Ceknricek.com — Ia tampil sangat percaya diri. Rambutnya dicat warna biru. Bicaranya cepat minim jeda. Lentur bertutur. Cas cis cus. “Saya 28 tahun. Dokter. Chief Executive Officer di Tukutu Indonesia. Owner Communion Management. Founder VORSCA. Founder & Chief Executive Officer Shoes And Care,” ujarnya memperkenalkan diri pada 15-an wartawan dari berbagai media dalam workshop yang digelar Manulife Indonesia di sebuah ruangan Hotel JW Marriot Yogyakarta, awal bulan ini.
Ya, dia adalah Tirta Mandira Hudhi. Panggil saja Dokter Tirta. Anak muda kaya ini kini lebih banyak bisnis ketimbang mengabdi sebagai dokter. Ia sempat bertugas di Puskesmas Turi dan RS UGM Yogyakarta (2016 – 2017). Lalu, sebagai dokter muda di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Cita-citanya yang sampai kini masih dalam angan adalah mendirikan rumah sakit sendiri. Rumah sakit yang bisa mensejahterakan dokternya.
Tirta adalah lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. “IP (indeks prestasi) 3,8,” ujarnya terkesan pamer. Dia memang cerdas.
Lebih dari itu, Dokter Tirta dikenal sebagai pebisnis yang sukses. Sang Dokter antara lain mengembangkan bisnis shoes and care. Kini ia sudah memiliki 40 toko. “Saya memulai bisnis sejak kuliah semester I,” ungkapnya.

Ia mengaku mengembangkan bisnis tanpa utang ke bank. Hanya berasal dari keuntungan yang didapatkan. “Dari sinilah saya belajar bisnis dan investasi,” jelasnya.
Tirta tidak menginvestasikan dananya pada aset bergerak. Investasi pada aset bergerak, seperti mobil, akan mengalami kerugian. Harga jualnya lebih rendah. “Lebih baik menginvestasikan pada tanah, properti saham dll. Itu lebih menguntungkan,” katanya.
Baca Juga: Terpenting Dorong Terus Investasi

Tidak Banyak
Kaum milenial seperti Tirta tidak banyak. Kaum belia cenderung konsumtif. Mereka lebih mementingkan gaya hidupnya dibandingkan investasi. Penghasilan Rp10 juta dihabiskan untuk mengkredit mobil mahal. “Ini yang salah,” kata Tirta.

Milenial juga dikenal sebagai Generasi Y, Gen Y atau Generasi Langgas. Ini adalah kelompok demografi setelah Generasi X (Gen-X). Para ahli dan peneliti menggunakan awal 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok ini dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran.
Lalu, seberapa besar keterlibatan kaum belia, macam Dokter Tirta ini, dalam urusan menanam duit? “Mereka kebanyakan masih konsumtif,” ujar Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan OJK, Sondang Martha.
Direktur Investasi Sarana Mandiri, Hans Kwee, menambahkan kaum milenial lebih banyak bersikap acuh tak acuh kepada investasi. Mereka bergerak berdasar tren. “Oleh karena itu investasi harus jadi tren dahulu di kalangan milenial,” katanya.

Survei global bertajuk “The Future of Money” pernah mengungkap mayoritas milenial Indonesia sibuk menabung dibandingkan berinvestasi. Selain itu, sekitar 69% dari kaum milenial lndonesia juga tidak memiliki strategi investasi.
General Manager Asia Tenggara Luno, David Low, mengatakan populasi milenial Indonesia diperkirakan akan mencapai 34% dari total populasi pada tahun 2020. Artinya, ke depan, milenial akan menjadi salah satu pendorong utama perekonomian negara. Karena itu, penting agar kaum milenial mempelajari lebih lanjut kelebihan dan manfaat dari strategi investasi yang terstruktur.
Baca Juga: Milenial Jadi Pemberi Pinjaman di Fintech, Ini Keuntungan dan Kiatnya
Data lain diungkap Kementerian Keuangan. Ada keinginan jelas kalangan milenial untuk berinvestasi. Salah satunya adalah lewat Surat Berharga Negara (SBN). Terbukti dari sebanyak 10,21 ribu investor Savings Bond Ritel (SBR) 008, 52% merupakan generasi milenial yang berusia 19–39 tahun.
Di sisi lain, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkap jumlah single investor identification atau SID reksa dana telah mencapai 1,23 juta pada Juni 2019. Jumlah ini naik 57% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang berada di angka 702 ribu SID. Dari jumlah tersebut, sebanyak 70% berasal dari golongan masyarakat berusia muda, yakni berada dalam rentang usia 20-40 tahun.

