Ceknricek.com — Pemerintah telah mengantisipasi dampak perekonomian global akibat memanasnya konflik Iran dengan Amerika Serikat (AS), terutama harga minyak dunia. Pernyataan itu disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir di Tangerang, Banten, Minggu (5/1).
“Memang seperti yang diminta oleh Presiden Joko Widodo, kita harus selalu antisipasi di mana perekonomian global merupakan sesuatu yang fluktuatif dan tidak bisa diprediksi,” ujarnya.
Erick mengatakan, yang terjadi sekarang mengenai Amerika, Iran dan Timur Tengah, pasti akan berdampak kepada Indonesia, terutama di harga minyak. “Karena itu kita sudah antisipasi beberapa bulan yang lalu, salah satunya kita menerapkan biodiesel B30. Dengan adanya B30, ketergantungan terhadap impor minyak bisa lebih ditekan,” katanya.
Menurut Erick, pemerintah juga sudah mulai melakukan tender atau lelang bukan melalui trader atau perantara, melainkan tetapi langsung kepada perusahaan yang menghasilkan minyak, agar dapat memangkas margin-margin biaya yang tidak perlu.
Langkah tersebut jangan dinilai sebagai upaya untuk memusuhi perantara karena selama harga yang ditawarkan wajar dan lebih terjangkau maka pemerintah bisa mengapresiasinya. Erick menambahkan, untuk menekan impor migas ini bukan suatu hal yang bersifat jangka pendek, tetapi jangka menengah dan panjang, serta harus dilakukan secara bertahap.
Salah satu cara yang sedang diupayakan adalah membangun kilang pengolahan atau refinery dan juga bagaimana lifting sekarang sumur-sumur minyak Pertamina harus segera dikerjasamakan dengan banyak pihak, tidak bisa dikontrol sendiri oleh Pertamina, supaya ada kembali sumber baru minyak.
Baca Juga: Warga Amerika Turun ke Jalan Kecam Sikap Trump ke Irak
Sebelumnya harga minyak melonjak pada setelah militer AS membunuh seorang komandan senior Iran, yang memicu kekhawatiran bahwa meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dapat mengganggu produksi energi di wilayah tersebut.
Harga patokan minyak AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari melonjak US$1,87 menjadi menetap pada US$63,05 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah diperdagangkan setinggi US$64,09.
Sementara itu patokan harga minyak lainya, minyak mentah brent untuk pengiriman Maret melonjak US$2,35 menjadi ditutup pada US$68,60 per barel di London ICE Futures Exchange.
Mengutip Antara, para pedagang khawatir, meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dapat berdampak pada produksi energi di wilayah kaya minyak itu, yang menyumbang hampir sepertiga dari pasokan minyak global.
BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.