Ceknricek.com — Kasus kematian Muhammad Harun Rasyid (15) saat kerusuhan 22 Mei, viral video pemukulan yang diduga dilakukan sejumlah anggota Brimob di area Smart Services Parking, Kamis (23/5), serta penangkapan Koordinator Relawan IT Mustofa Nahrawardaya yang dijemput polisi di rumahnya, Minggu (26/5) dinihari, adalah tiga rantai kasus yang saling berkaitan.
Kematian Muhammad Harun Rasyid
Muhammad Harus Rasyid (15) adalah salah seorang korban dalam kerusuhan 22 Mei. Dilansir RMOL, Senin (26/5), Nurman, paman korban menceritakan, Harun pergi saat malam 22 Mei ketika kerusuhan pecah di sekitar Jalan Brigjen Katamso, Slipi, Jakarta Barat.
Nurman. Sumber: Viva
Waktu itu dia bersama dua orang temannya berangkat dari kediaman di Duri Kepa karena penasaran ingin melihat ada keramaian.
“Dia penasaran mungkin, temannya bilang kita lihat yuk,” kata Nurman di rumah duka, Jalan Duri Mas Ujung RT 009/10, Duri Kepa, Jakarta Barat, Jumat malam (24/5).
Kematian Harun baru diketahui oleh keluarga pada Kamis 23 Mei malam. “Itu ada relawan yang mengabarkan dan memfoto Harun,” terang Nurman.
Harun. Sumber: gstatic
Pada Jumat pagi (24/5), keluarga baru mengambil jenazah Harun di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Sebelumnya saat Harun meninggal, jenazah dibawa ke Rumah Sakit Dharmais. “Di situ langsung diambil oleh Kepolisian ke RS Polri,” ujar Nurman.
Nurman memastikan, bahwa dalam video yang viral dimana seseorang tengah digebuki oleh beberapa orang petugas berpakaian Brimob di sebuah kompleks masjid, bukan Harun. “Saat di RS Polri saya lihat, luka tembak persis di bagian dada sebelah kiri,” katanya.
Sumber: Istimewa
Postingan Mustofa di Twitter
Koordinator Relawan IT, Mustofa Nahrawardaya ditangkap dan dijemput polisi di rumahnya, Minggu dini hari (26/5).
Dalam lansiran surat penangkapan dengan nomor SP.Kap/61N/2019/Dittipidsiber tertanggal 25 Mei 2019 disebutkan Mustofa ditangkap diduga terkait postingannya di Twitter. Postingan Mustofa diduga hoax terkait kerusuhan 22 Mei.
Mustofa ditangkap terkait cuitan lewat akun twitter pribadinya @AkunTofa, Jumat (24/5). Cuitan itu menggambarkan ada seorang anak bernama Harun (15) yang meninggal setelah disiksa oknum aparat.
Sumber: Twiter
“Innalillahi-wainnailaihi-raajiuun. Sy dikabari, anak bernama Harun (15) warga Duri Kepa, Kebon Jeruk Jakarta Barat yg disiksa oknum di Komplek Masjid Al Huda ini, syahid hari ini. Semoga Almarhum ditempatkan di tempat yg terbaik disisi Allah SWT, Amiiiin YRA,” tulisnya.
Mustofa menyertakan cuitan itu dengan rekaman video seorang pemuda yang tengah ditindak oleh sejumlah oknum polisi berseragam lengkap.
Video viral pemukulan
Sebuah video viral di masyarakat, video tersebut menggambarkan sejumlah anggota Brimob Polri yang diduga melakukan pemukulan seseorang di area Smart Services Parking, Kamis (23/5) seusai kerusuhan 22 Mei 2019. Lokasinya di area Masjid Al Huda, Jalan Kampung Bali XXXIII, Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang baru-baru ini viral karena video pemukulan.
Sumber: Istimewa
Dilansir Tempo, Minggu (26/5) seorang saksi yang tak ingin identitasnya disebutkan menceritakan, bahwa pagi itu sekitar pukul 06.00 WIB, sepuluh anggota Brimob masuk ke lokasi parkir melalui gerbang depan di Jalan Wahid Hasyim.
“Terus nanya, di sini ada yang demo rusuh-rusuh masuk ke dalam? Enggak ada Pak, saya bilang begitu,” kata dia.
Menurut pria itu, seorang aparat lantas melihat ada dua orang di area belakang parkir atau di depan Masjid Al Huda. Dia juga tidak mengetahui dua orang yang dikenalnya, Markus Ali dan Andre, berada di sana. Beberapa Brimob lantas mendekati mereka.
Beberapa Brimob menggeledah bangunan di area parkir dan mendapati seorang supervisor Smart Services Parking bernama Jurianto dan seseorang lagi bernama Lubis.
“Saya jelasin ini (Jurianto) atasan saya,” katanya mengulang penjelasannya kepada Brimob. Namun, aparat tak percaya. “Ah kamu, tadi saja (soal Andre dan Markus) bohong,” ujarnya menirukan aparat.
