuk mengasah demokrasi lebih matang, atau politik kebangsaan demi NKRI. Tetapi politik praktis emoh karena yang saya ketahui dan saya alami memang betul-betul kotor sehingga sangat perlu kritik dari luar. Kritik terhadap politik mutlak perlu dan tidak boleh diberangus dengan cara kasar – menangkap pengkritik – atau pun halus – melaporkan menggunakan polisi dan pengacara.
Yang paling kotor itu tidak lain adalah partai, sistem yang otoriter, kekuasaan tidak tertata dengan baik, tidak ada demokrasi internal melainkan kekuatan kekuasaan. Untuk meraih kekuasaan di dalamnya harus dilumuri kotoran politik, uang. Ingat politik uang masih merupakan penyakit kronis sementara KPK sudah dilumpuhkan oleh DPR dan Presiden. Tanpa presiden setuju atau mendukung KPK tidak akan lumpuh seperti sekarang.
Baca Juga : Berulang Tahun ke-75, Hendropriyono Luncurkan Lagu dan Buku
DPR sudah berniat melumpuhkan KPK sejak lama, tetapi karena presiden sebelum Jokowi menolaknya, maka perubahan UU KPK tidak berhasil dilakukan. Sekarang niat itu berhasil karena dua intstitusi DPR dan Presiden saling memperkuat.
Kata Mahfud MD: “Malaikat pun akan menjadi iblis jika masuk sistem politik kita”. Ini terjadi karena politik menghalalkan segala cara. Seperti diskusi kita di waktu lalu di forum fb ini bahwa proses evolusi kekuasaan mulai dari anarkhi – roving bandit – berproses ke kekuasan tirani – stationary bandit – menuju ke demokrasi yang beradab. Kritik, check and balance menjaga agar demokrasi tidak kembali menuju tirani.
Hanafi Rais mundur adalah peristiwa khusus, yang berbeda dengan politisi lain. Banyak politisi pada umumnya masuk politik untuk mencari makan, yang sudah kaya menambah kekuasaan digabung dengan kekayaan.
Baca Juga : Jokowi Sebut Indonesia Beruntung Memilih Kebijakan PSBB
Ketika Hanafi mundur saya teringat film Crown, film sejarah bersifat dokumenter politik kerajaan Inggris dimana politisi dan perdana menteri mundur karena tidak sesuai dengan idealisme kehendaknya, rakyat sudah menghendaki mundur, sehingga secara satria meninggalkan jabatannya dengan suka rela. Juga politik di Jepang yang dengan gentleman mundur karena sudah tidak saatnya lagi duduk di situ.
Saya melihat tindakan Hanafi adalah tindakan yang patut dan bahkan nanti perlu ditradisikan bahwa kekuasaan tidak harus direbut dengan segala cara dan tidak dikejar dengan mengorbankan apa pun. Saya tidak tahu alasannya tapi tindakan merelakan kursi kekuasaan adalah hal biasa ketika sudah tidak sesuai dengan nurani, idealisme dan tidak sesuai dengan dirinya.
BACA JUGA: Cek EKONOMI & BISNIS, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini