Close Menu
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
Tentang Kami Kontak Kami
  • APP STORE
  • GOOGLE PLAY
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
CEK&RICEKCEK&RICEK
Trending:
  • 8 Tempat Berburu Takjil di Jakarta Saat Ramadhan
  • Bareskrim Tangkap Direktur Persiba Balikpapan Terkait Kasus Narkoba
  • Dialog Ramadan Lintas Agama: Puasa sebagai Sarana Menahan Diri dan Membangun Kebersamaan
  • Rantai Korupsi Tambang Nikel
  • Lady Gaga Bakal Gelar Konser di Singapura pada Mei 2025
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
Home»Opini

Film Abracadabra, Estetika Visual Sulap yang Melampaui Zamannya (3-Habis)

Opini January 15, 20206 Mins Read

Genre Ekspresionis

Ceknricek.com — Para pengamat film banyak yang memasukkan genre film ini secara serampangan. Ada yang menyebut genre “drama fantasi”. Ada pula yang menyebut “black comedi” atau “komedi hitam”. Tercatat juga ada yang memasukkan ke dalam “komedi fantasi” dan sebagainya. Saya khawatir mereka memasukkan film ini ke dalam genre-genre tersebut lantaran tidak mau pusing, kalau tidak mau disebut mereka tidak paham sejarah perfilman, apalagi perbedaan genrenya.

Film ini walaupun mengandung banyak humor dan dibuat mungkin memang untuk menghibur, namun jelas tetap merupakan film (sangat) serius. Abracadabra dibuat dengan konsep serius. Membahas soal serius dan disuguhkan dengan serius pula. Tujuan film ini bukan untuk mencapai efek humor atau komedi, walaupun banyak humor bertebaran dalam film ini. Humor hanyalah sebagian dari alat yang dipakai film ini untuk menyampaikan ekspresinya.

Sedangkan istilah “fantasi” dapat memberikan persepsi kurang tepat. Hampir semua film layar lebar dapat dikatakan mengandung fantasi. Begitu juga pemakai istilah “drama” untuk film ini dapat menyesatkan. Dalam film ini tak ada “dramaturgi” sebagaimana kita kenal dalam film drama pada umumnya.

Film Abracadabra, Estetika Visual Sulap yang Melampaui Zamannya
Sumber: Fourcoloursfilm

Saya cenderung memasukkan Abracadabra sebagai film “ekspresionis”. Kenapa? Tak lain ialah film ini dibuat dengan sepenuhnya sebagai ekspresi total sutradaranya. Apa yang dipikirkan dan diingin Faozan itulah yang dia tuangkan dalam film ini. Apakah pikirannya dan keinginannya itu mengikuti kaidah-kaidah umum pembuatan suatu karya film, bukan masalah baginya. 

Begitu pula apakah pilihan membuat film seperti ini secara sosiologis sudah dapat dipahami atau belum, baik publik maupun oleh masyarakat film sendiri pun bukan persoalan untuk dirinya. Ada pun yang penting Faozan ingin memperlakukan media film ini sebagai ekspresi penuh diri: apa yang menjadi pergulatan batinnya, pengalaman personalnya, kemampuan teknikalnya, penghayatan estetikanya dan kontemplasi hidupnya dituangkan di film ini. Di sini, film ini jadikan medium ekspresinya dan lantaran itu hemat saya film ini dapat kita masukkan sebagai film “eskpresionis”.

Latar Belakang

Untuk mengetahui apa yang ingin disampaikan sutradara Abracadabra kita harus lebih dahulu menoleh sejenak ke sejarah perfilman dunia dan menengok bagaimana latar belakang film ini tercipta. Secara sangat singkat, dalam sejarah perfilman dunia ada dua mazhab besar film. 

Perbedaan antara dua mazhab ini tercipta tak terlepas dari perkembangan pada awal-awal penemuan teknologi film. Di satu pihak, terdapat kakak beradik, masing-masing Lumir, Aggustus dan Loulis, dan di pihak lain ada Georges Miles. 

Pada sisi ketiga kakak beradik itu, mereka memasuki dunia film dengan latar belakang penemuan fotografi, sehingga mereka memproduksi karya film dengan pemahaman “film ialah tanggapan terhadap realitas yang ada”.

Sedangkan pada sisi Miles, dia berlatar belakang “ahli sulap”, sehingga dia masuk ke dunia film dan memproduksi film dengan pemahaman agar “tercipta fantasi-fantasi menarik”. Kedua mazhab ini sampai sekarang masih sering didikotomikan. Dalam perkembangannya “realitas” sering dibenturkan “neorealitas”, atau bahkan sampai ke kubisme dan sebagainya. 

Film Abracadabra, Estetika Visual Sulap yang Melampaui Zamannya
Sumber: Fourcoloursfilm

Abracadabra tidak dapat dilepaskan dari bagaimana Faozan memandang  kedua mazhab besar film itu. Melalui film ini, Faozan jelas berpihak kepada Miles. Tentu keberpihakan itu lahir berdasarkan pergumulan perjalanan hidup dan pemikirannya. Dari sinilah kita dapat mengetahui apa sebenarnya yang ingin disampaikan sutradara ini dan kenapa cara menyampaikan harus dengan cara Abracadabra.      

Baca Juga: Film Abracadabra, Estetika Visual Sulap yang Melampaui Zamannya (2)

Menurut pengakuan Faozan sendiri, dari kecil dia sangat menggemari tontonan atau pertunjukan sulap, baik di pasar malam atau kalau ada acara sirkus di TVRI. Setiap habis menonton, pada dirinya selalu muncul pertanyaan-pertanyaan besar, bagaimana itu semua dapat terjadi? Kok bisa ya? Faozan waktu itu bingung apa hal tersebut dapat benar-benar terjadi seperti sihir sebagaimana diceritakan di buku-buku  dongeng yang dia baca. Berangkat dari sana, Faozan sendiri lalu mulai belajar sulap, sampai akhirnya dia mengetahui hampir semua kecepatan dan trik. Pada titik itu, Fouzan sendiri merasa tak ada lagi misteri. Semuanya sudah terkuak. Personifikasi itulah yang direpresentasikan oleh tokoh Lukman.

Nah, untuk “menghandirkan” kembali perasaan dan pengalaman kebingungan dan ketakjuban sikapnya dulu, salah satunya dengan cerita film ini. Sebagai pengalihan, dia membuat estetika visual dan bahkan banyak adegan terang-terangan disebutnya meniru lukisan yang menyilap mata seperti sulap: menipu mata, mengkreasikan dunia imajinasi. Dengan kata lain, film ini tidak lain tidak bukan retrospektif  dari diri sutradaranya sendiri.

Film Abracadabra, Estetika Visual Sulap yang Melampaui Zamannya
Sumber: Fourcoloursfilm

Dari sini kita sudah dapat menangkap Faozan memilih pendekatan mazhab Miles “si tukang sulap” ketimbang mazhab “realitas kehidupan”. 

Lebih jauh lagi, bahkan, sesuai pengakuan Faozan sendiri, film ini menjadi semacam tribute untuk Miles. Hal itu terlihat di mimpi Lukman yang menghadirkan film 16mm buat mengenang “Radja sulap di film”. Dengan begitu, kita memahami mengapa di Abracadabra sampai muncul film dokumenter 16mm.  

Dari sini pula kita menyadari gambar atau adegan yang ditampilkan Abracadabra bukanlah realitas kasat mata, karena realitas kasat mata dapat saja sesungguhnya hanyalah ilusi yang kita bayangkan dan bukan realita yang nyata. Realitas dunia sulap berbeda dengan realitas dunia nyata, walaupun sering tumpang tindih.

Mendahului Zamannya     

Menghadapi dunia sulap, terserah kita sendiri mau bagaimana menanggapinya. Abracadabra menyampaikan pesan, hidup kita juga seperti sulap. Semuanya kembali kepada kita, mau mengambil peran apa. Mau jadi penonton pasif atau mau jadi pelaku aktif, kita sendirilah yang menentukan, bukan orang lain.    

Di luar bingkai itu, film ini juga banyak menyampaikan kritik sosial. Sosok oknum kepala kepolisian yang mudah disogok merupakan salah satunya. Begitu pula pakaian polisi ketika mengejar Lukman di daerah laut yang mengenakan celana pendek dan baju santai, seakan ingin mengolok-olok banyak oknum polisi terlihat lebih seperti badut ketimbang polisi yang sebenarnya.     

Film Abracadabra, Estetika Visual Sulap yang Melampaui Zamannya
Sumber: Fourcoloursfilm

Kalaupun Faozan lewat film ini ingin membuat film yang menghibur, maka hiburannya merupakan “hiburan tingkat tinggi”. Artinya, untuk menikmati film ini dibutuhkan pengetahuan, pemahaman dan penghayatan estetika visual yang luas dan mendalam. Jelas itu tak mudah. Dan saat ini belum banyak penonton Indonesia masuk dalam kategori itu. Tak heran masih banyak penonton Indonesia kiwari yang bingung dan tak paham terhadap film ini. Butuh proses panjang lagi agar sebagian besar masyarakat dapat memberikan apresiasi yang proporsional terhadap film ini.

Abracadabra mungkin baru dapat dipahami oleh penonton Indonesia berapa puluh tahun ke depan. Sekarang masih terasa menjadi film yang ganjil, aneh dan membingungkan, tetapi ke depan barulah mayoritas penonton bakal mampu menemukan keindahan estetika visualnya dan isi penting pesannya, termasuk dapat menikmati nuansa “hiburannnya”. Dapat dikatakan film ini telah melalui zamannya. 

*Wina Armada Sukardi, Kritikus Film.

BACA JUGA: Cek FILM & MUSIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini

#sulap abracadabra FilmIndonesia Opini visual
Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp Email

Related Posts

Rantai Korupsi Tambang Nikel

Ironi Dunia Penerbangan Indonesia

Generasi Beta, Selamat Datang

Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

Sedang Tren

8 Tempat Berburu Takjil di Jakarta Saat Ramadhan

Ceknricek.com — Menjelang waktu berbuka puasa, berburu takjil menjadi salah satu tradisi yang paling dinantikan selama…

Bareskrim Tangkap Direktur Persiba Balikpapan Terkait Kasus Narkoba

March 10, 2025

Dialog Ramadan Lintas Agama: Puasa sebagai Sarana Menahan Diri dan Membangun Kebersamaan

March 10, 2025

Rantai Korupsi Tambang Nikel

March 10, 2025

Lady Gaga Bakal Gelar Konser di Singapura pada Mei 2025

March 10, 2025

Nikita Willy Bagikan Tips Tetap Bugar Saat Berpuasa

March 10, 2025

Hasil Liga Italia: Atalanta Permalukan Juventus 4-0

March 10, 2025

Ironi Dunia Penerbangan Indonesia

March 10, 2025
logo

Graha C&R, Jalan Penyelesaian Tomang IV Blok 85/21, Kav DKI Meruya Ilir, Jakarta Barat. redaksi@ceknricek.com | (021) 5859328

CEK & RICEK
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
575/DP-Verifikasi/K/X/2020

Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
© 2017-2025 Ceknricek.com Company. All rights reserved.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.