Dia menerangkan bahwa Andre, Markus dan Lubis memang sering tidur di area parkir. Dia tidak mengenal begitu dekat, tapi sesekali mereka membantu petugas parkir Smart Services Parking. “Mereka sering nongkrong di sini, sering tidur di sini, kayak ya kawan, tapi enggak usil.”
Dalam penangkapan, saksi melihat aparat Brimob memukuli kepala Jurianto dan Lubis hingga berdarah. Wajah dia sempat coba dihantam pentungan oleh aparat namun berhasil menangkis dengan tangan. Walhasil, tangan kirinya lebam.
Markus dan Andre yang berjarak sekitar 200 meter dari posisinya juga dipukuli. Dia membenarkan lokasi pemukulan persis dalam rekaman video yang viral di media sosial. Markus lantas diseret dari area Masjid Al Huda hingga ke palang pintu masuk lahan parkir.
“Kepalanya (Markus) kepentok di situ (tiang di pintu masuk lahan parkir),” katanya.
Di lokasi itu terdapat bercak merah yang masih membekas di tiang. Bercak merah tersebut diduga darah Markus.
Seorang warga lain juga ditangkap di area parkir, namun dia berhasil kabur saat polisi memindahkannya dari mobil ke mobil lainnya. Semula dia berada satu mobil dengan Markus, Lubis, Andre, dan Jurianto.
“Di mobil masih pada hidup. Pas di mobil Markus emang lagi megap-megap,” ujar dia sambil meletakkan tangan di dada mendemonstrasiakan kondisi Markus.
Dia mengatakan dipukul bagian kepala oleh aparat sehingga berdarah di empat titik.
Pacar Markus, wanita berinisial V, mengatakan pada Selasa malam, 22 Mei 2019, masih sempat berhubungan dengan kekasihnya melalui telepon. Saat itu, sekitar pukul 23.00, Markus memberi kabar soal kerusuhan di Gedung Bawaslu RI yang hanya berjarak sekitar 250 meter dari lahan Smart Services Parking. V lantas meminta Markus untuk ke rumahnya di Kampung Rambuta, Jakarta Timur.
“Dia cari jalan tapi diblokade, jadi enggak bisa,” kata V.
Karena banyak gas air mata di lokasi itu, Markus sampai menggunakan pasta gigi di sekitar matanya. Karena tidak bisa menyusul V, Markus akhirnya istirahat di lahan parkir tanpa menghapus pasta gigi di wajahnya. Pagi harinya, V menelepon Markus dan sempat diangkat. Namun, suara di saluran telepon tidak jelas. Ketika ditelepon kembali, nomor ponsel pria berumur 30 tahun itu sudah tidak aktif. “Ya mungkin sudah dihancurkan,” kata V.
V telah mencoba mencari tahu keberadaan Markus ke Polda Metro Jaya. Namun dia tidak mendapat jawaban. Begitu melihat video viral soal pemukulan di lahan parkir itu, V sempat syok. Dia pun datang ke lokasi parkir untuk mencari tahu kepada beberapa pegawai di sana, apakah pria yang dipukuli aparat itu adalah Markus.
Pengakuan Polisi Terkait Video Pemukulan
Polisi merilis, Sabtu (25/5) menurut polisi dalam video tersebut yang dipukul bukan Markus melainkan Andri Bibir. Markus dikatakan menjadi satu dari 11 orang yang ditetapkan polisi sebagai tersangka kerusuhan pada aksi 22 Mei di depan Bawaslu, Jakarta Pusat.
Sumber: Istimewa
Sementara Andri dalam konferensi pers mengakui bahwa dalam video tersebut adalah dirinya.
Andri bukanlah warga Kampung Bali, Tanah Abang. Ia hanya kerap nongkrong di parkiran tersebut. Hal ini diperkuat dengan keterangan Ketua RT di kawasan tersebut, Winda Devianti.
“Bukan bukan (anak sini) saya tahu kalo (memang dia) anak sini,” kata Winda di kediamannya, Sabtu (25/5).
Winda mengungkapkan parkiran itu memang kerap didatangi oleh banyak orang. Baik yang menumpang tidur, maupun bekerja serabutan.
“Kalau di sana mah siapa aja, kadang-kadang ada dari Pondok Kacang juga campur (kampung sebelah). Kalo di sini enggak ke dalam-dalam, kebanyakan orang luar,” tutur Winda.
Dari fakta dan kata di atas disimpulkan bahwa video penganiayaan seorang pria di dekat Masjid Al Huda benar dilakukan oleh aparat keamanan pada, Kamis (23/5).
Namun, identitas pria dalam video itu bukan Harun yang beralamat di Duri Kepa, Kebon Jeruk, seperti narasi yang berkembang. Sehingga, narasi yang menyebut remaja itu adalah Harun Rasyid, salah satu massa aksi demo 22-23 Mei, adalah sesat.
Pengakuan warga di tempat kejadian mengatakan yang dipukul polisi adalah Markus, sementara polisi merilis nama lain bukan Markus melainkan Andri Bibir.