Ceknricek.com — Anggota Komisi XI DPR RI Johnny G. Plate meminta pemerintah melaksanakan berbagai langkah kebijakan dalam bentuk relaksasi fiskal guna mendorong peningkatan aktivitas ekspor nasional.
“Di samping inovasi dan penguatan SDM, tolong lakukan juga relaksasi fiskal. Sebab, kami ingin mendorong agar kegiatan ekspor dan subsitusi impor kita bisa menguat,” kata Johnny di Jakarta, Kamis (13/6).
Untuk itu, ia mengusulkan tema besar dalam APBN 2020 mengandung unsur kata “relaksasi fiskal” untuk memperkuat fokus dan gagasan agar produk ekspor Indonesia memiliki tingkat daya saing yang kuat di tingkat mancanegara.
Ke depan, ia berharap agar Anggota Badan Anggaran DPR fokus kepada pendalaman Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) 2020. Dengan demikian, akan menghasilkan RAPBN 2020 yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan mengantisipasi tidak menentunya kondisi global, seperti perang dagang AS-China.
Sebelumnya, Bank Indonesia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2019 menjadi di bawah 5,2 persen menyusul penurunan ekonomi global dan juga melemahnya pertumbuhan ekspor yang dikhawatirkan mempengaruhi sumber-sumber lain pertumbuhan seperti konsumsi dan investasi.
Selanjutnya BI memprediksi pertumbuhan ekonomi sepanjang 2019 akan di kisaran 5,0-5,4 persen, setelah pada 2018 ekonomi Tanah Air meningkat 5,17 persen.
“BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 cenderung berada di bawah titik tengah 5-5,4 persen,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
Ini kali pertama di tahun 2019 Otoritas Moneter merevisi sasaran pertumbuhan ekonominya. Salah satu penyebab perubahan pandangan BI adalah laju perekonomian di kuartal I 2019 yang hanya 5,07 persen atau jauh di bawah ekspektasi BI yang sebesar 5,2 persen.
Perry Warjiyo menyebutkan capaian perekonomian di paruh pertama tahun 2019 sangat terkendala oleh perlambatan ekonomi global. Khusus untuk sumber pertumbuhan dari ekspor, BI memandang laju ekspor sulit diandalkan untuk memacu signifikan pertumbuhan ekonomi.
Perry menyebut ekspor Indonesia tertekan karena penurunan harga komoditas. Dengan ekspor yang tertekan, bukan tidak mungkin terjadi perlambatan pada konsumsi rumah tangga dan investasi.