Sedangkan berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), per 23 Oktober 2019 jumlah investor pasar modal mencapai 2,28 juta akun atau SID. Jumlah itu meningkat 41,14% dari akhir 2018 sebesar 1,62 juta SID.
Akun investasi di KSI mencakup reksa dana, saham, dan Surat Berharga Negara (SBN). Peningkatan paling signifikan terjadi di investor reksa dana yang tumbuh 60,2% sepanjang tahun berjalan menjadi 1,59 SID dari 2018 sebanyak 995.510 SID. “Dari sisi demografi usia, jumlah investor milenial atau dibawah usia 30 tahun mendominasi sebesar 43,28% dari total investor,” papar Pjs. Kepala Unit Manajemen Proyek KSEI Achmad Firdiansyah. Investor milenial mengelola aset sebanyak Rp12,15 triliun.
Masih Minim
Kaum belia ini belum tertarik mengembangkan duitnya, menurut Sondang, karena mereka masih minim literasi keuangan. Padahal di era teknologi ini harusnya mereka bisa mengakses apa saja. Sudah banyak informasi yang beredar di Internet. “Kaum milenial itu jangan hanya melek teknologi saja tapi juga wajib melek literasi keuangan,” ujarnya.

OJK mencatat generasi milenial yang berusia 18-25 tahun memiliki tingkat literasi 32,1%. Sedangkan, mereka yang berusia 25-35 memiliki tingkat literasi 33,5%. “Jadi masih sangat kecil,” katanya.
Tirta mengaku memulai investasi tak pakai guru alias belajar sendiri. “Banyak informasi bisa kita dapatkan dari internet. Jika kurang, ikuti seminar seminar terkait investasi. Dan cara lainnya kerja dalam bisnis tersebut, setelah mengerti baru investasi. Contohnya teman saya, dia investasi saham itu dari SMA, sekarang dia itu sudah bisa beli rumah yang cukup besar,” katanya.
Sondang mengingatkan investasi bagi milenial sangat penting. Ini adalah tabungan mereka untuk masa depan. Menurut Tirta, investasi perlu dilakukan sedini mungkin. Kalau bisa dari 20 tahun sudah investasi. “Karena dari umur segitu, 10 tahun ke depan kita sudah bisa menikmati hasilnya,” katanya.
Di sisi lain, Tirta menyarankan kaum milenial menyisihkan gaji atau penghasilan sebanyak 20%. Setelah banyak, barulah duit tabungan itu diinvestasikan. “Pelajari mana yang baik untuk keuntungan Anda. Investasi itu untuk jangka panjang dan kesejahteraan. Pola seperti ini yang harus ditanamkan,” tambahnya.
Masih banyak yang beranggapan investasi itu barang mahal. Padahal banyak instrumen investasi yang harganya terjangkau. Untuk itu pengetahuan mengenai investasi sangatlah penting. Apalagi investasi itu bukan hal yang instan.
Baca Juga: Sandiaga Minta Pemerintah Dukung Generasi Milenial Jadi Petani

Menurut Tirta, kunci kesuksesan adalah banyak membaca. Karena dengan banyak membaca, kita tahu akan segala hal. Setelah itu belajarlah soal finansial. Dengan belajar keuangan maka kita bisa mengatur uang yang kita miliki. Dan ini harus dipelajari dari umur 20 tahun. Setelah itu pasang target. Misalnya umur 30 sudah punya usaha, atau punya rumah dll.
Tirta berpendapat sukses itu tidak ada ukurannya. “Saat ini banyak yang bilang saya telah sukses. Tapi saya bilang saya belum sukses. Target saya itu bisa bermanfaat bagi orang lain. Saya ingin semua dokter yang ada saat ini bisa dapat penghasilan cukup bagi mereka karena banyak dokter itu tidak selalu sukses. Nah, saya ingin mengubah hal itu semua,” katanya.
Tirta punya target, pada usia 45 tahun sudah resign dari semua pekerjaan. “Jadi tinggal menikmati hidup dari apa yang saya dapatkan selama ini. Ya, ini jarang ada yang berpikir seperti ini. Tapi ini target saya dan begitulah prinsip saya menjalani hidup,” katanya.
BACA JUGA: Cek RISET & DUNIA KAMPUS Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini